"Disana!" Seru Paula menunjuk bangunan tua yang terlihat sudah terbengkalai.
Orlin merinding kala melihat bangunan itu, ia menggenggam erat kedua tangan Erica. "Takut." Cicitnya membuat Erica tertawa. Ia tahu ini bukan situasi yang cocok untuk tertawa, tapi mendengat cicitan Orlin yang seperti anak ayam itu terdengar sangat menggelikan.
Mata Vrans menyipit kala melihat mobil Lamborghini yang mirip dengan punyanya -- hanya perbedaan warna saja yang berbeda -- ikut terparkir tepat di samping mobilnya. Saat itu juga ia tahu jika di dalam mobil itu ada Niel. Ia segera turun dari mobil dan mengetuk pelan kaca mobil itu.
"Ada Orlin?" Ucap Niel to the point. Ia meneguk salivanya dengan susah payah mengingat wajah Vrans yang sudah sangat menyeramkan.
Vrans mengangkat sebelah alisnya. "Ada."
"Siapa, Vrans?" Ucap Paula yang sudah berada di samping Vrans. Tatapan memuja dirinya untuk laki-laki itu tidak pernah pudar walaupun ia sudah melakukan hal yang sangat fatal. Sebuta ini mencintai sebelah pihak, tanpa balasan sedikitpun.
"Kekasih Orlin."
Niel turun dari mobilnya, lalu bertanya ada apa dengan hari ini. Kenapa Orlin pergi dengan Vrans tanpa memberitahu dirinya, dan kenapa mereka berada di gedung tua ini. Banyak sekali pertanyaan yang bersarang di dalam otaknya. Dengan malas, Vrans memanggil Orlin dan Erica untuk turun dari mobil. Lebih baik Orlin saja yang menjelaskan semuanya, ia malas jika berbicara panjang lebar pada orang lain.
"Niel?!" Ucap Orlin dengan sedikit terkejut. Belum sempat ia ingin memeluk tubuh kekasihnya, Vrans sudah menahan tubuhnya terlebih dahulu. Menyuruh Orlin untuk menjelaskan hal ini kepada Niel yang sekarang nampak seperti orang bodoh yang tersesat.
Vrans menghela napasnya, ia tidak boleh berlama-lama di luar sini. Ia tidak tahu di dalam sana Xena sedang apa. Atau mungkin sudah tewas? Oh tidak!
"Kita harus bergerak cepat!" Seru Vrans dengan tatapan yang kembali menajam, ia bahkan tidak segan-segan membunuh nyali Paula dengan tatapan matanya. Ia benci dengan gadis yang sok polos itu, ia benci mengetahui gadis yang ia sayangi terluka akibat Paula.
Belum sempat Niel ingin membantah, mobil polisi sebanyak tiga buah sudah datang ke lokasi yang dirinya arahkan. Ia sengaja menyuruh mereka untuk mematikan sirine mobil supaya tidak ada gerakan mendadak dari dalam sana. Mereka juga memarkirkan mobil di tembok besar, menghalangi penglihatan Sean yang bertugas untuk berjaga bagian rumah. Sepertinya assassin itu hanya bekerja dua orang saja, terbukti dari tidak adanya penjaga lain di luar gedung tua ini.
Orlin menatap beberapa anggota polisi dengan penasaran. "Ada apa, sir?"
"Saya mendapat laporan dari Tuan Nathaniel kasus pembunuhan assassin." Ucap salah satu seorang polisi dengan bintang emas yang terpasang jelas di bagian kanan rompi kepolisiannya.
Belum sempat mereka bertanya lebih mengenai hal ini ke Niel, Vrans sudah mengambil alih suasana. "Langsung saja, tidak perlu membuang waktu. Kalian para gadis, tetaplah di dalam mobil. Tidak menerima bantahan apapun."
Paula segera masuk ke dalam mobil, sudah cukup ia mengacaukan semuanya. Kemarin dirinya sangat jahat, namun sekarang nyalinya sudah seciut ini mendengar kemarahan Vrans. Sedangkan Erica, ia memilih untuk menjauh dari kerumunan dan lebih baik duduk di bawah pohon rindang yang menyejukkan. Erica adalah sosok yang sulit di mengerti.
"Niel?"
Niel menatap dalam sorot mata Orlin, lalu dengan segera ia memeluk tubuh gadis itu dengan singkat. Menyalurkan rasa rindu yang luar biasa besarnya. Sudah lama ia tidak memeluk gadis ini. "Aku akan segera kembali, masuklah ke dalam mobil bersama Paula, atau tetaplah bersama Erica."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest CEO [TERSEDIA DI WEBNOVEL]
Romansa#1 IN ASSASSIN [27/06/2020] [#2 LUIS SERIES] VERSI LENGKAP REVISI TERDAPAT DI WEBNOVEL‼️ Vrans Moreo Luis. Salah satu pengusaha muda yang sukses diusianya. Paras yang tidak dapat diragukan membuat semua gadis bertekuk lutut padanya. Namun tidak ada...