Flower & Coffe

342 28 5
                                    

Kring~

Tap
Tap
Tap

Seorang pemuda berambut blonde memasuki sebuah toko bunga. Manik birunya melihat ke sekeliling, dimana semua tanaman tertata rapi. Melangkahkan kaki sampai depan kasir, ia melihat seorang gadis berambut perak membelakanginya. Gadis itu tengah sibuk berkutat dengan bunga miliknya.

"Permisi"

Gadis itu berbalik, tersenyum ramah.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Pemuda dengan jaket bomber itu hanya bisa diam, merasakan wajahnya memanas ketika berhadapan dengan gadis di depannya. Semburat merah muda terlihat di pipi pemuda tersebut. Tampa ia sadari, ia telah membuat gadis itu khawatir.

"Uh... Tuan, anda tidak apa?"

Pemuda itu tersadar, tersenyum canggung. Wajahnya semakin merah karena malu.

"A-Aku tidak apa!"

"Baiklah(?)"

"Dan, tolong jangan panggil aku tuan. Aku tidak setua itu, namaku Alfred"

Gadis itu tertawa geli sebelum mengangguk "Namaku Anya". Mengembalikan topik, Anya menanyakan apa yang diinginkan Alfred. Kemudian, semua berjalan seperti jual-beli pada umumnya...







Sampai...









Kring

"Al!"

Seorang pemuda yang terlihat seperti Alfred masuk ke toko dengan nafas yang tidak beraturan. Disaat yang bersamaan, Anya selesai mengemas pesanan Alfred.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Ah, tidak. Terima kasih. Al, kemari sebentar!"

Alfred mendekat ke pemuda tersebut.

"Ada apa Matthew?"

"Ayah dan ibu sudah membelikan bunganya, banyak pula. Kau tidak perlu beli lagi."

Mendengar perkataan Matthew, Alfred meninggikan suaranya.

"APA?! TIDAK LIHATKAH KAU AKU TENGAH MEMBELI DAN SUDAH DIAMBILKAN?!"

Matthew menutup kedua telinganya rapat-rapat sambil sedikit membungkuk. "Turunkan suaramu Al... jelaskan kenapa kau membatalkan pembeliannya, aku yakin gadis itu akan paham."

Alfred mendengus kesal, tidak puas dengan jawaban Matthew. Namun, ia tidak bisa marah pada saudaranya sendiri, apalagi Matthew malah meminta maaf, ini kan bukan salahnya. Bukanya justru Alfred yang salah? Ia membentak saudaranya yang menjelaskan sesuatu secara baik-baik.

"Huft..." Alfred menghembuskan nafasnya. Ia berbalik minta maaf kepada Matthew, tetapi ia juga merasa tidak enak pada Anya jika membatalkan pembelian.

Anya yang sendari tadi mendengarkan percakapan mereka berjalan mendekati dua anak kembar itu.

"Uhkm, jika tidak jadi membeli tidak apa kok. Kami bisa menata mereka kembali"

"Eh? Sungguh? Uh... maaf ya, dan... terimakasih"

"Tak masalah, terimakasih sudah mampir"

Anya kembali ke tempat ia menaruh bunga dan tanaman pesanan Alfred. Alfred masih belum beranjak dari tempatnya berdiri, padahal Matthew terus mengajaknya pulang.

Sebuah ide terlintas di kepala Alfred, ia berlari mendekati Anya.

"Hei, bagaimana jika sebagai permintaan maaf kau datang ke kafe ku? Aku bayarkan pesananmu."

"Tidak perlu, sungguh! Nanti justru merepotkan."

"Tidak, sama sekali tidak merepotkan! Aku mohon, datang ya? Kita... mungkin juga bisa jadi teman?"

Setelah berpikir sebentar, Anya setuju dan mereka akan bertemu di kafe milik Alfred besok sore, sekitar pukul 04.00.








Skip time...








Kafe yang memang belum lama buka itu terlihat cukup ramai. Anya datang kesana tidak sendirian, melainkan bersama kakaknya, Katyusha dan keponakannya, Raivis. Walau begitu, mereka akan duduk di meja yang berbeda dengan Anya.

Baru saja akan duduk, Anya merasakan tepukan di pundaknya. Spontan, Anya menoleh dan mendapati Alfred yang tengah tersenyum lebar.

"Hai! Selamat datang di cafe ku. Oh ya, silahkan duduk!"

Anya hanya tersenyum dan mengangguk. Keduanya duduk berhadapan.

"Terima kasih sudah mengundang ku kesini. Kafe mu bagus loh."

Komentar Anya membuat Alfred tersipu, dan belum berhenti sampai di situ. Anya membawakan sebuah bunga matahari hidup yang masih muda, sehingga tak kerepotan membawanya. Bahkan, pot bunga tersebut dicat sendiri oleh Anya, karena nama Alfred tercantum di pot tersebut.

"Terima kasih! Kau sebenarnya tidak perlu merepotkan dirimu sendiri seperti ini."

"Lalu, kenapa kau boleh merepotkan dirimu dengan mengundang ku kesini? Kita impas, dan aku juga ingin kita jadi teman. Seperti kata mu."

"Haha, baiklah... kita akan impas hanya jika kau memesan. Sekarang pesanlah sesuatu!"

Keduanya pun menikmati pesanan masing-masing. Mereka berdua terlihat bahagia mengobrol satu sama lain.














Sementara itu, di ruang cctv...












"Itu pacarnya Alfred?"

"Bukan mah... dari tadi kan udah Matthew bilang, mereka baru ketemu pagi tadi."

"Aku tidak masalah apabila gadis itu jadi pacar Alfred. Dia terlihat lebih sopan daripada saudaramu."

"Ayah..."

Yup, keluarga Alfred sedang mengintai dirinya, yang kata mereka 'Alfred sedang pendekatan dengan seorang gadis, kita harus memantaunya agar gadis itu tidak pergi karena suara atau sikap Al'.

Dan hari itu, Matthew menghabiskan waktunya 'membantu' kedua orangtua nya 'manjaga' Alfred.






















"Semua berawal dari sini"

"Dan kemuadian, kita akan bersama"

"Selalu"





























Terima kasih sudah membaca :)

Flower & Coffe (Hetalia AmeRus AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang