Chapter 14

770 48 4
                                    


Klik bintang sebelum baca, dan jgn lupa komen sesuatu:)

Maaf kalo ada typo:)
__________________________

Awan putih dan langit biru nampaknya akan berganti dengan gelapnya awan hitam yang sangat pekat, jalanan yang semula ramai kini tidak lagi menampakan kebisinganya, dan burung burung pun berterbangan masuk kedalam sarangnya masing masing.

Namun hal itu tidak berlaku bagi seorang gadis, ah ralat. Hal itu tidak berlaku bagi seorang perempuan yang tengah berjalan di sepanjang trotoar, entah sudah berkilo meter dirinya berjalan.

Hanya linangan air mata dan rasa sesak yang mampu menemaninya. Orang tuanya yang dia sayangi telah mengusirnya, cowok yang paling dia cintai juga membencinya, dan sahabatnya pun ikut menjauhinya.

Lalu pada siapa dirinya harus berkeluh kesah? Orang orang mulai menjauh dan membencinya. Apakah masih ada orang yang sudi hanya untuk sekedar menemaninya saja?

Dan tetes demi tetes air hujan kini mulai turun membasahi jalan, menumpahkan semua isinya di permukaan bumi, seperti tidak peduli kondisi bumi saat ini. Lihat? Bahkan semesta saja ikut andil menghakiminya dengan menurunkan hujan sekarang.

Diseretnya langkah berat kaki itu tanpa tujuan, tanganya bertumpu pada dinding bangunan usang yang berada di sampingnya. Detik berikutnya tubuhnya mulai merosot kebawah, terlukai lemas dengan sandaran pada dinding usang. Tidak peduli hujan deras yang membasahi tubuhnya saat ini.

Lelah. Aletta mulai lelah dengan semuanya, kenapa tuhan mentakdiran jalan hidupnya seperti ini? Bolehkah Aletta mengeluh pada tuhan sekarang?

Gemertuk suara gigi yang saling beradu terdengar nyaring. Yah, tubuh Aletta menggigi hebat akibat hujan deras yang mengguyurnya, ditambah lagi angin malam yang mampu menusuk sela sela kulitnya.

Berat menahan bebannya hari ini, mata Aletta sedikit demi sedikit mulai terpejam sempurna, di tengah derasnya hujan malam dan linangan air mata yang bersatu dengan air hujan. Menjadi saksi atas kerapuran seorang Cassandraletta Keylova malam ini, si cewek periang dengan segala tingkah konyolnya kini menjadi cewek rapuh atas semua masalah yang menimpanya.

***

Seorang cowok dengan gagah mengendarai motor besar miliknya di dalam perkarangan sekolah SMA. Semua pasang mata beralih menatapnya tanpa kedip, seolah cowok itu mampu memancarkan aura daya tarik tersendiri, sehingga mampu membuat pasang mata menatapnya dengan decakam kagum.

Devan merapikan jambulnya lewat kaca spion, hal itu mampu membuat kamu hawa berteriak histeris.

Namun kali ini Devan tidak memperdulikan itu, bisik bisik rumor tentang Aletta pun langsung tersebar dan memenuhi gendang telinga Devan.

"Yaampun Devan, lo makin kece aja sih."

"Eh lo tau gak kak Aletta yang pacarnya kak Devan itu katanya diusir loh sama orang tuanya."

"Masa sih? Kok bisa."

"Aletta sama Devan putus belum sih."

"Lo tau gak, denger denger nih ya kak Aletta itu..eum..'masuk angin'," ujar salah satu siswa dengan sangat pelan yang hanya mampu di dengar siswa di sebelahnya

"What! Lo nggak lagi bercanda kan?" balas siswa di sebelahnya.

"Yaelah gue serius, banyak kakak kelas yang bilang kok."

Devan hanya berdesis pelan, lalu langsung pergi dari koridor yang penuh dengan lambe turah itu menuju kelas kesayanganya.

Sama hal nya dengan Devan. Kini Cassie dan Angel pun mendapatkan cibiran tentang rumor Aletta yang beredar di penjuru sekolah.

"Dia dimana sih?" tanya Cassie menatap Angel yang sibuk dengan bedak di tanganya.

"Mana gue tau."

"Gila, gue berasa orang paling bego tau nggak sih temenan sama dia," ucap Cassie dengan kesal sekaligus malu.

"Kenapa?" tanya Angel meninggalkan sesi bedak bedaknya.

"Ya lo liat aja. Sekarang dia udah 'begitu'. Dan hari ini dia sengaja nggak masuk. Buat apa lagi kalo nggak menghindar dari kita?"

"Terus kita bertemen sama dia yang secara udah 'gitu'. Nama kita juga bakalan rendah, dan derajat kita turun. Lo ngerti gak sih. Mau taro dimana muka kita?!" Cassie berucap dengan menggebu gebu disertai sentakan kesal.

Angel terdiam sejenak, menatap cermin toilet yang berada didepannya.

"Lo lupa tujuan awal kita temenan sama dia buat apa?" tanya Angel.

"Ya..ya kalo berakhir kayak gini juga gue mana mau!"

"Oke gini aja. Kita harus bersihin nama kita biar tetap diatas. Dan masalah Aletta, anggep kita gak pernah kenal."

"Caranya?" Cassie menatap Angel bingung.

"Tinggal bilang aja semua orang, kalo kita itu udah nggak temenan sama dia jauh sebelum hari ini tapi dia tetap maksa buat temenan sama kita, biar nama kita juga ikutan turun."

"Gue juga males harus pura pura baik terus di depan dia."

Cassie menjentikkan jarinya semangat, "Boleh juga ide lo."

"Btw, sama. Gue juga males lama lama baikin dia."

Kemudian Angel dan Cassie mulai pergi keluar dari dalam toilet. Benar kan dugaannya, saat mereka mulai keluar dari dalam toilet, semua pasang mata melihatnya dengan berbagai ekspresi.

Namun bukanya marah, kedua orang itu justru tersenyum hangat, menampilkan wajah ramahnya di depan semua murid. Ah dasar fake friend!

Oke! Mulai sekarang Cassie dan Angel harus sama sama membersihkan nama mereka di SMA Bina Bangsa. Siapa yang rela nama yang dulu tinggi kini paling rendah dalam sekejap?

"Kok Cassie sama Angel biasa aja sih Aletta kena masalah?"

"Malah senyum senyum lagi."

"Itu mereka fine fine aja nggak ada Aletta."

"Kayaknya Cassie sama Angel nggak ada sangkut pautnya deh sama si Aletta."

"Iya, liat aja tuh. Mereka biasa aja."

"Fake friend, temen nya lagi ada masalah eh mereka malah nyari pamor lagi!"

Begitu banyak cibiran dari mulut mulut biang gosip yang keluar. Angel dan Cassie tentu saja marah, namun pertahanan mereka agar naik pamor lagi tetap tegak.

"Mau sampai kapan kita kayak gini terus?" bisik Cassie yang nampaknya tidak tahan dengan cibiran cibiran itu.

"Sabar! Ikuti aja alurnya sampai nama kita naik lagi."

Cassie menghela nafasnya kasar, "Hmm ya ya."

Sampai di persimpangan koridor, Angel dan Cassie tidak sengaja berpas pas an dengan Devan. Ketiganya saling menatap satu sama lain tanpa mengeluarkan suara.

"Berdua?" tanya Devan memincingkan satu alisnya.

Sedangkan Angel dan Cassie saling aneh.

"Lo nggak tau? Dia kan udah.. eumm... 'gitu' jadi dia mana mau berangkat sekolah. Malu mungkin," jawab Angel acuh.

"Yaiyalah malu. Kita aja yang temennya malu pake banget banget, apalagi dia," ujar Cassie.

"Dihh gue sih ogah temenan sama dia lagi," ucap Angel dengan nada jijik.

Dan Devan yang mendengar itupun menggeram tak terima. Sembari mengepal tanganya kuat kuat lalu pergi meninggalkan kedunya dengan sengaja menambrak keras bahu mereka.

"Awwwhh!!"

ComfortableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang