Hari ini adalah hari yang benar-benar sibuk untuk Jua. Hari ini rumah Yoona mengadakan acara kecil-kecilan untuk merayakan gelar sarjana kedokteran anak sulungnya.
Meskipun Yoona sudah memesan makanan dari luar, Sajua tetap membuat beberapa camilan rumahan dan bertugas merefil ketika habis.
"Istirahat dulu."
Sajua menoleh kaget ketika Jaehyun menyetuh bahunya dari belakang. Sajua tersenyum, "tanggung, mas."
"Sini aku bantu."
Sajua menghentikan Jaehyun yang hendak membantunya, "mas ke depan aja, nggak enak kalo disini."
"Cepetan, tuh dicari sama ibu." Sajua mendorong pelan tubuh Jaehyun.
"Jangan kelamaan disini." pesan Jaehyun yang mendapat anggukan dari gadis itu.
Seperti tidak terjadi apa-apa.
Setidaknya itu yang bisa Sajua lakukan untuk menghadapi Jaehyun tentang kejadian di Bali.Sajua tidak meminta alasan meski ia butuh, tidak bertanya meski bertanya-tanya, tidak menunjukkan rasa sedihnya meski ia ingin menangis.
"Olivia mau lanjut dimana, nak?" Tanya Yoona pada salah satu teman SMA Jaehyun yang datang.
"Bulan depan aku lanjut S2 tante, di Jerman." Jawab gadis itu malu-malu.
"Bagus! Cewe tuh kalo bisa pendidikannya harus tinggi. Biar nggak diremehin meskipun bakalan jadi ibu rumah tangga doang."
Olivia mengangguk setuju.
"Nanti kalo pulang kesini, jangan lupa mampir ke rumah tante, ya."
Gadis bersurai hitam dengan lesung pipi di wajahnya itu mengangguk, "iya, tante."
Sajua tersenyum kecil melihat rata-rata orang yang hadir disini mempunyai latar belakang yang menakjubkan. Mulai dari keluarga mereka yang berasal dari pejabat hukum, polisi, dokter bahkan pebisnis—sekiranya baru itu yang Sajua dengar sedari tadi.
"Mbak Saju, ini kayaknya mangkoknya kurang deh." Yoona menghampiri dirinya saat ia baru saja menempelkan bokongnya di tempat duduk.
"Iya, bu. Sebentar." Sajua bangkit mengambil mangkuk dan menyusunnya di meja yang telah disediakan.
Sajua berdiri menatap sekeliling, memeriksa apa saja yang harus kerjakan. Namun seseorang menepuk bahunya pelan.
"Mbak Saju udah makan?"
Yang ternyata Jaemin.
"Nanti mas, nggak sempet."
Sajua berjalan kearah kulkas diikuti Jaemin, ia mengambil 1 kotak besar berisi stroberi.
"Mau diapain?" Tanya Jaemin.
"Dicuci, mas. Udah mau abis kayaknya di depan." Jawabnya tanpa menyurutkan senyumnya.
"Nih." Jaemin menyodorkan pai susu ke arah mulut Sajua.
Sajua terkekeh, hendak mengambilnya dari tangan Jaemin namun dicegah, "Jaemin suapin, mbak cuci aja itu stroberinya."
Ekspresi Sajua seperti mengisyaratkan 'nggak papa?' dan diangguki Jaemin.
"Jae, balikan sama Oliv kek. Mama makin suka sama dia." Yoona berbicara pelan pada Jaehyun yang baru saja datang ke dapur.
"Oliv udah punya pacar." Balas Jaehyun singkat.
"Tadi mama tanya, dia lagi sendiri kok. Nggak ada pacar." Yoona berusaha meyakinkan anak sulungnya.
Sajua menoleh ke arah Jaehyun yang tak jauh darinya, tepat saat Jaehyun sedang menatapnya juga. Sajua reflek menunduk.
"Jae mama bakalan seneng banget kalo punya menantu kayak Oliv."
Jaehyun menghiraukan ibunya, ia malah menghampiri Sajua yang Jaemin.
"Ngapain lo?" Tanya Jaehyun sedikit ngegas melihat Jaemin tengah menyuapi Sajua.
"Sewot banget." Cibir Jaemin.
"Udah ini kalian kenapa malah disini semua? Ayok kedepan, bantuin Mbak Saju bawa buahnya." Yoona kembali mengomel. Abis anak-anaknya pada seneng banget nempelin Saju di dapur.
"Nih, mas." Sajua menyerahkan beberapa piring kepada Jaemin dan Jaehyun.
Sajua terdiam. Menatap kosong piring yang berada di hadapannya setelah orang-orang mulai meninggalkannya.
"Mbak, permisi. Toilet dimana ya?"
Sekitar 3 orang perempuan datang membuyarkan lamunannya.
"Disitu, mbak." Sajua menunjukkan dimana toilet berada.
Kemudian Sajua berniat mencuci piring sebagai pengalih pikiran.
"Makasih, mbak." Balasnya tersenyum, "Kita tunggu sini aja. Lo duluan." Sambung salah satu wanita yang kini mengambil tempat duduk dekat Sajua.
"Liv, lo deket lagi sama Jaehyun?"
Gadis bernama Olivia itu menggeleng, "engga."
"Bohong." Tuduh temannya sambil merajuk meminta sedikit bocoran.
Olivia tertawa kecil, "Lumayan sering chatan aja sih."
"Tuh kan. Balikan nggak nih??"
"Nggak usah mikir jauh-jauh, gue sibuk dan dia juga bakalan sibuk."
"Ya siapa tau, justru gara-gara sibuk, hubungan lo sama Jaehyun bisa jadi penghibur. Kan nanti LDR-an tuh gemes banget."
Olivia tertawa, "Tunggu aja kabar baiknya."
"Widih, asik! Couple hits favorit gue jaman SMA bakalan balik." respon temannya antusias.
"Ihh ada apaa?" tanya temannya satu lagi yang baru saja datang dari toilet. Mendengar dua temannya mengobrol antusias.
"Oliv mau balikan."
"Hah? Sama Jaehyun?"
"Ih kan belom pasti, lo jangan nyebar rumor ya. Kalo di denger Jaehyun nggak enak gue." Olivia menyambar sekaligus memperingatkan.
"Iya sayangku, aku tunggu traktirannya aja ya."
Oliv tersenyum geli, "Yaudah yuk ke depan."
Sajua yang mendengar jelas obrolan gadis-gadis itu kini tanpa sadar meremas spons cuci piring yang berada di genggamannya.
Sajua terduduk lemas. Berusaha menenangkan hatinya yang terganggu.
Sebenarnya dari awal Sajua memang harus mematikan perasaannya pada Jaehyun, bukan seperti sekarang yang malah makin tumbuh berkembang menjadi tak ingin kehilangan laki-laki itu.
"Kok duduk disini." Ucap Jaehyun
Sudah hampir 14 kali Jaehyun mengunjunginya di dapur, jika Sajua tidak salah hitung.
"Jangan duduk di lantai gitu, berdiri, duduk di kursi." Titahnya.
"Mbak Oliv tuh mantan pacar Mas Jaehyun ya?" Tanya Jua ragu.
Jaehyun menatap Sajua sejenak sebelum menjawab, "Iya, waktu sekolah."
Sajua mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
"Kenapa?"
"Nggak papa, cantik orangnya." Jawaban jujur dan sederhana itu membuat Jaehyun mengerutkan dahi.
"Emang." Jaehyun menyetujui, karena Olivia memang cantik.
"Tapi tau nggak?" Lanjut Jaehyun membuat Sajua menoleh dengan tanya.
"Sayang aku ke kamu lebih besar daripada ke dia dulu."
Setelah menyelesaikan kata-katanya, Jaehyun mengecup singkat bibir merah Sajua yang mulai mengering.
"Mas!" Sajua reflek memukul bahu Jaehyun cukup keras. "Kalo diliat orang gimana coba."
"Yuk, ke depan." Kata Jaehyun tak peduli dan malah menarik lengan Sajua menuju ruang depan.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan mereka.