Mingyu melangkah ragu, namun dalam hatinya berusaha untuk menyakinkan diri.
Kakinya sampai pada sebuah rumah susun yang dulu sering ia kunjungi masih tak berubah seperti 2 tahun lalu. Bahkan 5 tahun lalu.
Ia memperhatikan rumah susun yang berada di kawasan cukup kumuh itu, mencari unit dimana wanita itu tinggal.
Mingyu meringis, mengingat Jaehyun selalu mencari tempat jauh untuk menemukan Sajua, padahal sebenarnya jarak mereka dekat, hanya saja Sajua terlalu pintar menyembunyikan diri.
"Ibu! Ibu dipukulin!"
Seorang gadis kecil yang Mingyu kenali berlari menghampirinya, menarik lengan kemejanya kencang.
Wajah cantiknya dipenuhi airmata, sedang tubuh kecilnya bergetar ketakutan.
"Tolong ibu, om," pintanya putus asa.
Mata Mingyu melebar dan berlari mengikuti langkah Aruni, gadis kecil itu bahkan tidak menggunakan alas kaki.
"Jangan! Aku mohon, jangan Runi. Aku aja, aku! Aku yang salah!"
Langkah Mingyu terhenti di lorong, melihat Sajua tengah bersujud memegangi kaki seorang laki-laki.
Tampilannya kacau, wajah wanita itu dipenuhi lebam serta airmata yang mengalir deras.
"Sini lo sialan! Anak nggak tau diri."
Aruni menyembunyikan diri di belakang tubuh Mingyu ketika laki-laki bernama Jaebom itu meneriakinya.
Mata Sajua bertemu mata Mingyu, sedikit terkejut namun setelahnya mengucapkan kata 'tolong' dengan lirih.
oOo
Mingyu lagi-lagi berdecak ketika mengingat kejadian beberapa saat lalu, tentang seorang bajingan pengecut yang memukuli seorang wanita.
Tangannya membuang kapas kesal, membuat Sajua yang berada di hadapannya menunduk takut.
"Udah, sus. Saya aja. Saya minta tolong bawa Aruni keluar sebentar ya? Saya mau ngobrol sama ibunya."
Suster yang membantu Mingyu mengobati luka Sajua mengangguk paham, dan mengajak Aruni keluar.
"Kamu beneran nikah sama dia?!" katanya masih tak percaya.
Sajua mengangguk pelan.
"Apa sih yang buat kamu mau nikah sama si brengsek itu?!" Tanya Mingyu sedikit meninggikan nadanya.
"Dia dulu nggak kayak gitu, mas. Dia dulu baik, tapi entah kenapa setelah nikah jadi berubah," Sajua akhirnya menceritakan kehidupan pernikahannya yang baru berjalan 2 bulan.
"Udah, sekarang nggak usah takut. Aku pastiin dia dapet hukuman setimpal," ujar Mingyu yakin karena ia langsung mengerahkan beberapa koneksinya untuk mengurus masalah Sajua.
"Kamu bakal cerai kan?" sambungnya memastikan.
Sajua terdiam, mengigit bibirnya, "kasian Jaebom, mas."
Mingyu mengusap wajah kasar, terlanjur kesal pada Sajua yang masih memiliki rasa kasian pada laki-laki yang membuat sekujur tubuhnya lebam.
"Nggak kasian sama Aruni kalo dia sampe kena pukul juga?"
Sajua bungkam.
"Mas Mingyu apa kabar?" tanya Sajua ketika Mingyu kembali mengobati punggungnya.
Mingyu menyungging senyum kecil, mengerti arah kemana Sajua bertanya, "Baik-baik aja. Dia juga baik-baik aja."
"Dia mau nikah, Sa."
Sajua tak berucap apa-apa setelahnya, hanya menghapus airmata yang entah mengapa keluar sendirinya.
Wanita itu mengigit bibirnya kuat, berusaha menahan isakan tangis. Rasa sakit di tubuhnya kini bercampur dengan luka yang ia pendam bertahun-tahun.
"Keluarin aja, nggak usah ditahan." Ujar Mingyu.
Tangis Sajua pecah, punggungnya bergetar naik turun.
Mingyu mengusap pelan punggung Sajua, berharap dapat membantu menenangkan wanita itu.
oOo
Jaehyun melangkahkan kakinya ringan memasuki rumah sakit tempat Mingyu bekerja. Tangan kanannya menggendong tanaman kecil ditujukan pada Mingyu sebagai hadiah selamat datang.
"Sus? Dokter Mingyu ada?"
"Lagi ada tamu pak sebentar, mau saya kasih tau dokter Mingyu dulu?"
Jaehyun menggeleng cepat, "biarin aja, sus. Saya tunggu sini aja," mendudukan dirinya di sebuah kursi panjang depan ruangan.
Matanya kini beralih pada gadis kecil yang berada di pangkuan suster tersebut, wajahnya terlihat sangat sedih.
"Suster, aku mau sama ibu," ucapnya pelan, hampir menangis.
"Sabar yaa, ibu lagi ngobrol sebentar sama dokter. Sebentar lagi kok."
Entah kenapa, gadis kecil itu membuat Jaehyun terpikat. Hatinya kian menghangat ketika menatap bola matanya yang berkaca.
Namun matanya kini berbinar ketika laki-laki dewasa di sebelahnya menempelkan plester bergambar pororo pada luka kecil di jarinya.
"Pororo," gumam Aruni.
Jaehyun tersenyum, membuat kedua lesung pipinya tercetak sempurna.
Telunjuk kecil Aruni terjulur menyentuh lengkungan pipi Jaehyun, "aku juga punya ini," katanya seraya menunjukan senyumnya.
Jaehyun terkekeh gemas, mengusap pelan rambut Aruni.
"Nama kamu siapa?"
"Aruni."
"Sus, saya boleh pangku Runi?" izin Jaehyun, "saya temennya Dokter Mingyu, tenang aja." sambungnya melihat keraguan suster tersebut.
Tanpa aba-aba, Aruni turun dari pangkuan suster dan beralih mendekati Jaehyun.
"Aku boleh minta pororo lagi, om?" tanyanya ragu.
Senyum Jaehyun kembali mengembang, lalu merogoh kantong jasnya, "nih, semuanya."
Aruni tersenyum bahagia, seakan lupa apa yang tadi dialaminya.
Ceklek.
Pintu ruangan Mingyu terbuka, reflek membuat Jaehyun mendongak. Menampakkan seorang wanita berambut sebahu yang baru saja keluar diikuti Mingyu.
Mata mereka bertemu.
"Sa."