Kalo ditanya gimana perasaan Jaehyun sekarang, Jaehyun bahkan nggak bisa gambarin perasaannya. Terlalu rumit.
Bahagia ketemu Sajua, tapi marah, tapi kecewa, tapi sedih, tapi takut, dan banyak tapi lainnya. Maka dari itu tadi Jaehyun nuntut penjelasan dari Mingyu yang nggak sempet dia dapat dari Sajua.
"Gue nggak sengaja ketemu 5 tahun lalu di daerah rumahnya, karena waktu itu gue sempet kunjungan beberapa hari ke puskesmas deket sini."
"Setelah itu dia mohon-mohon sama gue untuk nggak cerita ke lo. Dia bilang,"
Mingyu terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "dia nggak mau masa depan lo rusak gara-gara berhubungan sama dia."
Dan setelah itu, Mingyu membeberkan kondisi Sajua dan apa saja yang terlewati. Terakhir, Mingyu berkata bahwa Aruni adalah hasil hubungan Jaehyun dan Sajua.
Sajua menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya, mengedarkanya atensinya setelah menyadari tempat ini terlalu asing. Namun sekarang ia mengetahui tempat ini saat melihat sebuah infus yang menancap di tangannya.
Terakhir yang Sajua ingat, ia langsung ambruk setelah melihat Jaehyun. Syukurlah jika itu hanya imajinasinya. Sajua pikir, merindukan Jaehyun menjadikan dirinya berhalusinasi.
"Udah bangun?"
Suara laki-laki membuat Sajua menolehkan kepalanya ke kiri, mendapati Jaehyun yang baru saja menghampirinya.
Sajua terdiam sejenak. Lalu mendengus. Ia berhalusinasi lagi.
"Sa?"
Sajua membesarkan matanya. Menyadari bahwa Jaehyun bukanlah sekedar halusinasi.
"Mas Jaehyun?"
Jaehyun mengangguk.
Selanjutnya Sajua berusaha untuk bangun, matanya bergerak panik mencari satu orang.
"Aruni lagi makan di luar sama Mingyu," katanya menjawab kepanikan Sajua.
"Kamu juga harus makan sekarang. Perut kamu nggak ada isi sama sekali, makanya ambruk."
Jaehyun meletakkan satu set makanan dari rumah sakit, dan hendak menyuapinya untuk Sajua namun wanita itu lebih dulu mencegahnya.
"Aku aja, mas."
Jaehyun menurut, kemudian setelahnya hanya menatap Sajua seksama, membuat si perempuan sulit menelan makanannya.
"Udah lama ya, Sa."
Sajua melirik Jaehyun dalam diam, lalu menunduk merasa bersalah. Namun matanya malah menemukan cincin berwarna silver yang melingkari jari manis Jaehyun.
Jaehyun mengikuti arah pandang Sajua, lalu bergerak perlahan menutupinya.
Terjadilah situasi canggung yang mampu membungkam keduanya. Selang beberapa menit dari keheneningan, ponsel Jaehyun berdering menandakan panggilan masuk.
"Iya?"
"Tanda vitalnya?"
"Yaudah kalo gitu saya kesana sekarang."Jaehyun mematikan sambungannya, "aku harus pergi sekarang," katanya pada Sajua.
Wanita itu mengangguk. Kemudian dengan berat hati Jaehyun melangkah kaki meninggalkan Sajua. Namun tak sampai 5 detik, laki-laki itu kembali masuk dan mencabut infus di tangan Sajua.
"Kamu ikut. Aku nggak mau kamu kemana-mana lagi."
Sajua yang masih memproses perlakuan Jaehyun hanya menurut ketika laki-laki itu membantunya menduduki kursi roda.
oOo
Jaehyun melangkahkan kaki terburu-buru menuju ruang rawat Sajua setelah menyelesaikan operasi berdurasi hampir 5 jam. Degup jantungnya mulai tak beraturan ketika mengingat kemungkinan Sajua akan meninggalkannya sekali lagi.
Untungnya pemikiran itu sirna ketika melihat Sajua tertidur pulas sambil memeluk Aruni. Gadis kecil yang entah kapan datang itu tersenyum di tengah tidurnya. Seperti bermimpi bahagia.
Jam menunjukkan pukul 10 malam. Ia merebahkan tubuhnya pada sofa panjang di samping ranjang kemudian mulai memejamkan mata, menikmati rasa penat yang menyerangnya.
Sekitar pukul 2 malam, mata Jaehyun kembali terbuka ketika mendengar suara grasak-grusuk, mendapati Sajua yang berdiri ikut menatapnya.
"Berisik ya?" Tanyanya pelan.
Jaehyun tersenyum kecil, "kenapa?" mulai mengambil posisi duduk.
"Darah," Sajua menunjuk selang infus yang mulai menyedot darahnya.
Jaehyun dengan sigap mengatasi kepanikan wanita itu, "abis dari toilet ya?" Katanya sembari menormalkan kembali infus Sajua.
Sajua mengangguk pelan, "Mas Jaehyun nggak pulang?"
"Mau ikut aku pulang?"
"Hm?"
Jaehyun tersenyum menggeleng, "Aruni mau dipindah kesini?" Matanya berisyarat menunjuk sofa setelah melihat Aruni mengambil alih ranjang pasien dengan tidur terlentang.
"Nggak usah kayaknya, biarin aja. Kasian dia kecapekan."
"Sini duduk." Tangan Jaehyun menepuk bagian sofa di sebelahnya.
Sajua menurut.
"Bintang tuh lucu ya, Sa?"
Sajua mengernyitkan dahinya mendengar entah suatu pertanyaan atau pernyataan dari Jaehyun.
"Bulan juga."
"Aruni juga."
Jaehyun terdiam sejenak,
"Kamu juga."
"Tapi sayangnya mereka semua nggak bisa selalu ada setiap aku mau liat. Mereka punya batas waktu masing-masing untuk nunjukin dirinya."
"Susah digapai lagi." Lanjutnya.
"Emang aku sama Aruni punya batas waktu?" Balas Sajua mulai mengikuti alur obrolan Jaehyun yang melantur.
"Emang aku bisa liat kamu sama Aruni setiap saat?" Jaehyun malah kembali melempar pertanyaan. Berharap Sajua menjawab sesuai keinginannya.
Bilang bisa, Sa. Jaehyun memohon dalam hati.
Tak ada jawaban, Sajua memilih menutup mulutnya.
Jaehyun tersenyum hambar.
"Kamu masih suka warna marun, Sa?"
"Hm?"
Entah sejak kapan posisi mereka berubah, keduanya berbaring dengan Jaehyun menghadap Sajua yang membelakangi dirinya.
Posisi seperti ini mudah sekali bagi Jaehyun melingkarkan tangannya di pinggang Sajua. Memeluknya erat sembari menelekupkan wajahnya pada helaian rambut Sajua. Namun ia menahannya.
"Kancing kamu kebuka."
Sajua reflek menutup bagian yang terbuka dengan tangan. Lalu cepat-cepat mengancinginya kembali setelah menyadari hal bodoh itu membuat bagian dalam bajunya terekspos.
Postur tubuh Jaehyun yang lebih tinggi ditambah sedang menopang kepalanya dengan tangan kanan mampu membuat laki-laki di belakangnya itu melihat jelas bra berwarna marun yang ia pakai. Dan tentu saja melihat sedikit isi branya.
"Ihh, kok nggak bilang." Gerutu Sajua.
"Lah, terus barusan aku ngapain?"
"Ya kan pasti kebukanya dari tadi."
"Kan dipantau dulu, itu beneran marun apa bukan." Katanya sambil tertawa kecil.
Membuat Sajua menatapnya galak. Keduanya terus larut dalam candaan,obrolan absurd, obrolan serius, sampai pada Sajua merasakan tangan Jaehyun perlahan melingkari pinggangnya, dibarengi dengan hembusan napas Jaehyun yang begitu terasa di lehernya.
Sajua hanya diam, menikmati setiap detik yang terlewatkan. Melupakan sementara status Jaehyun yang sudah mempunyai tunangan, begitu pula Jaehyun yang sejenak mengabaikan status Sajua yang masih menjadi istri orang lain. Keduanya saling melepas rasa rindu yang memendam bertahun-tahun.
oOo
Ini udah pada ngeh kan ya kalo Mingyu Jaehyun beda tempat kerja.