Sajua berkali-kali menatap koper yang berada di sudut kamar, sedang jemarinya tak henti bergerak cemas.
Ia menarik napas panjang, memantapkan keputusan sulit yang menganggunya setiap waktu.
"Apa?"
"Mbak Saju berenti, lo udah tau?"
"Maksud lo?"
"Mbak Saju udah nggak kerja disini lagi."
Detak jantung Jaehyun terasa seperti berhenti seketika.
"Iya, katanya Mbak Saju mau nikah."
Bahkan ucapan ibunya seperti omong kosong.
Tubuh Jaehyun melemas ketika menemukan kamar Sajua yang bersih dan rapih, tak berpenghuni, hanya tersisa aroma manis khas Sajua yang menjadi sumber kerinduannya.
Pertemuan terakhir keduanya bahkan hanya dihiasi pertengkaran, bagaimana bisa Sajua meninggalkan dirinya tanpa sepatah kata pun.
oOo
Sajua masih tidak mengerti bagaimana semesta memberinya takdir seperti ini, ia pikir, ia hanya akan menjalani hidup normal tanpa masalah. Ia pikir.
Jaehyun. Laki-laki yang dulu menjadi salah satu bagian indah dalam hidupnya kini hanya tinggal kenangan.
Menurut Sajua, meninggalkan Jaehyun adalah pilihan yang tepat. Laki-laki itu tidak akan dihadapkan kenyataan bahwa ia akan bertanggung jawab karena menghamili seorang wanita, tidak harus menjadi seorang ayah di umur mudanya, laki-laki itu harus hidup dengan baik. Sajua sama sekali tidak berhak mengacaukan hidup Jaehyun.
Sajua hanya ingin Jaehyun menjalani kehidupannya dengan normal, menjadi seorang dokter, mempunyai istri dan anak yang layak sebagaimana harapan Yoona. Tak seharusnya ia menghancurkan masa depan cerah yang selalu laki-laki itu idamkan.
Sajua sama sekali tidak menyesal atas apa yang terjadi. Ia hanya—hanya takut jika keadaannya suatu saat akan merusak kehidupan Jaehyun.
"Oh, hamil di luar nikah ya?"
"Bapaknya kemana? Nggak mau tanggung jawab?"
"Makanya kalo ngelakuin sama 1 orang aja, mbak. Kalo banyak kan jadi bingung siapa bapaknya."
Sajua meremas sapu yang ia pegang, berusaha menanggapi ibu-ibu yang menghampirinya dengan senyum kecil.
"Saya bukan pelacur kok, bu," ujar Sajua.
"Kita kan nggak tau mbak, mbak jujur atau engga. Buktinya sekarang hamil tanpa suami."
Sajua juga udah biasa dirundung di lingkungan baru karena statusnya. Sajua berusaha untuk biasa aja, selagi yang diomongin nggak bener.
Sajua suka tempat tinggalnya sekarang walaupun cuma di rumah susun, kecuali ibu-ibu julid yang selalu ngatain dan nuduh aneh-aneh setiap ketemu.
Tapi masih banyak orang-orang baik kok di sekitarnya, cuma yang paling ganggu ya ini, ibu-ibu kurang belaian suami. Rata-rata yang selalu jelekin Sajua pasti keluarganya berantakan, ada yang suaminya doyan jajan, suaminya selingkuh, atau anaknya nakal.
Nggak papa, Sajua udah biasa jadi pelampiasan ibu-ibu ini. Malah kadang dia suka kirim makanan sama mereka, seengganya biar beban mereka berkurang.
Sajua juga sempet kerja, di pabrik. Tapi berenti karena perutnya udah gede, udah capek kalo suruh berdiri lama-lama ditambah naik turun tangga ke rumahnya.
"Pake aja dulu bu kalo butuh, lagian aku lahiran masih sebulan lagi kok," kata Sajua pada salah satu tetangganya yang datang meminjam uang.
Wanita berumur sekitar 40an itu menatap Sajua lalu menunduk malu dan sedih, ia sering ikut merundung Sajua, membuat fitnah macam-macam, tapi malah sekarang Sajua menjadi orang pertama yang mau menolongnya.
oOo
Nggak enaknya hidup sendiri apalagi kalo lagi hamil itu, bagian ngidam. Kayak sekarang, udah jam 1 malam, Sajua kebangun gara-gara kepengen jajanan di minimart. Anehnya, Sajua ini selalu ngidam tengah malam, jadi nggak pernah keturutan.
Tapi malam ini Sajua nekat mau keluar, takut anaknya nanti pas lahir ileran karena nggak pernah diturutin maunya.
Selain ngidam makanan, pernah sih, ngidam mau dielus-elus gitu perutnya sama Jaehyun. Tapi ya gimana, masa mau tiba-tiba datengin Jaehyun. Nggak mungkin banget, jadi Sajua cuma nangis aja. Sedih.
"Ini aja mbak?" Tanya kasir seraya memasukkan jajanan Sajua ke dalam plastik.
"Iya."
Sajua mendudukan dirinya pada sebuah kursi depan minimart tersebut dan melahap es krim stroberi tak sabaran.
Kawasan rumahnya juga termasuk ramai, jadi jam segini nggak terlalu sepi banget. Ada beberapa orang yang masih seliweran.
"Mbak Saju?"
Sajua yang belepotan es krim pun kini menoleh, mendapati seorang laki-laki yang menatap dirinya kaget.
"Mas Mingyu?"