1. My happiness

54 8 3
                                    

Rumah berlantai dua yang bercat putih. Kamar gadis lugu yang manis terletak di lantai dua. Kamar yang tak kalah luasnya dengan kamar utama milik orang tuanya, yang berada di lantai bawah. Keluarga adalah rumah. Tempat berbagi kebahagiaan dan saling melengkapi.

Gadis itu turun dari kamarnya menuju meja makan. Saatnya sarapan.  Gadis keturunan Jawa - Padang. Alis tebal, berlesung pipi, kulit sawo mata dan hidung yang sedikit mancung. Wajahnya bahagia karena hari ini adalah hari kelulusannya. Hari dimana ia melepas seragam putih abu-abunya.

"Mahhhh..... Pahhhh ayoooo sarapan nanti kita telat ke gedungnya lohhhh!" Ajak gadis itu sambil berteriak memanggil kedua orang tuanya.

5 menit kemudian datanglah kedua orang tuanya yang telah siap dengan kostum mereka. Papahnya memakai kemeja abu dengan motif kotak-kotak juga tak lupa jas hitam. Seakan menambah aura tegas dan maskulinnya. Tak lupa Mamahnya menggunakan kebaya merah panjang ditambah rok batik dan pemanis rambut berkonde menambah aura kecantikannya meski usianya tidak lagi muda.

Kini gadis itu berada di gedung BCC (Bandung Convention Center). Ia bersekolah di SMA Harapan Bangsa Internasional. Salah satu sekolah yang di penuhi siswa-siswi keturunan Sultan. Ariana mencari sahabatnya. Zeyra.
"Hai.... Aku cariin kamu dari tadi tau. Gimana nih mau lanjut kemana zey?" Tanya Ariana atau biasa di panggil Ana. Saat ini mereka duduk bersebelahan sambil menunggu nama mereka di panggil kedepan.

"Hmmmm..... Aku kan udah lulus jalur undangan di Unpad, zey. Kamu kok lupa sih? Kelamaan rebahan ya di rumah Mulu hahaha ..."

"Oh iyaya...... Maaf zey! Alhamdulillah yaa akhirnya kesampean juga tuh satu kampus ma bebeb Rino Bastian. Hmmm seneng tuh pasti....."

Rino Bastian adalah kakak kelasnya yang kuliah di Unpad jurusan Manajemen. Sahabatnya ini dari kelas satu sudah menancapkan panah asmaranya. Sayang sekali Rino tidak mengetahuinya dan asyik dengan dunianya. Dingin, cuek seolah tak tersentuh.

"Iya kalo doi inget ma aku. Kalo nggak? By the way kamu udah pasti kuliah di Binus? Padahal aku nggak rela kita jauhan tau. Aku pasti kangen kita nggak bisa curhat bareng lagi hmmm..."

Benar adanya jarak akan memisahkan 2 orang yang telah lama bersama atas nama persahabatan.

"InsyaAllah jadi zey. Kamu doain aku ya biar aku bisa hidup mandiri di kota lain. Pokoknya kita fokus sama cita-cita kita ya. Aku akan meluangkan waktumu untuk ke Bandung atau kamu yang ke Jakarta aja yaaa...."

Tak terasa acara wisuda telah berlalu. Waktunya membicarakan ini dengan Mamah dan Papah. Sambil menonton TV. Kebetulan acara berita di MetroTv.

"Pah..... Ana udah yakin sama pilihan Ana untuk kuliah di Binus ya?" Tanyaku mengawali pembicaraan. Berharap semoga orang tuaku merestuinya. Udah kayak mau niat kawin aja ya. Upsss maksudku Nikah? Nggak ngerti ya. Udah deh.

"Kamu yakin nak? Apa kamu nggak pilih disini aja? Bareng sahabatmu itu juga. Di Jakarta itu nggak semudah apa kata orang kuliah disana dan pergaulannya harus bisa-bisa kita untuk bertahan hidup disana. Kamu masih kecil, masih belum tau apa-apa." Jelas Papah sambil menatap wajah putrinya. Baginya Ana tetaplah masih kecil.

"Iya nak. Di Bandung aja ya? Mamah nggak ada temen loh." Sambung Mamahnya sambil menyantap kentang goreng.

Benar dugaan Ana. Tujuannya kuliah di Jakarta mendapat penolakan.

"Iya Ana udah yakin mah... Pah. Tolong ya ijinkan Ana kuliah disana!"

Malik Zaylendra adalah sosok Papah idaman. Tubuh tegap, kekar, karier cemerlang. Dia tak merasa waktu secepat itu membawanya pada titik ini. Titik di mana anaknya meminta kuliah jauh darinya. Meskipun Bandung - jakarta mudah baginya untuk seminggu sekali berkunjung tapi tetap saja. Ada kecemasan yang hanya dirinya yang tau. Ada penyesalan yang hanya dirinya tau dan rasa. Ada sesuatu yang dia sembunyikan.

"Baik papah ijinkan tapi papah akan mengantar kamu dan mencarikan tempat tinggal yang nyaman untuk kamu. Dan seminggu sekali papah akan berkunjung. Gimana?"

"Mamah ikut ya pah antar anak kita!"

"Iya pah iya siapppppp. Makasih ya pahhhh. Ana mau tidur dulu nggak mau ganggu papah ma mamah bermesraan.

Bahagia memang. Kebahagiannya sempitnya. Orang tua lengkap, penyayang. Fisik? Jangan ditanya Ana memiliki fisik yang sempurna. Manis.
Uang? Apalagi. Dia berharap begini selamanya.

ALONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang