8. Antara Dia dan Dia

9 2 0
                                    

-Malik-

Kami pun makan dengan diam. Sesekali tertawa untuk topik receh yang Zeze lontarkan.

"Mas ..... "

Deg!

Apakah saatnya telat tiba?
Apakah harus hari ini?
Apakah dia mengetahui?
Bagaimana ini?

"Eh .... Mas disini juga ya ampun aku kangen banget tau sama mas. Katanya bawa oleh-oleh banyak buat aku. Udah ditungguin nggak nongol-nongol. Ehhh .... Maaf mbak kenalin saya Melati calon istri mas Malik. Mbak siapa ya ? Teman kerja mas Malik atau adik mas Malik?" Melati panjang lebar menjelaskan siapa dirinya di depan Zeze. Saking bahagianya Melati memelukku. Jantungku berdetak lebih cepat. Seperti suami yang kepergok selingkuh.

"Mas Malik apa benar ini?" Wajah Zeze berubah sendu. Ada setitik perasaan bersalah ketika aku melihatnya.

"Eh maaf mbak jadi kelamaan meluknya maklum kangen berat hehehe ..." Melati melepas pelukannya dariku.

"Mbak maaf saya bukan teman atau adik ta.....pi sayaaa......."

"Istri aku Melati. Lebih tepatnya kami di jodohkan dan mas nggak bisa jelasin ini ke kamu. Maafin mas ya Melati!"

"Maksudnya gimana ini?" Tanya Melati kepada kami.

"Mas sudah menikah 2 bulan yang lalu, maafin mas nggak jujur ke kamu. Mas mau jujur sebenarnya tapi kita bertemu disini jadi mas rasa inilah saatnya mas jujur," ucapku menatap Melati. Jujur sakit rasanya mengatakan yang sebenarnya kepada seseorang yang paling dicintai. Tapi aku nggak mungkin makin lama berbohong.

"Sebenarnya dia siapa mas?" Zeze balik bertanya.

"Dia...."

"Dia calon suami saya mbak. Asal mbak tau kami berniat menikah dalam waktu dekat ini. Tapi ternyata ini kejutan besar yang saya dapat. Banyak kenangan yang udah kami lalui bersama mbak. Dan ada sesuatu yang paling menyakitkan dari ini ketika ada sosok yang tak berdosa yang menjadi korban." Melati menatap tajam Zeze dengan tangisan luka.

"Maksud kamu apa ? Siapa sosok yang nggak berdosa?" Tanyaku bingung. Apa jangan-jangan..

"Udahlah mas. Nggak perlu bahas lagi, mas udah punya kehidupan sendiri kan. Mas juga sepertinya bahagia banget. Sekali lagi selamat ya mas dan mbak. Semoga langgeng terusss." Melati menjabat tangan kami. Dia segera melangkahkan kakinya keluar dan menyisakan pertanyaan dalam benakku.

"Kenapa mas nggak jujur waktu kita dijodohkan kalo mas sudah ada calon?"

"Aku nggak bisa menolak permintaan orang tuaku."

Setelah melanjutkan makan dalam diam. Kami pun langsung pulang. Selama perjalanan Zeze hanya diam begitu pun aku.

Apakah aku salah memilih istri Sahku?

Apakah kebahagiaanku di atas kesedihan Melati?

Aku bingung tapi dari hatiku aku memilih Zeze. Meskipun aku belum sepenuhnya mencintai dia.

Hari berlalu begitu saja. Sejak kejadian itu Zeze semakin cuek dan dingin kepadaku. Dia masih tetap mengurus segala keperluanku termasuk urusan biologis tidak pernah aku menerima penolakan. Tapi tetap serasa berbeda dalam hatiku. Aku mengakui kalau aku salah tidak jujur kepada Zeze tapi kan aku memilih dia juga. Apa itu kurang?

Hari ini aku disibukkan dengan berbagai dokumen yang harus aku pelajari. Waktu sudah menunjukkan makan siang. Sekretarisku menghubungiku dan mengatakan ada seorang wanita ingin bertemu denganku. Apakah Melati? Jika itu Zeze sekretarisku sudah mengenalnya.

"Assalamualaikum mas..." Suara itu. Aku ingat betul siapa pemilik suara itu?

"Waalaikumsalam Melati hmmm.... Apa ka..bar?" Tanyaku basa-basi mengusir kegugupan ini.

"Alhamdulillah baik-baik saja mas. Aku mau memberikan ini. Semoga mas dan mbak Zeze berkenan hadir di hari bahagia kami." Melati memberikan undangan bercorak keemasan. Melati dan Bayu. Melati akan menikah? Mengapa? Secepat itukah?

"Apa kamu yakin akan menikah secepat itu?"

"Bismillah yakin mas. Dia baik padaku dan menerima keadaanku."

"Aku meminta maaf melati!"

"Sudahlah mas lupakan saja ya. Aku sudah memaafkanmu. Ku harap mas bisa bahagia bersama mbak Zeze."

"Tapi aku masih mencintai kamu Melati."

"Cukup mas hubungan kita sudah selesai ketika mas menerima perjodohan itu."

"Apakah aku boleh memelukmu Melati?"

"Apakah perlu mas?"

"Sebentar saja anggap ini pelukan terakhir."

Melati tersenyum manis dan maju mendekat kepadaku. Aku pun memeluknya erat tak terasa ada setetes air mataku jatuh. Aku pun mencium rambutnya. Melatiku!

"Terimakasih semoga kamu bahagia!" Ucapku tulus.

Usai sudah kisah cintaku bersama Melati?

Dan apakah aku sanggup melepas bayangannya ?

Bersambung ......


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang