5. Pernikahan

16 3 2
                                    

-Malik-

Semua tamu yang hadir di mesjid ini tersenyum bahagia ketika kata "Sah" terucap.  Acara pun ku lalui dengan hampa. Seharusnya yang di sampingku adalah dia. Melatiku. Seharusnya ini menjadi hari paling bersejarah untukku dan Melati. Seharusnya dan seharusnya.

"Mas kok kayaknya nggak bahagia, apa ada yang di pikirkan?" Tanya istriku sambil tersenyum manis. Istri?

"Eh nggak kok, ini capek aja badan," jawabku asal padahal capek hatiku memendam rasa ini.

"Iya bentar lagi juga selesai mas, sabar ya."

Acara demi acara telah selesai. Selama itu aku tak memeriksa HP ku. Saat ini aku berada di kamar pengantin. Iya, kamar istriku. Kita menikah di kota Bukittinggi di Padang. Istriku yang bernama Zeze asli dari Padang. Tak salah lagi jago masak. Tapi, aku belum percaya toh aku belum mencicipi masakannya.

Zeze sedang di kamar mandi. Waktu yang tepat untukku menghubungi Melati. Ada rasa kecewa dengan keadaanku saat ini. Ada rasa bersalah karena aku mempermainkan kedua wanita. Tapi aku bisa apa?

Banyak sekali pesan dari Melati. Sejak kejadian itu, aku jarang sekali menghubunginya dan bertemu dengannya. Sekitar 1 bulan aku tidak bertemu dengannya. Rindu ? Sangat!

Aku pun menelepon Melati. Sedikit mengurasi rasa bersalahku.

"Assalamualaikum sayang.... Kamu apa kabar? Maaf aku baru hubungin kamu? Ini aku masih di luar kota ada tambahan tugas kantor.

"......."

"Kamu mungkin masuk angin sayang, biasanya juga gitu kan kalo kehujanan. Jadi inget kita pernah kehujanan ya hehehe"

"....."

"Iya nanti aku bawain oleh-oleh yang banyak untuk kamu ya"

",......"

"Kayaknya belum bisa aku kenalkan ke orang tuaku nih. Nanti ya sayang sabar"

"...."

"Udah dulu ya sa"

Ceklek

Suara kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok yang sebenarnya malas untuk ku tatap. Cepat-cepat ku matikan HP ku dan menaruhnya di kasur. Untung suaraku kecil sepertinya dia tak mendengarnya.

"Mas maafin aku ya," ucapnya sambil menunduk.

"Kenapa?"

"Aku datang bulan mas," jawabnya tersipu malu

"Terus?" Aku tak paham maksudnya berkata seperti itu. Tapi semenit kemudian aku paham. Pantas wajahnya berubah ketika ku menanyakan terus.

"Iya gakpapa kok, mas juga pegel banget ini badan. Mungkin ini waktunya buat kita lebih memahami ya sudah malam banget ini tidur yuk!" Ajakku sambil berbaring dan memejamkan mata berharap bisa bertemu Melati di mimpiku.

Pagi ini aku dan Zeze menikmati bulan madu. Zeze saja yang menikmati. Sedangkan aku hanya menikmati suasana disini saja. Kurang rasanya karena tidak ada melati. Andai saja.....

Tempat yang kita kunjungi, pantai Pariaman meskipun butuh waktu beberapa jam dari sini tak masalah asal bisa ketemu pantai.  Aku pun memilih berenang sendiri karena Zeze sedang datang bulan. Zeze hanya melihatku dari tepi pantai sambil duduk bersantai dan menikmati cemilan yang di siapkan oleh mertuaku.

Pulang dari Pariaman, kita mampir ke Jam Gadang atau jam besar. Tinggi jam gadang sekitar 26 meter. Bisa di bayangkan ya? Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rookmaker. Rookmaker merupakan sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Jazid Radjo Mangkuto, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rookmaker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.

Tak lupa waktu sudah malam, kami mengunjungi tempat makan di sekitaran Jam Gadang. Seharian menikmati keindahan disini benar-benar membuatku lelah. Oleh-oleh jangan ditanya karena aku sudah mempersiapkan.

"Mas kok kamu diem aja," tanya Zeze di kamar pengantin ini.

"Emang beginilah sifatku, maaf ya!" Ucapku tulus bukan maksud mendiamkan hanya saja aku tidak menikmati selama kebersamaan dengannya.

Zeze sudah mulai tidur. Aku segera mengambil Hp ku. Seketika senyumku makin lebar. Banyak pesan dari Melati. Intinya dia ingin segera bertemu. Sama Melatiku aku juga rindu kamu.

"Mas senyum-senyum sendiri apa apa emang di Hp nya?"

Deg

Serasa ketahuan selingkuh saja diriku. Eh, tapi memang selingkuh ya. Bukan sih hanya saja belum waktunya aku memutuskan hubungan ini dengan Melati.

"Ehh kirain udah tidur. Ini teman kirim pesan minta oleh-oleh kabar Dede bayi padahal kan kita belum ya bikinnya hemmm...."

Sampai kapan aku terjebak di antara 2 wanita ini?

Bersambung

ALONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang