07

19 6 17
                                    

Kalo alur nya ga jelas atau ada yg gak ngerti, bilang aja ok!
Chapter ini rada mellow,
Happy Reading!









"Huaaaaa malu, Ristiiii. Mau taro dimana muka gue??" Dari tadi Anna bilang itu terus. Tadi, Anna udah ceritain semua yang terjadi kemaren.

Padahal menurut Risti, itu nggak malu-maluin amat soalnya Lian gak tau sebabnya Anna senyum-senyum sendiri, terus tiba-tiba ngusir dia.

"Sabar, semua pasti ada hikmah nya. Udah nih lo makan ini aja." Kata Risti, sambil ngasih Anna roti isi keju.

Kadang Anna heran, ini belom istirahat tapi dia selalu ada makanan. Anna curiga kalo Risti bawa sekantong gede isi makanan semua. Soalnya Risti jarang keluar kelas kalo nggak penting-penting amat.

"Emang. Gue kalo laper gak bisa mikir. Mending nyetok, kan." Yeu pantes.

"Gak heran muka lo pipi semua."

"Nyet, yang kurus diem deh."

"Iya iya yang berisi."

Anna makan rotinya.

"Jadi, lo udah beneran suka, nih, sama Lian?" Tanya Risti yang lebih kayak ngegoda Anna. Duh.

"Gak tau. Masih ragu gue. Tapi kalo gak ketemu-ketemu jatohnya kangen, itu apaan?"

"Mana gue tau, lah. Emang gue pakar cinta, ha?"

"Ih, kan lo udah punya pacar. Kalo sama si Idris gimana?"

Idris, nama pacar nya Risti.

"Ya gak gimana-gimana emang kudunya gimana?"

"Ah, lo bego kalo soal ginian giliran matematika aja dingertiin."

"Kampret lu malah ngatain. Segitu juga Alhamdulillah loh gue bisa Matematika kalo enggak lo mao nyontek siapa??"

"Hhh, iya iya."

Tiba-tiba jendela sebelah mereka kebuka. Kepala Lian nongol dengan muka nyengir kayak kuda. "Hehe, lo nanti pulang nya sama gue ya." Abis itu pergi.

~•~

"Nih, helm nya."

Sekarang udah gak malu lagi:D

Ini udah waktunya pulang. Dan sesuai ajakan Lian tadi, mereka jadi pulang bareng.

Anna make helm yang di kasih Lian. Setelah naik, pun motor berjalan.

"Mau kemana, sih ini?" Tanya Anna pas dia nyadar ini bukan jalan ke apartnya.

"Ke rumah sakit." Jawab Lian.

"HAH?!"

Entah karena naik motor atau Anna nya yang budek, Anna nggak denger Lian ngomong apaan. Padahal Lian enggak ngebut-ngebut amat.

"Ke rumah sakit!" Ulang Lian setengah teriak. Kali ini Anna denger, cuma 'oooh' doang dia.

Ngerasa kepo lagi, Anna nanya; "Mau apa?!"

"Shopping!"

Plak! Belakang kepala Lian di tabok. Liannya ketawa.

"Yang bener!"

"Mau jenguk adek!"

"Hoo." Lian punya adek, ternyata.

Always ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang