10

21 5 8
                                    

Ng, cuma mau bilang; book ini konfliknya lebih ke kekeluargaan dari pada sama temen pacar ato kayak di teenfict yang lain. Tapi tetep ada kok, Lian+Anna nya. Nanti tapi xixi
Vote komen!
Happy reading!
























Kayaknya, Lian orang yang bisa di percaya. Berbagi masalah bukan hal yang salah, 'kan?

"Dia nge -drug."

"Serius?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serius?"

Kaget aja, cewek gitu ...

"Dia pecandu??" tanya Lian sekali lagi.

Anna manggut tiga kali. "Makanya gue kesel."

Ya, wajar aja Anna kesel. Itu nakalnya udah kelewatan. Dan papa mama nya gak percaya, Lian geleng-geleng kepala.

"Harusnya lo bongkar semua kelakuan Erina." Kata Lian.

Anna ngangguk, "Nanti, kalo sekarang biarin dia puas dulu."

Waw.

Ternyata Anna serem juga. Buat Lian.

"Baik banget." Sarkas Lian.

"Hehehe."

"Tapi kalo gue jadi lo, gue bakalan ungkap semua nya secepatnya." Kata Lian lagi. Dia rada greget aja gitu.

"Yaa, gue kudu ngumpulin bukti sebanyak mungkin biar mama papa percaya. Tapi kan kerjaan gue bukan itu aja, gue juga punya kesibukan sendiri. Les dance aja gue jarang masuk gara-gara tugas. Lagian gue masih sewot kalo inget segimana pinternya dia cari muka."

Lian manggut-manggut tanda ngerti.

"Eh dari tadi gue terus yang cerita, lo juga dong!"

"Mulai dari mana, nih?"

Eh, serius Lian mau cerita? , batin Anna.

"Terserah lo aja."

"Hm, kalo gue, menurut gue— akhir-akhir ini semua nya baik-baik aja. Alasan gue pindah ke sini gara gara abang. Iya gue punya abang, tapi bukan saudara kandung. Mau tau gak kenapa?"

"Apa? Abang lo? Boleh."

"Soalnya dulu, ayah pernah punya wanita lain. Ayah punya anak sama selingkuhannya itu, yaitu abang gue. Waktu gue masih umur 14, ayah tiba-tiba datang bawa anak cowok. Setahun lebih tua dari gue. Namanya Rainal. Bunda marah banget, gue sama Lino dibawa pergi. Kami tinggal sementara dirumahnya nenek.

"Terus, satu hari ayah dateng. Dia jelasin semuanya. Dan gue denger, ayah bawa Rainal karena ibunya udah meninggal. Jadi ayah mutusin buat bawa Rainal karena nggak ada anggota keluarga lagi selain ayah. Bunda kasih satu kesempatan lagi buat ayah. Awalnya gue gak terima sih, soalnya Rainal nakal ke Lino. Dia gangguin Lino terus. Tapi lama kelamaan kami juga dewasa, gue kira semua bakal baik-baik aja. Ternyata enggak, pas gue baru masuk SMA, Rainal ngerusak hubungan gue sama ayah. Mirip lo sama Erina lah, tapi kasusnya beda. Rainal hambur-hamburin uang nya ayah, dia pake rekening gue, tanpa gue tau dan ijinin. Ya jelas gue yang ke cap jelek dimata ayah. Tapi bunda tau mana yang bener, awalnya mereka udah mau pisah aja tapi gak jadi soalnya Lino ngelarang keras. Hah, anak bungsu. Jadi ya gini, gue lebih pilih beli apart sendiri."

"Uang nya ... ?"

"Pake tabungan gue, terus ditambahin sama bunda."

"Banyak banget dong?!"

Anna syok, dia waktu kecil nabung di celengan eskrim aja keambil terus. Ini Lian nabungnya dari kapan sampe bisa beli apart?

"Eng-gak! Kan ditambah uangnya bunda,"

Brak!

"HEY YO GUE BAWA MARTABAK, NIH!"

Lian sama Anna kaget lah, itu pintunya emang kebuka sedikit tapi dorongnya pelan-pelan kek_-

"Kampret lu, kaget tau gak?!" sungut Anna.

"Eh, ada bang Lian." Risti baru sadar. Iya yang teriak tadi tu Risti. Beneran bawa martabak.

"Hayooo abis ngapain kalian berdua?? Jangan zina lo berdua, dosa!" kata Risti.

"Apaan?! Enggak!" sanggah Lian sama Anna barengan. Emang bener kan, mereka cuma abis curhat-curhatan doang.

"Masa?? Kan kalo cowok sama cewek berduaan yang ketiga nya setan tauuuu!"

"Iya lo setannya," celetuk Lian. Cape dia denger Risti teriak-teriak. Kupingnya pengeng:(

Anna ngakak. Risti cemberut, "Bang, lo tega sama gue??"

"Shut udah-udah ayo duduk." itu bukan Anna apalagi Lian yang ngomong, tapi Idris yang baru muncul dibelakangnya Risti.

"Weh Idris, tumben lo ngikut." kata Lian.

Idris ngangguk, "Kebetulan lagi bareng tadi." abis ngedate padahal.

"Bilang aja lo berdua abis ngedate." timpal Anna. Dia lagi makan martabaknya yang rasa greentea.

"Heueuh da." sahut Risti.
(Iya emang.)

"Kita juga dong, Na. Mau kapan nih?" Tanya Lian tiba-tiba sambil naikturunin alisnya.

"ACIAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!"

~•~

Selanjutnya bakalan ada kejutan yang nggak mengejutkan, xixi.
Thanks for reading!
Vote comment share:D

Always ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang