06

13 5 5
                                    

Minta vote hehe!🙏


























"Kayaknya enggak, deh, bang. Dia aja kayak gak mau pacaran dulu, masih trauma sama mantannya." Kata Risti, abis itu minum jus alpukat nya. Mereka lagi di rumah makan depan apartemen nya Lian. Kebetulan rumah Risti juga gak jauh dari sini. Ketemuan deh, tadinya mau di kafe, tapi kejauhan. Risti mager.

"Anna punya mantan? Siapa?" Lian salfok. Tadinya dia kesini cuma mau mastiin Anna punya pacar ato enggak sekalian makan.

"Ada deh. Tapi gak satu sekolah."

Entah kenapa, Lian ngerasa gak enak. Mantannya Anna siapa sih?

"Oke. Tapi bener kan Anna gak punya pacar??" Tanya Lian memastikan.

"Enggak. Seratus persen yakin karena kalo dia jawab nya sambil halu, sama dengan kata 'enggak'."

"Hm, oke-oke. Thanks ya."

"Iya bang, santuy."

~•~

Ah, lega banget rasanya pas tau Anna gak punya pacar. Dalam hati teriak; yeeeeeeeey.

Lian senyum terus dia neken angka password apart nya Anna. Iya dong sekarang mah gak sungkan lagi.

Anna yang lagi serius liatin hapenya noleh gak nyantai ke arah pintu, tempat Lian berdiri. "Loh? Kok lo—ngapain ke sini?"

Kalau boleh jujur, sih, Anna seneng banget Lian kesini. Gitu juga sebaliknya. Ah, udah kayak orang pacaran aja.

"Emang gak boleh? Kan biasanya juga kesini." Lian senyum. Lebar banget.

"Kemaren-kemaren kemana tuh?? Lo gak kesini juga,"

Lian senyum penuh arti, "Kangen yaaaaaaaa???"

"Apaan enggak! Malah apart gue damai banget gak ada lo." kelewat damai malah jadinya sepi.

"Damai apa sepi, nih? Bilang aja lo kangen, terus kesepian gak ada gue hihi. Yakan yakan??" goda Lian. Beneran ini muka Anna panas.

Dalam hati ngeiyain. Kampret_-

Kadang, heran juga kok bisa kangen sama manusia pipi kuda ini? Gak mungkin kan, Anna naksir? Apa mungkin banget?

"Na," panggil Lian. Kali ini mukanya serius. Dia duduk di sofa sebelah Anna duduk.

"Lo gak punya pacar, kan?"

"Hah? E-enggak. Emang kenapa, sih? Tiba-tiba banget nanya gitu." salting Anna tuh. Niat hati gak mau geer tapi tetep geer gimana dong??

Lian narik nafas. Anna makin deg-degan. Ini Lian mau nembak dia ato gimana?

"Ya, ehm." Gugup sekali bapak Lian yang terhormat kali ini.

"Gue suka sama lo. Jadi pacar gue, mau ya?" kata Lian dalam satu tarikan nafas. Takut ditolak. Matanya natap Anna yang sekarang diem aja. Waduh waduh ditolak haduuuh.

Gak mau ditolak. Lian bilang lagi, "Gue maksa. Sekarang kita pacaran."

Anna gak bisa sembunyiin senyumnya. Ih sumpah ini cheesy banget buat dia walaupun gak ada romantisnya tapi Anna suka.

Mereka pelukan. Sampe Anna sadar pas bonekanya ditarik sama Lian.

IYA ANNA CUMA HALU:'D

"Heh, kenapa ih senyum-senyum sendiri. Itu boneka sampe benyek gitu." celetuk Lian yang sekarang lagi pegangin boneka teddy bear nya Anna. Yang gede itu loh.

Gak mungkin Lian bisa segamblang itu karena mereka lebih kayak temen daripada yang pedekatean.

"Ha? Oh, sori-sori. Gue sakit perut! Balik sana!" bentak Anna sambil lari ke kamarnya. MALU.

"Lah, diusir?"

~•~

MALU GUA MALU ANJIIIIIR- Yang tadi halu.

Argh! Anna mau menghilang aja rasanya. Meskipun udah dikamar, nggak bisa bikin Anna lupa kejadian tadi. Malu nya sampe ke urat.

Dia cari hapenya. Mau ngechat Risti. Malah ketinggalan di sofa T^T

Mau keluar malu takut masih ada Lian. Gimana ini:(

Akhirnya, Anna tengkurep dikasur terus ketiduran  sampe besok pagi:'D

~•~

Hampura:'D
Thanks for reading!
Voment!

Always ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang