Sarah Aghisna Maharani. Gadis berusia enam belas tahun itu membuang nafas keluar jendela mobil yang terbuka setengahnya. Ia sedang berpikir di atas dua perasaan, antara senang dan sedih. Senang karena akhirnya sekolahnya yang berada di kota yang berbeda dengan tempat tinggalnya memutuskan untuk meliburkan seluruh siswanya karena satu hal, virus yang sedang menggurita menyebar ke seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia, virus korona atau yang lebih dikenal dengan sebutan covid-19. Juga sedih, karena pasti orang tuanya tak akan mengizinkan dia untuk sering pergi keluar rumah. Situasinya benar-benar darurat.
Ayah dan Bunda menjemputnya pagi-pagi sekali, disertai dua adiknya yang bernama Savna Amalia Maharani dan Revan Akbar Mahendra. Kakaknya tentu saja tak ikut karena kelewat benci padanya. Ups, bukan karena itu. Tapi, karena laki-laki bernama Reyhan Angkasa Mahendra yang berusia dua puluh tahun itu diminta untuk menjaga rumah dan neneknya.
"Eh, Teh Sarah!" panggil Revan, membuat Sarah menoleh. "Gue bosen di rumah terus. Besok malem nonton kuy!" ajak Revan. "Nonton pala lu! Korona woy!" seru Savna. "Etdah, apa sih, na?!" balas Revan tak mau kalah. Ia bahkan menyenggol Savna yang duduk di sebelahnya sampai ponsel gadis itu jatuh. "Weh! Nantangin gue lu?!" sembur Savna.
"Udah! Bunda pusing dengernya!" seru Bunda. "Revan gak usah aneh-aneh! Tau ada korona malah keluar-keluar! Gunanya sekolah libur itu biar kalian gak kemana-mana," jelas Bunda yang disambut dengan anggukan oleh Revan dan Savna. Sarah? Sudah kembali sibuk dengan pikirannya.
"Tapi, ya Bun, aku masih banyak tugas tuh. Ada jadwalnya tiap hari," ucap Savna tiba-tiba. "Ho oh tuh, Bun. Aku juga, bejibun!" tambah Revan. "Ya namanya juga belajar dari rumah. Kayak Ayah yang bekerja dari rumah. Istilahnya work from home. Iya gak, Sarah?" jelas Ayah. Sarah yang merasa dirinya dipanggil serta merta menoleh, lalu mengangguk saja.
"Yee, Bunda bilangnya libur kok Yah," gerutu Revan. "Ya maaf lah, Bunda lupa." Ucap Bunda. Revan mengangguk saja, lalu kembali memainkan game online yang sedang digandrungi oleh remaja laki-laki kebanyakan, seperti dirinya pula. "Bocil main PU*G! Kalah juga nangis," ejek Savna. Revan hanya berdeham, malas menanggapi ucapan Savna yang merupakak kakaknya, lebih tua setahun darinya.
###
"Yuhuu, I am back!" seru Sarah begitu ia masuk ke dalam rumahnya. Revan bersungut-sungut di belakangnya, karena Bunda memintanya untuk membawa barang-barang kakaknya itu bersama Ayah. "Eh, Bun! Kok ada orang gila nyasar?!" Suara Reyhan terdengar dari lantai dua. Sarah mendecak sebal. Ia harus segera membuat perhitungan dengan kakaknya itu, karena ia tahu, laki-laki itu berkata seperti itu karena mendengar suaranya.
"Eh, mana kakek gila yang ngatain gue?!" Sarah berlari menuju ke lantai dua. Lebih tepatnya menuju Reyhan yang sedang duduk manis sambil memakan cemilannya. Rupanya dia sedang menonton pertandingan sepak bola tim kesayangannya. "Weh, kakek gilanya di sini." Suara Sarah sukses membuat Reyhan menoleh. "Apa kabar kakek gila?" sapa Sarah. "Seperti yang lo lihat, I am fine," jawab Reyhan tak peduli.
Sarah mendekat ke Reyhan, lantas mendudukkan dirinya di samping Reyhan. Ia hanya ingin duduk, tak berniat menonton karena ia tidak suka sepak bola. Niatnya sih, mengganggu Reyhan dengan ikut menghabiskan cemilannya. Tapi yang diganggu tenang-tenang saja. Padahal biasanya Reyhan dan Sarah selalu bertengkar jika bertemu. Akhirnya Sarah memilih pergi menuju kamarnya yang juga berada di lantai dua, meninggalkan Reyhan yang masih asyik menonton.
###
Receh_Squad (5)
Marklee_
Wih, mana katanya si TM balik?
Dan_niel101
TM? Apaan dah? Pacar lu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of 10 Days
FanfictionKorona oh korona, bikin gak bisa jalan kemana-mana. Sarah sampai uring-uringan di rumah. Anak rantau yang pulang kampung, malah gak bisa jalan-jalan sesuai keinginan. Ditambah sama temen2nya gak jelas semua. RECEH !! Fanfiction? Bisa iya bisa bukan.