Chapter 2

46 25 13
                                    

"Sarah, Bunda belanja dulu," Suara Bunda dari luar rumah menghentikan permainan Sarah sejenak, lalu ia kembali memainkan game onlinenya setelah berteriak, "Iya, Bun! Ati-ati!". Reyhan masih sibuk dengan tugas kuliahnya. Sementara duo Revan dan Savna sedang sibuk dengan permainan legonya. Kata Revan, meski sudah besar, tidak ada masalah mainan lego. Lagian mereka masih imut.

"Bang, gue naik ya," ucap Sarah yang dibalas deheman Reyhan. Sarah beranjak naik ke lantai dua, ke kamarnya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja, lalu membaringkan tubuhnya. Detik demi detik berlalu dan Sarah masih menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Ia benar-benar bosan. Akhirnya gadis itu beranjak ke meja belajar, duduk di kursinya, dan menyalakan laptop abu-abu yag berada di atas meja. Bukan laptop milik dia sih, tapi milik Ayahnya. Ayahnya sedang tidur di kamar, karena lelah setelah lembur tadi malam.

Tuk! Sarah reflek menoleh ke arah jendela kamarnya yang menghadap ke kamar tetangganya, lebih tepatnya kamar Mark. Ia membuka jendelanya, mendongak keluar. Terlihat Mark yang sedang duduk di atas ranjangnya sambil bermain gitar, tak menyadari keberadaan Sarah. Sarah mengerutkan kening. Jelas-jelas ada seseorang yang melempar kerikil ke jendela kamarnya, dan sudah pasti pelakunya adalah Mark. Kalau bukan Mark, siapa lagi? Tapi kenapa laki-laki itu seolah sedang sibuk melakukan aktifitasnya?

Sarah mengambil penghapus milik Revan yang entah sejak kapan tergeletak di lantai kamarnya, dan bahkan hanya tersisa separuh. Sarah menebak saja pasti benda itu korban kenakalan Savna. Sarah tak peduli, toh nanti Revan pasti meminta yang baru kepada Ayah. Ia akan melempar potongan penghapus itu ke kamar Mark yang jendelanya terbuka sempurna.

Hitungan mudur mulai digumamkan oleh Sarah. Ia mengambil kuda-kuda, agar lemparannya mengenai sasaran dengan tepat. Meski dia perempuan, jangan salahkan ia memiliki ketangkasan fisik yang hebat. Hasil latihannya selama bertahun-tahun bersama Ayah dan Reyhan. Buktinya, ia sekarang jago berenang, memanah, berkuda, bermain basket, dan badminton.

"Aduuh!" seruan Mark terdengar keras, beberapa detik setelah Sarah melempar senjatanya. Gadis itu kini sedang bersembunyi, agar tak ketahuan oleh Mark, meski sudah pasti Mark akan segera tahu siapa pelakunya. Sarah tertawa kecil, berusaha menahan tawanya. Ia bahkan sampai memegangi perutnya dan berguling-guling di atas kasur empuknya.

"Saraahh!! Gue tau lo yang ngelempar gue! Cepetan nongol!" seruan Mark terdengar lagi, membuat Sarah kembali tertawa. Gadis itu akhirnya beranjak mendekat ke jendela setelah tawanya reda. Ia menatap Mark yang memasang wajah cemberut, padahal wajah Sarah merah padam karena masih menahan tawa.

"Wajah lu lucu banget, Mark! Haha," seru Sarah, tawanya kembali lepas. "Bangke lu! Ganggu gue maen game aja," balas Mark tak terima, "Kalau gue gak sayang sama hp gue, udah gue lempar ke muka lu!" ucapnya lagi. "Iyee, semerdeka lu aja!" balas Sarah. "Ya udah, pergi sono! Gue mau lanjut maen game," ucap Mark. "Eh, mabar aja kuy! Ajak Samuel juga," usul Sarah, yang dibalas anggukan oleh Mark.

Sarah membuka roomchat-nya dengan Samuel. Rupanya si atlet taekwondo itu sedang online.

Samuelgans_

Mabar kuy!

Ha? Makan bareng?

Katanya pinter, gitu aja gak paham.

Ha? Apaan deh?

Mabar! MABAR! Main Bareng!

Oh

Etdah

Hm

Ya udah ayok,

Story of 10 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang