Chapter 4

38 24 9
                                    

"Gabuut!!" seru Sarah. Ia berkali-kali berganti posisi berbaring di atas kasurnya, agar nyaman. Nyatanya, tetap saja membosankan. Ponselnya pun kehabisan baterai, dan ia tak bisa meminjam laptop Ayah karena sedang dipakai untuk WFH, alias work from home. Inginnya meminjam laptop milik Reyhan, karena jam segini dia tidak mood mengerjakan tugas kuliah. Masalahnya hanya satu, Sarah malas ke kamar kakaknya itu.

"Ribet banget sih, teh!! Bosen dengernya nih," Suara Revan terdengar dari luar. Sedari tadi anak itu tak bosan menimpali gerutuan Sarah. "Apa sih?! Diem lo!!" balas Sarah. Rasanya ingin di sekolah saja, meski banyak tugas. Tapi tidak membuat ia kebingungan mengisi waktu seperti sekarang. Acara jalan-jalannya ke pantai kemarin pagi tidak bisa menghilangkan rasa bosannya yang sudah hampir mencapai ambang batas.

"Gabut ya Allah!!" seru Sarah lagi. "Berisik, woy! Ganggu orang aja!!" Kali ini suara Mark yang terdengar. Sarah bangkit dari rebahannya, berjalan cepat menuju jendela. Netranya menangkap Mark yang sedang bermain gitar di balkon kamarnya yang menghadap ke kamar Sarah. "Bos, gue bosen." curhat Sarah. Mark yang mendengarnya tak berniat membalas. "Bos! Gimana dong? Ntar gue kena penyakit gabut akut," seru Sarah.

"Berisik, mak! Gue lagi nyari inspirasi ini!" balas Mark. Sarah terkekeh. "Nyanyiin satu buat gue," pintanya. Mark memutar bola mata jengah. "Astaga! Males banget gue," komentar Mark dengan nada dibuat alay. "Ih, gak pren deh," gumam Sarah. "Apa?!" Tanya Mark. "Kagak!" balas Sarah. Ia beranjak masuk ke kamar, merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk kesekian kalinya.

I think I am in trouble

(This time)

Is it supposed to be like this?

It doesn't make sense

I'll fall for you again

If this keeps up

It's not the same but (every time)

The truth is that

I'm insecure about it

(Baby give me what you got)

Sarah menutup kedua kelopak matanya perlahan. Bukan untuk tidur, tapi untuk menghayati lagu yang sedang dinyanyikan oleh Mark. Ternyata Mark memainkan sebuah lagu untuknya. Mark yang jago bahasa Inggris, membawakan lagu itu dengan sangat fasih. Entah lagu milik siapa, meski sepertinya Sarah mengenalnya. Sarah tak ingin memikirkannya, ia hanya ingin menikmati lagunya.

Why though, am I still attracted to you,

Even when it's like this?

It's still kind of hard

I was like that but (hey I met you there)

The moment I saw you (okay now show me the way)

Why did I start wavering?

(give it up or don't give it up)

I'm scared but I like you

What you were saying,

Bibir Sarah menyunggingkan senyum sekarang. Senyum kebahagiaan. Dia tak mengira Mark punya sisi semanis ini. Oke, sebagai sahabat. Tidak lebih. Maksud Sarah, Mark tidak seburuk yang ia bayangkan. Suaranya lembut. Dan... terdengar sangat tulus. Sarah memeluk guling kesayangannya lebih erat. Perlahan, meski ia tak ingin, udara membawanya pergi ke alam yang berbeda. Terbang ke alam mimpi.

Di sisi lain, Mark telah menyelesaikan lagunya. Ia tersenyum penuh makna. "Bahagia selalu, teman sejati." bisiknya pelan. Sangat pelan. Mungkin hanya ia dan Tuhan saja yang mendengarnya. Ia kemudian menyisir rambut hitam pekatnya dengan jemari tangan kanannya yang bebas, sementara tangan kirinya menyangga gitar.

Story of 10 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang