Pukul sepuluh tepat, bel rumah Sarah berbunyi berkali-kali. Sarah yang masih menonton di laptopnya terkejut sampai hampir terjatuh dari ranjangnya. Ia mendengus kesal, segera menghampiri tamu-tamunya. Untung saja Ayah dan Bunda sedang pergi karena urusan. Kalau saja mereka ada, sudah habis Sarah dan teman-temannya karena membuat pasar dadakan di rumah.
Revan dan Reyhan sedang bermain game online bersama. Terdengar seruan-seruan mereka, yang tentu saja membuat mereka abai dengan bunyi bel rumahnya. Sedangkan Savna sedang asyik menonton di laptop milik Ayah yang dipinjamnya sejak kemarin. Gadis itu berada di taman belakang rumah. Oleh karena itu, ia juga tak mendengar bunyi bel rumahnya.
"Monmap tidak ada orang di rumah ini. Silahkan kembali dua tahun lagi," ucap Sarah dari balik pintu.
"Wait, wait. Kek denger suara orang. Tapi, kok gak ada orangnya ya? Jadi merinding gue," Mark bersuara dengan nada ketakutan, padahal sebenarnya ia tahu kalau itu adalah suara Sarah.
"Bang Mark jangan nakutin, deh!" kesal Lucas. Sarah tertawa mendengarnya. Ia menyibak tirai jendela ruang tamunya yang berada tepat di kanan dan kiri pintu.
"Ketahuan," terdengar suara seseorang begitu Sarah mengintip di balik tirai.
Sarah langsung bersembunyi begitu matanya bertatapan dengan mata Samuel yang berada tepat di balik jendela. Sarah di dalam, sementara Samuel di luar. Ia sangat terkejut karena Samuel menyadari bahwa ia sedang mengintip. Ia pikir tak akan ada yang menyadarinya, karena ia hanya menyingkap sedikit. Namun, ternyata Samuel menyadarinya. Tanpa pikir panjang, Sarah segera membuka pintu rumahnya, menyuruh keempat orang itu untuk masuk.
"Ayah sama Bunda gak ada kah?" tanya Daniel.
"Heh, seenak jidat manggil mertua gue kayak gitu. Awas lo," Mark menjawab.
"Mertua apa-apaan? Emang Sarah mau sama lo?" ejek Lucas.
"Na to the jis Mark! Najis !" seru Sarah menimpali, membuat Mark mendengus dan Daniel tertawa terbahak-bahak.
"Bacot kalian pada. Udah diem. Kalian boleh manggil ortu gue pake Ayah-Bunda juga kok," jelas Sarah.
"Eh, ada temen-temen teteh," sapa Savna yang baru saja datang dari taman belakang.
"Halo cantik," balas Mark.
"Idih. Najis," ucap Savna seraya berlalu ke kamarnya.
***
"Lah, kok ke dapur? Kita mau masak?" tanya Daniel.
"Iya, bambank. Kemaren kan kita ngerencanain bareng. Kok lo gak tau sih?" balas Mark.
"Ye, gua gak aktif di grup kemaren. Gimana sih? Kan gue tau semuanya dari Lucas," jelas Daniel.
"Ish, kalian berisik banget. Mau ikutan gak?" komentar Lucas yang baru saja mencuci tangan.
Mereka berlima segera berkutat di dapur. Rencananya mereka akan memasak seblak mie dengan berbagai varian isi dan juga takoyaki rumahan. Tak lupa es buah untuk minumannya. Mereka memang sudah mempersiapkan semua ini dari beberapa hari yang lalu. Tugas belanja diberikan kepada Sarah dan Mark karena rumah mereka berdekatan.
"Bang Sam, itu kata Sarah tolong cuci sama potong-potong buahnya," ucap Lucas yang sedang menunggu takoyaki matang.
"Heh, bocil curut. Lo ngapain diem aja?" seru Mark.
"Gue gak diem aja ya. Gue nungguin takoyakinya mateng. Mau kalo gosong?" balas Lucas.
"Yakan bisa sambil bantuin yang lain," ucap Mark.
"Ogah kalo lo," balas Lucas lagi.
Daniel tertawa terbahak-bahak mendengar Mark dan Lucas berdebat. Biasanya ia yang beradu mulut dengan Mark. Sarah yang sedang memotong-motong sosis dan bakso untuk seblak hanya tertawa kecil. Sementara Samuel hanya tersenyum. Ia sudah selesai dengan tugasnya, beranjak membantu Sarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of 10 Days
FanfictionKorona oh korona, bikin gak bisa jalan kemana-mana. Sarah sampai uring-uringan di rumah. Anak rantau yang pulang kampung, malah gak bisa jalan-jalan sesuai keinginan. Ditambah sama temen2nya gak jelas semua. RECEH !! Fanfiction? Bisa iya bisa bukan.