Chapter 5

34 18 8
                                    

Sore yang dinanti telah tiba. Keluarga Sarah, eh, ralat, Sarah dan saudara-saudaranya akan mencoba membuat sesuatu makanan. Cheesecake oreo. Bunda dan Ayah tak ingin mencampuri keseruan mereka. Baiklah, karena bahan dan barang sudah tersedia, mereka segera memulai. Reyhan dan Revan baru saja pulang dari swalayan terdekat, membeli bahan-bahan yang kurang, karena ternyata beberapa bahannya sudah tersedia di rumah.

"Yosh! Mari kita bereksperimen!" seru Revan penuh semangat. Ia datang dengan membawa mixer yang diangkat tinggi-tinggi olehnya. "Gue ngerjain tugas ya di meja makan. Kalo ada apa-apa calling-calling gue," ucap Reyhan. "Iya, pak bos Reyhan !!" balas Sarah, Savna, dan Revan berbarengan. Ia beranjak menuju ruang makan setelah mengambil laptop dan catatannya dari kamar tentunya.

"Teh, ini oreonya diapain?" Tanya Revan. "Itu dipisahin krim isinya sama biskuitnya. Masukin sini ya," komando Sarah. Revan mengangguk saja. Ia mulai memisahkan krim dan biskuit oreo ke dalam dua wadah yang berbeda, sementara Savna memotong keju menjadi dadu-dadu kecil, dan Sarah menyiapkan blender untuk menghaluskan bahan-bahan nantinya.

Bunda berkali-kali menengok mereka karena khawatir terjadi sesuatu pada dapurnya. No! Pada anak-anaknya tentu saja. Ayah yang juga mengikuti Bunda kadang-kadang tersenyum, bahkan tertawa kecil demi melihat tingkah anak-anaknya. Perlu diketahui, mereka berempat jarang sekali terlihat akur. Dimana-mana bawaannya bertengkar, adu mulut, bahkan baku hantam. Tapi, namanya juga saudara. Sebenci apapun, tetap sayang.

###

"Gimana hasilnya?" tanya Bunda setelah keempat anaknya itu selesai memasak bersama. Kini mereka sedang berkumpul di ruang tengah lantai satu. Bunda dan Ayah duduk di atas sofa, sementara keempat anaknya rebahan di atas karpet. Lelah katanya. "Tunggu nanti, Bun. Didinginin di kulkas dulu," jawab Revan. Ia sudah asyik dengan game online-nya.

Bunda dan Ayah mengangguk-anggukkan kepala. "Ya udah, sana pada mandi. Capek kan?" perintah Bunda. Beliau beranjak ke dalam kamar, diikuti Ayah. "Aye-aye kapten!" seru Sarah. Ia berlari ke kamarnya, segera mandi. Badannya lengket karena banyak mengeluarkan keringat.

Jam menunjukkan pukul lima sore ketika Sarah keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah. Ia baru saja selesai mandi. Pandangannya mengarah keluar jendela kamarnya, menampakkan jendela kamar Mark yng tertutup. Pada jam seperti ini, Mark pasti ada di lantai satu, jadi Sarah tak berniat untuk memanggilnya. Ia beranjak duduk sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Ponselnya bergetar beberapa kali ketika ia baru saja menyalakannya. Sarah memang seringkali mematikan ponselnya dari pagi hari hingga menjelang malam seperti ini. Tentu saja banyak notifikasi yang baru saja masuk. Beberapa pesan dari operator, teman-teman sekolahnya di kota yang jauh disana, dan teman-teman se-geng receh-nya.

Receh_Squad (5)

Marklee_

Jalan kuy !

Bokap gue bikin kue enak bgt ini

Luc(ky)as_

Gue OTW bro

Dan_niel101

Gue cabut ke rumah lo sekarang

Samuelgans_

Yo !

Mabar sekalian

Marklee_

Ashiap !!

Cepetan lahh

Dan_niel101

Kagak ajak mak lampir lo?

Marklee_

Kagak

Lagi bocan dia

Luc(ky)as_

Story of 10 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang