titik.

13 2 0
                                    

.
.
.

Wuahhh seperti serendepity, suatu waktu aku bertemu dengannya tiga kali dalam satu hari, menakjubkan.
Hari itu, di sebuah gedung diadakan seminar tentang budaya literasi, kau ingat bukan aku ini penulis amatiran yang senang sekali menceritakan monster senja ?
Aku hadir di seminar itu, ketika memasuki gedung aku melihatnya di lobi, pandangan kami bertemu selama lima detik, aku memutus pandangan bergegas masuk ke aula gedung.

Itu pertemuan pertama, yang kedua entah bagaimana dia duduk di sebelahku, dia tersenyum melihatku. Apakah dia mengingatku ?

Meskipun aku duduk bersebelahan, tak ada pembicaraan. Tentu saja, memang dia siapa ? Aku kenal ?

Nah tiba saat ada seorang pria yang menyanyikan sebuah lagu seluruh nafas ini, aku menangis, lagu itu seperti aku, kau (mungkin) dan monster senja.

Dia yang duduk di sebelahku mengulurkan sehelai tisu, hebat tanpa babibu aku menerimanya, meskipun begitu tak ada obrolan yang terucap.
Dan ketiga kalinya kami bertemu di bus. Apa yang menyebabkan ? Bus penuh, tak ada kursi kosong kecuali kursi di sampingku walaupun begitu dia tetap berdiri.
Aku tidakpeduli menawarkan dia untuk duduk. Seperkian detik kemudian, dia duduk di sampingku.

Hai. 

Ehh dia menyapaku ?
Aku tergagap mengucap hai.

Bolehkan aku duduk disini?

Aku mengangguk.

Bukankah kita pernah bertemu ?

aku melihat ke arahnya,

maksudku sebelum  hari ini,

oh dia masih ingat ternyata, yeah seperti itulah.
Entah bagaimana, obrolan tercipta. Mengalir bagai air, seperti angin. Berjalan begitu saja seperti sudah dibekali kompas masing-masing sehingga tau kemana arahnya.

Dia tak suka senja,

Tak suka bukan berarti benci.

Aku terdiam, seperkian detik kemudian hening datang. Aihh kenapa aku mengingatmu ? Kenapa pula bayangmu hadir ?

Aku tak membencimu, sungguh. Harusnya aku mempertanyakan ini, apakah kau membenciku ? Jika iya, jangan terlalu lama membenciku, karena aku tak tak akan mengganggumu lagi.

Aku takkan memakai kedok monster senja, hanya untuk sekedar tahu tentangmu, sungguh.

Miris ya ?

Mau bagaimana lagi, aku yang salah. Aku baperan, terlalu berharap padamu yang jelas tidak peduli denganku.

Kau baik-baik saja ?

Sepertinya orang yang duduk disampingku sudah memerhatikanku lama. Aku menggeleng sebagai jawaban. Aku tak berbohong hanya untuk sekedar mencari perhatian, tidak akan pernah. Aku hanya menerima keadaanku yang sedang tidak baik baik saja, tak salah bukan ?

Aku hanya sedang tidak baik baik saja, bukan minta dikasihani !

Sudahlah, terserah kau mau apa. Mau kau nyemplung sumur, memanjat pohon, pergi ke pluto, kencan dengan ayam sekalipun, aku tidakpeduli, sungguh.

.
.
.










Aksara Rindu yang Patah [USAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang