"Mark, tadi kok lo bisa disana?" tanya Nova tanpa melihat ke orang yang ditanyai, karena dirinya sedang fokus mengobati luka-luka pada wajah Ten.
"Tadi gue lagi gabut aja, makanya keliling disana bareng nih anak." tunjuknya pada oknum bernama Adnan Aseza, salah satu teman dekat Mark, "Eh tiba-tiba kok liat ada rame-rame, pas gue cek ternyata ada bang Ten lagi baku hantam."
"Makasih tadi udah bantu. Lo udah dua kali ini bantuin gue terus. Makasih banyak ya." kali ini Nova berucap dengan menatap Mark, benar-benar ingin berterimakasih pada cowo yang duduk di samping Ten.
"Sans aja. Btw gue gak perlu panggil lo pake embel-embel 'kak' karena lo kakak kelas, kan?" tanya Mark.
"Gak usah, dibuat senyamannya aja." jawab Nova, tangannya masih fokus mengoleskan salep ke luka Ten.
"Shhhh, sakit bego!" rintih Ten dengan menepis tangan Nova. Agak keras, membuat Nova sedikit kesakitan.
"Santai dong bang, cewe tuh. Jangan kasar." tegur Mark.
"Berisik lo bocah." sahut Ten.
"Lo diem aja deh Mark, jangan ikut campur." ucap Adnan memperingati, takut membuat kesalahan dengan kakak kelasnya itu karena mereka tidak terlalu akrab.
"Lo sih pake acara berantem segala. Padahal tadi udah janji mau nurutin permintaan gue. Belum ada 24 jam udah lo ingkarin aja." sungut Nova kesal sampai sedikit menekan luka pada sudut bibir Ten. Membuat cowo itu meringis, dan lagi-lagi menepis tangan Nova, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Tentu lebih sakit.
Mark tiba-tiba merebut kotak P3K dari tangan Nova, "Sini gue aja yang ngobatin, yang ada Nova ikut luka gara-gara ngobatin lo, bang."
"Apaan sih lo, pulang sana. Kenal kagak, sokab banget sih lo." ucap Ten sarkas.
Mark tersenyum getir, "Kudu pake kekerasan ini mah ngobatinnya."
"AKHHHHHHHHHH!!! BANGSAT! SAKIT BEGO!" teriak Ten karena Mark benar-benar mengolesi salepnya dengan kasar.
Adnan terkekeh melihat itu, "Maap bang, gue mau mamposin dulu ya." ucapnya lalu kembali terkekeh kencang.
Nova sebenarnya panik melihat Ten yang kesakitan, tapi dia diam saja. Kesel juga karena berkali-kali tangannya dipukul oleh Ten. Mana sakit lagi mukulnya. Biarin tau rasa tuh orang. Rese sih.
~•••~
Sekarang sudah larut malam, jam sudah menunjukan pukul sembilan malam. Sedangkan Nova masih sibuk dengan tugas Bahasa Inggrisnya yang belum dikerjakan. Sampai sebuah dentingan Notifikasi dari Hpnya menghentikan kegiatannya itu.
Itu notifikasi dari Mark. Ah benar, Mark sama sekali belum menjawab chatnya tadi siang. Padahal mereka juga sempat bertemu tadi. Nova pun langsung mengecek isi pesan dari Mark.
Mark Le Alevis
|Maaf baru bales, baru buka Hp soalnya.
|Iya sans lah sama gue
|Eh tapi gue boleh minta sesuatu gak sih sebagai bayaran atas semua bantuan gue ke lo?Yah, gak iklas bantu gue ya lo?:(|
Haha, canda deh|
Gue bakal turutin permintaan lo|
buat ucapan terimakasih |
|Nah, gitu dong
|Besok kosong gak?Apanya yang kosong?|
|Jadwal lo lah -_-
Ohhh, kosong kok|
KAMU SEDANG MEMBACA
RELATIONSHIT
Teen FictionKuberitahu satu hal, percuma mempertahankan hubungan yang hanya diperjuangkan oleh satu pihak. Jadi, buat apa bertahan? Karena yang selalu berjuang ada saatnya untuk menyerah, dan berhenti.