BAB : 09

147 39 38
                                    

Nova melangkahkan kaki menyusuri jalanan menuju rumahnya. Dia baru saja selesai dengan kerjaannya di warung pak Rail. Selesai lebih awal karena dibantu oleh Mark dan Vergan.

Tadinya Vergan ingin langsung pergi saja setelah memberikan donat pada Nova, tapi gadis itu menahannya. Jadilah Vergan berakhir ikut membantu pekerjaan Nova.

Kini sudah jam sembilan malam. Nova mengambil napas panjang untuk mengumpulkan semua keberaniannya. Sekarang, bila dia masuk ke dalam rumahnya, maka dirinya harus siap menghadapi orangtuanya. Apa lagi kejadian orangtuanya dan Ten tadi pagi masih menjadi beban pikirannya.

"Nova pulang..." seru gadis itu begitu membuka pintu dan masuk ke dalam.

Lian yang menyadari kedatangan anaknya langsung menghadang, "Mana uangnya?" tanyanya dengan menyodorkan tangan.

Nova memberikan beberapa lembar uang yang ia dapat dari pak Rail, dan langsung diambil dengan kasar oleh Lian.

"Bagus, kalau bisa besok-besok cari duit lebih banyak dari ini. Cari kerjaan lain. Kalau bisa sekalian cari om-om aja biar dapet banyak sekaligus."

Hah... Nova sudah cukup sering mendengar kalimat semacam itu keluar dari mulut ibunya. Tapi rasanya tetap saja sakit saat mendengarnya. Membuatnya hanya bisa menundukan kepala.

"Ngapain lagi diem disini? Tuh piring kotor numpuk, sampah dibuang, terus dapur di pel, tadi papah kamu numpahin air." ucap Lian, "Dah sana kerjain, mau makan gak kamu?"

Nova hanya bisa mengangguk, lalu melaksanakan semua yang disuruh oleh ibunya. Tubuhnya terasa sangat lelah. Dari pagi sampai pukul tiga sore dirinya sekolah, lalu pulangnya menemani Mark mengelilingi mall, dan langsung bekerja ke warung pak Rail. Sedangkan sekarang dirinya harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Rasanya ingin sekali istirahat walau hanya untuk lima menit. Tapi lebih baik Nova segera menyelesaikan semuanya dari pada ibunya mengamuk. Benar kan?

Butuh waktu sejam untuk menyelesaikan semuanya. Kini Nova bisa langsung istirahat di jam sepuluh malam. Sebelum ke kamarnya dia mengambil beberapa donat yang diberikan Vergan untuk mengganjal perutnya yang lapar.

Kegiatannya sebelum tidur adalah mengerjakan tugas sekolah yang belum sempat ia kerjakan, barulah dia bisa langsung pergi ke alam mimpinya.

~•••~

Ten menatap Nova dengan tatapan seolah bertanya, apa maksudnya ini?

Bagaimana Ten tidak bingung, tiba-tiba saja Nova memiliki teman baru. Seorang perempuan! Bahkan temannya itu termasuk cewe yang jadi banyak incaran para siswa di sekolah itu. Lalisa Manoban.

Hey, seorang Nova yang dikenal sangat sulit bergaul tiba-tiba saja berteman dengan salah satu cewe mostwanted di sekolahnya. Mengejutkan!

Oke, katakanlah itu berlebihan.

Sekarang, Nova, Ten, dan Lisa duduk disalah satu meja kantin. Tentu di meja pojok tempat kesayangan Ten.

"Ten, jangan galak sama Lisa dong. Dia temen gue juga." ujar Nova yang sudah geram melihat tingkah Ten.

Ten hanya mencibir, lalu bangkit untuk pergi memesan makanan.

"Maklumin Ten ya, Lis. Dia emang masih liar." ujar Nova sedikit bercanda.

"Santai aja. Gue malah gemes liat dia marah-marah gitu. Cute banget gila!"

"Cute gimana sih, eneg malah gue liatnya." Nova terkekeh.

"Lo kan sering liat dia, mungkin bosen kali. Iri gue sama lo Nov."

RELATIONSHIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang