Saat ini Nova dan Ten masih berada di apartemen Darwin. Sejak kepergian Vergan tadi, Ten lah yang terus menjaga dan merawat Nova. Padahal Nova terus meminta untuk pulang saja, tapi Ten menolak dengan alasan, "Lo masih lemes. Nanti aja pulangnya."
Nova bisa apa? Jadilah dia hanya bisa menurut, dan menghabiskan waktu di apartemen Darwin, hanya berdua dengan Ten. Sampai akhirnya Darwin sudah pulang dari Sekolahnya. Berakhirlah mereka bertiga menonton acara tv yang menurut mereka asik. Ditemani snack yang dibeli Darwin dan obrolan tidak berfaedah.
"Lo sama Vergan gimana, Nov?" tanya Darwin disela-sela obrolannya.
Nova yang sedang tiduran di sofa—dengan selimut tebal yang menutupinya hanya bisa berdehem. Dia selalu bingung harus menjawab apa bila ada yang bertanya soal hubungannya dengan Vergan. Hubungannya tidak berubah, masih kacau.
Mungkin karena tidak mendapat jawaban dari Nova, Darwin lebih memilih mengalihkan topik pembicaraan, membicarakan Yuta yang sepertinya sedang dalam masa pendekatan dengan seseorang.
Ngomong-ngomong, sepertinya ada yang aneh. Dari tadi Ten hanya diam, tidak bersuara sama sekali. Padahal biasanya dialah yang paling berisik. Nova yang menyadari itu jadi penasaran dan bertanya, "Lo kenapa Ten?"
Ten hanya melirik, tidak menyahut atau pun berniat untuk menjawab pertanyaan dari temannya itu. Padahal Nova dan Darwin sangat menunggu jawabannya.
"Sok cuek lo. Gak pantes, sumpah!" celetuk Darwin.
Ten tampak menghela napas, lalu melirik Nova dan Darwin bergantian, "Gue jadian sama Lisa."
Hening...
Seperti biasa, Nova masih harus mencerna ucapan sederhana itu. Sedangkan Darwin....
"HEH!? APA LO BILANG?! ULANGIN!" dia memekik keras, sedikit terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya. Ah ralat, sangat terkejut.
"Gue jadian sama Lisa. Kemarin, pas gue nonton sama dia, gue yang nembak."
Nova tergangga, "Lo.... Serius....???" tanyanya masih tidak percaya.
Ten tersenyum miring, entah apa maksudnya, "Gue serius. Itu mau lo kan? Comblangin gue sama dia?"
Nova terdiam. Memang benar sih dia mau membantu Lisa, tapi secepat itu?
"Dari pada lo susah-susah comblangin gue sama dia, mending langsung gue tembak aja kan? Lo gak perlu repot." lanjut Ten.
Darwin spechless. Sama sekali tidak bisa berkata-kata. Itu pemikiran temannya gimana sih?
"Ta-tapi bukan berarti lo harus jadian sama dia gara-gara gue. Lo bisa jadian sama dia kalau lo emang suka sama dia. Lo bego apa gimana sih?" Nova jadi ikut spechless. Pikirannya kalut, bagaimana ia bisa mendapatkan teman seperti itu? Bodohnya sangat murni.
"Ah... Gue suka dia kok."
Setelah mengatakan itu Ten tidak lagi mempedulikan reaksi teman-temannya. Bahkan dia malah asik menonton tv dan menghabiskan snack miliknya. Sampai sebuah panggilan telpon mengganggu kegiatannya. Ternyata dari Lisa. Panjang umur sekali gadis itu. Padahal baru saja dibicarakan.
Nova dan Darwin makin dibuat tidak bisa berkata-kata melihat itu semua. Mereka baru saja mendengar Lisa memanggil Ten dengan sebutan sayang! Kenapa mereka bisa mendengar? Itu karena Ten men-loadspeaker panggilannya.
Walau Lisa memanggilnya dengan sebutan sayang, tapi Ten tidak melakukannya. Dia hanya bersikap seperti biasa. Bahkan terkesan judes. Padahal kan Lisa sudah resmi menjadi pacarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
RELATIONSHIT
Teen FictionKuberitahu satu hal, percuma mempertahankan hubungan yang hanya diperjuangkan oleh satu pihak. Jadi, buat apa bertahan? Karena yang selalu berjuang ada saatnya untuk menyerah, dan berhenti.