Vergan menginjak pedal gasnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dirinya sangat panik karena baru saja Sera menelponnya dan mengatakan kalau dia tiba-tiba sakit dan berada di panggir jalan sendirian. Sera juga mengatakan kalau dirinya sempat muntah dan sakit kepala. Tentu Vergan sangat panik, dia pacarnya!
Setelah menempuh perjalanan sekitar sepuluh menit, akhirnya Vergan melihat sosok Sera di pinggir jalan yang tampak sangat kacau. Dirinya pun segera turun dari mobil dan menyusul gadisnya.
"Ra??? Kamu gapapa kan??? Katanya sakit? Langsung masuk ke mobil aja ayo."
Vergan memperlakukan Sera dengan benar-benar lembut dan perhatian. Tentu itu membuat Sera sangat senang hingga bibirnya menampilkan senyuman yang sangat lebar.
"Kamu tenang aja Ver, aku gapapa kok." ujar Sera begitu sudah masuk ke bangku di samping pengemudi. "Tadi aku bilang gitu biar kamu cepet-cepet jemput aku. Ya kali aku mau di pinggir jalan sendiri." lanjut Sera dengan santainya.
Vergan tercekat mendengar itu. Matanya membulat sempurna dengan mulutnya yang juga sedikit terbuka, "Bentar, jadi maksudnya kamu gak sakit???" tanyanya memastikan.
Sera mengangguk mantap dengan senyuman khasnya, "Iya, kamu tenang aja, aku gak sakit kok. Kamu khawatir yaaa? Cieeee... Senengnya aku di khawatirin sama cogan~"
Bugh!
Vergan memukul setirnya kuat-kuat. Bahkan sampai menghentikan mobilnya di tepi jalan, lalu menatap Sera dengan penuh amarah.
"Kamu kira lucu?" suara rendah Vergan mendominasi.
Sera sedikit merinding melihat itu. Namun sebisa mungkin gadis itu tetap bersikap seperti biasa.
"Kamu kenapa? Harusnya kan kamu seneng kalau aku gak kenapa-napa. Harusnya kamu seneng aku sehat gini. Kok malah marah?"
Vergan membuang napasnya kasar, berusaha mengontrol emosinya, "Sera. Sayang. Harusnya kamu gak gini!!!! Gara-gara khawatir sama kamu aku harus batalin janjiku sama Nova!!! CUMA GARA-GARA PRANK KAMU!"
Cukup, Vergan gagal mengontrol emosinya. Dia malah membentak Sera di akhir kalimat. Namun bukannya merasa bersalah, Sera malah ikut tersulut emosi.
"Oh? Jadi kamu ada janji sama Nova? Janji apa?"
"Kamu. Gak. Perlu. Tau." jawab Vergan penuh penekanan tanpa membalas tatapan Sera. Namun sedetik kemudian dirinya langsung menoleh saat mendengar isakan tangis.
Hatinya serasa tertusuk saat melihat mata cantik Sera yang mengeluarkan air mata. Mata dan hidung mungil gadis itu memerah. Sangat imut sebenarnya, namun tetap saja Vergan tidak suka melihat perempuan menangis.
"Se-sebenernya kamu sama Nova ada apa Ver?" tanya Sera dengan suara dan tubuhnya yang bergetar. Tangannya sibuk menghapus air mata yang tak kunjung berhenti.
Vergan jadi gelagapan, dia bingung dan panik sekaligus menghadapi Sera. Ini pertama kalinya ia melihat gadis itu menangis. Herannya Sera masih terlihat sangat cantik walau menangis. Ash sial!
"Berkali-kali aku bilang ke kamu, Nova itu temenku!!! Temen deket!!! Jadi gak usah mikir yang aneh-aneh!!!" ujar Vergan penuh penekanan. Sera hanya diam, menatap dalam-dalam mata yang menjadi candunya. Mencari kejujuran di balik mata itu.
"Lagian aku cuma mau habisin waktu sama dia. Udah lama aku sama Nova gak main bareng gara-gara waktuku selalu buat kamu! Aku gak mau kalau nanti aku sama Nova jadi ngejauh cuma gara-gara udah lama gak habisin waktu bareng. Cukup aku berselisih sama Ten. Jangan sampe Nova juga. Tolong, ngertiin!" Vergan terus melanjutkan kalimatnya.
Setelah mengeluarkan seluruh ucapannya, Vergan kembali berusaha mengontrol emosinya. Kali ini dia berusaha berbicara dengan lembut, "Sera, dengerin aku. Aku sama Nova gak ada apa-apa. Aku sama dia cuma tem--"
"Tapi banyak yang bilang sebenernya kamu sama Nova itu pacaran." Sera memotong ucapan Vergan, dan itu berhasil membuat jantung Vergan berdegup tidak karuan mendengarnya.
"Aku selalu dikatain perusak hubungan orang. Setiap hari aku denger kalimat itu Ver! Tapi aku selalu diem nanggapinnya. Soalnya aku yakin mereka cuma iri sama aku yang bisa pacaran sama kamu. Tapi... Kayaknya aku mulai percaya sama omongan orang-orang itu."
Kini Vergan yang diam. Dirinya bingung harus menjawab seperti apa semua ucapan Sera. Sedangkan Sera terus menceritakan semua pemikiran yang membebaninya selama ini.
"Mungkin gara-gara aku murid pindahan ya? Jadinya aku gak tau soal hubunganmu sama Nova. Padahal kayaknya hampir semua murid di sekolah tau soal ini."
"Sera, kamu-"
"Terserah kalau sebenernya kamu emang pacaran sama Nova. Atau sekarang masih pacaran? Jadi kamu pacarin aku sama Nova seligus?" Sera tertawa sarkas, tapi air matanya terus mengalir. Bahkan matanya sudah sangat merah.
"Aku gak peduli soal itu Ver. Sialnya aku beneran suka sama kamu. Maunya sih ngelepas kamu dari dulu gara-gara aku selalu di bully dan dikatain PHO sejak pacaran sama kamu. Capek. Tapi aku gak bisa. Aku sayang kamu. Aku coba bertahan, aku percaya sama kamu. Tapi kayaknya ini titik terakhir." Sera mengangkat tangannya untuk meraih wajah Vergan, lalu kembali menatap mata yang selalu menjadi favoritenya.
Sera tersenyum, "Aku mau kamu milih salah satu diantara aku sama Nova."
Degh....
Napas Vergan tertahan saat mendengar itu. Bahkan rasanya otak dan mulutnya mendadak tidak berfungsi sama sekali. Dia hanya bisa menatap mata Sera yang tampak sangat mengiris hati tersebut. Apa lagi saat melihat senyumnya. Senyum nanar yang terlihat menyedihkan. Disaat itu juga Vergan merasa menjadi pria yang sangat brengsek dan tidak bisa menghargai wanita.
Sera kembali tersenyum, "Aku tunggu jawaban kamu secepatnya. A-aku harap kamu pilih aku..." ucapnya masih tetap tersenyum. Lalu dirinya keluar dari mobil Vergan dan langsung berlari sejauh mungkin dari tempat itu. Meninggalkan Vergan yang masih mematung memikirkan semua kejadian yang baru saja dialaminya.
Memilih?
Sera atau Nova?
Bisakah?
--TBC
Hayoo loh Ver, mampos kau, disuruh milih tuh hshshsahshs.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELATIONSHIT
Teen FictionKuberitahu satu hal, percuma mempertahankan hubungan yang hanya diperjuangkan oleh satu pihak. Jadi, buat apa bertahan? Karena yang selalu berjuang ada saatnya untuk menyerah, dan berhenti.