ⓨ 05. P-Presdir? ⓨ

41 6 11
                                    

"Jan bilang lo bakal buat alat untuk masa lalu, "

"Good idea! " Mark melentikkan jarinya, wajahnya seketika berbinar.

"Eh, apaan?! Gak gak gak! Gw gamau ya lo buat alat-alat beginian! Ini udah bertentangan sama takdir Tuhan, goblok! "

"Ul bener, Mark. Lo buat mesin ginian aja nentang takdir Tuhan di masa depan. Dan sekarang lo pingin buat alat untuk masa lalu? Kita bisa pergi dari lo, Mark, "

Mark menjambak rambutnya, tidak percaya respon temannya yang negatif dengan keinginannya. Ia mundur beberapa langkah, menatap kedua gadis yang juga menatapnya dengan tajam.

"Kalian tau mimpi gw dari kecil itu, jadi profesor. Trus di saatnya udah tiba, kalian larang gw yg bakal buat alat-alat penelitian?! "

"Lu sadar ga sih, hasil tangan lu ini bisa ngehancurin dunia?! Alat-alat canggih lu ini, bisa aja jadi musuh dunia! Musuh manusia! Lu—" Wendy menahan tangan Seulgi yang akan melayang ke kepala Mark.

"Ul selow Ul. Mark, lu bisa buat alat-alat penelitian yang lain, yang ngga mencapai apa yg seharusnya cuma Tuhan yang pantas. Lu buat Multifunction Watch aja, udah nentang takdir Tuhan. Takdir yang seharusnya jadi rahasia kehidupan, lu perlihatkan ke dunia tentang masa depan. Lu sadar ga sih Mark? " Wendy cukup terengah, dadanya naik turun.

Multifunction Watch ini penyempurnaan dari alat pertama yang dibuat Mark.

Mark menggeram tertahan, kakinya menendang semua alat-alat diatas meja lalu keluar dari kelas dengan wajah sudah memerah.

Wendy memejamkan matanya, mendengar benda-benda berjatuhan ke lantai dengan tidak wajar dan beberapa puing-puing nya mengenai Wendy.

Seulgi mengusap bahu Wendy perlahan, sama-sama menenangkan perasaan emosi masing-masing. Kedua nafas mereka memburu.

Gadis monolid itu menyentuh lengan Wendy, di dekat sikunya sudah mengalir darah segar. Darah yang tidak pekat, bergolongan AB.

"Tangan lo berdarah, ikut gw, "

←←←←←←→→→→→→

Tiba di kantin, seorang lelaki datang mengacaukan semua isi kantin. Ia hanya menggeram tertahan, namun tangannya menyapu semua makanan, membuat pecahan piring dan gelas tak beraturan di lantai. Kakinya menendang kursi dan meja hingga jatuh.

Mengabaikan semua teriakan, ia tidak berhenti mengacaukan kantin.

"Mark Lee! " Suara teriakan langsung menghilang. Kerumunan siswa-siswi menjadi terbelah dua, memperlihatkan seorang lelaki lain serta mempersilahkan berjalan ditengah keramaian kantin.

Mark menoleh cepat, kedua alisnya menukik tajam.

"Apa apaan lo?! " Mark tidak menghiraukannya, justru semakin gencar mengacaukan kantin.

"Ikut gw, " Tanpa banyak kata Mark mengikuti ketua osis itu.

←←←←←←→→→→→→

Barusaja menginjakkan kaki ke kantin, Seulgi dan Wendy di kejutkan oleh suasana yang sangat kacau.

Semuanya tidak terbentuk, sedikit demi sedikit siswa-siswi disana pergi keluar dari area kantin. Semua makanan telah hancur, tergeletak di lantai.

Wendy menggeleng, "Mark baru kali ini kaya gini, Ul. Kita ga salah kan? "

Seulgi berdecak pelan, tubuhnya menghadap Wendy sepenuhnya dan kedua tangannya di pinggang, "Apa-apaan lo Wen? Kita udah bener ngasih tau yang bener ke dia. Dianya aja yang seriusan sama gelar profesor sialan itu! " Entah kesal atau marah, Seulgi hanya tidak suka pertanyaan Wendy tadi.

Multifunction WatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang