2~

20 4 1
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Dimana semua karyawan di kantor Art Home Design pulang, lumayan sore. Beberapa pekerja satu persatu keluar dari kantor. Saling menyapa dijalan sebelum pulang itu sering terjadi. Ada yang keluar bersamaan, pasti bertujuan ketempat lain. Seperti kafe atau tempat karaoke. Ada yang berdua dengan temannya. Ada juga yang sendirian. Niana salah satu dari ketiga kesimpulan, sendirian:(

Tujuannya sekarang ini bukan kerumah. Ia pergi ke toserba yang tak jauh dari tempat ia bekerja. Setelah sampai ditoserba, saat Niana masuk, ia disambut oleh senyum seorang nenek. Wanita paruh bayah itu dan Niana memang sudah saling mengenal, karena Niana sering datang ke toserba ini.

"Kau datang Niana?" tanyanya. Niana tersenyum.

"Iya, nenek" balas Niana kepada nenek penunggu kasir sambil mengambil kantung besar untuk memasukan belanjaannya di pinggir meja kasir.

Niana berjalan menuju rak yang berisi mie instan. Di rak, banyak pariasi mie intan. Niana mengambil beberapa mie yang sering ia makan. Setelah itu, ia menuju kulkas besar yang isinya minuman. Dari minuman botol dan minuman kaleng ada disana. Niana mengambil beberapa minuman kaleng. Minuman air mineral masih banyak dikulkasnya, jadi ia tak membelinya. Sudah merasa puas, Niana menuju kasir. Di kasir, nenek tersenyum pada Niana.

"Aku jarang melihatmu sekarang" kata nenek sambil memasukan belanjaan Niana ke kantung keresek.

"Iya, Ibuku baru saja meninggal. Jadi aku tak masuk kerja selama sebulan" jelas Niana. Nenek yang di hadapan Niana terlihat kaget mendengarnya.

"Benarkah? Aku turut berduka atas meninggalnya Ibumu Niana. Kalau begitu, kau ambil satu lagi mie, gratis untukmu" suruh nenek. Niana hanya mengangguk dan mengambil satu bungkus mie dari rak.

"Terimakasih nenek" kata Niana sambil memasukan satu bungkus mie yang diambilnya ke kantung keresek.

"Anggap saja itu hadiah dariku, maaf nenek hanya bisa memberimu itu. Hiduplah dengan baik. Kau gadis yang pintar Niana, aku tahu itu" kata nenek sambil menyodorkan dua keresek belanjaan Niana.

"Tidak apa nek, terimakasih. Aku akan pulang" balas Niana sambil meraih dua kantung keresek dan pergi keluar toserba tersebut. Hanya senyum yang ia bisa berikan kepada nenek itu.

Sebenarnya Niana tak pulang. Ia berjalan bukan kearah apertemennya, melainkan kearah yang lain. Dengan dua tangan yang memegang satu persatu keresek dari toserba, ia berjalan ke suatu jalan kecil. Setelah ia masuk jalanan itu, jarang ada orang ataupun kendaraan yang melewatinya. Entah kenapa Niana malah berjalan kesana. Niana sudah lama hapal jalan ini. Banyak perumahan megah yang ia lewati. Rumah dengan pagar-pagar besar menjulang, rumah bagi orang-orang elit. Tak lelah, hampir setengah jam Niana berjalan ke tujuannya.

Sekarang ini perumahan yang megah menjadi lapang rerumputan luas. Jalanan mulai menanjak. Niana terlihat keberatan karena menenteng dua keresek dengan tangannya yang kecil. Banyak pepohonan diatas tanah rerumputan ini. Jalan yang menanjak tanpa aspal, hanya batu kerikil. Di depan sana, ada pohon besar diatas bukit kecil. Tujuan Niana kesana.

Setelah sampai di tujuannya. Niana duduk di akar pohon besar yang keluar dari tanah. Menyimpan kedua keresek disampingnya. Merasa lelah, Niana mengambil satu minuman kaleng didalam keresek. Membukanya dan langsung meminumnya sampai habis. Kaleng kosong itu Niana masukan lagi ke kantung kereseknya. Niana ini tak suka mengotori lingkungan, berbeda dengan kamarnya yang banyak sampah.

Ia menatap kedepan. Melihat bangunan besar disana. Sebenarnya bukit kecil ini menghadap langsung ke bangunan-bangunan di kota yang besar ini. Niana sering kesini. Hanya sekedar mencari ketenangan. Ia menatap langit. Langit biru, Niana suka warna biru. Ia menutup matanya. Hampir beberapa menit Niana seperti itu. Merasa dirinya tenang dan damai. Hembusan angin yang tak terlalu kencang menerpa surai hitamnya.

Blue DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang