•••
Ini baru jam 14.00 WIB. Tapi hari ini cuacanya berawan, matahari hampir tertutup oleh awan hitam. Hawa dingin sudah mulai terasa dan menerpa kulit. Syukurlah tidak ada angin kencang dan juga tanda-tanda guntur. Hujan memang belum turun, tapi dengan cuaca seperti ini pertanda sebentar lagi rintikan hujan akan turun.
Niana dan Kevin sudah sampai di kediaman keluarga Kevin. Ucapan Kevin saat ia mengajak Niana ke rumahnya memang benar. Entah apa alasan nya Kevin mengajak Niana kerumahnya, ia hanya merapihkan diri agar terlihat baik-baik saja saat menemui anggota keluarga Kevin. Saat di perjalanan, Niana menyuruh Kevin berhenti di toko kue agar ia bisa membeli kue untuk Ibu Kevin nantinya.
Setelah merapihkan diri, Niana dan Kevin mulai masuk ke dalam rumah keluarga Kevin. Kevin mulai masuk duluan di ikuti Niana. Terlihat bagaimana isi dari rumah keluarga Kevin. Dengan cat putih, luas dan juga barang-barang yang mewah membuat isi rumah seperti di dalam istana.
Saat mereka berdua memasuki ruang tamu, mereka di sambut oleh senyumah seorang wanita cantik, ia Ibu Kevin. Niana mulai membalas senyuman dari Ibu Kevin,
"Niana, Kevin. Kalian sudah kembali rupanya"
Niana dan Kevin hanya mengangguk bersamaan.
"Ah ini," Niana memberikan kotak kue yang ia pegang kepada Ibu Kevin.
"Apa ini?" tanya Ibu Kevin.
"Kue kesukaan tante" jawab Niana. Niana sudah tahu apa kesukaan Ibu Kevin.
"Benarkah? Wah, terimakasih" Niana hanya mengangguk sambil tersenyum.
Tak lama seseorang datang sambil membawa laptop di tangan nya,
"Ibuu.. Aku sudah bilang kaka tidak akan tahu kalau ak---"
"Tidak tahu apa?" sela Kevin. Orang yang mendengar suara Kevin sontak menatap Kevin kaget.
"Kaka, kau sudah kembali!" kata Kianta. Ia adalah adik laki-laki Kevin. Umurnya sekarang sama dengan umur Ran. Kianta sepertinya baru pulang dari sekolahnya di luar kota.
"Iya, itu.. Laptopku.. Kianta bagaimana kau bisa masuk ke kamarku dan mencuri laptopku, hah?" tanya Kevin kesal.
"Ah ini..."
"Ibu, bagaimana Kianta bisa masuk ke kamarku?" tanya Kevin sebelum Kianta bicara. Kevin mulai meraih paksa laptopnya dari tangan Kianta.
"Eh, kaka aku pinjam sebentar. Aku ada tugas, laptopku tidak nyala" mohon Kianta.
"Tugas apanya, kerjaanmu hanya main game. Laptopmu tak menyala karena itu kau salah gunakan, aku tak ingin laptopku jadi korban selanjutnya"
"Kaka kau pelit"
"Siapa yang pelit, aku hanya menjaga laptopku dari tangan perusakmu itu"
"Sudah-sudah. Kalian ini terus saja bertengkar. Lihat Niana yang dari tadi menonton kalian" sela Ibu Kevin. Niana yang baru saja menonton pertengkaran antara adik dan kaka hanya bisa tertawa.
"Eh, ka Niana. Senang bisa bertemu denganmu lagi" sapa Kianta sambil tersenyum pada Niana.
"Iya Kianta, aku juga senang bisa bertemu denganmu lagi" balas Niana.
"Ibu aku dan Niana naik dulu ya" kata Kevin sambil menarik tangan Niana. Tanpa menunggu balasan dari Ibunya, Kevin sudah menarik tangan Niana dan pergi menuju lantai atas.
•••
Sekarang ini Niana dan Kevin sudah berada di depan pintu ruangan pribadi Kevin. Ruangan yang selalu Kevin gunakan untuk memperhatikan Niana dari jauh. Ruangan yang jendelanya langsung kearah jendela rumah Niana. Kamar Kevin terpisah, tapi ia sering tidur di ruangan ini karena di ruangan ini juga ada kasur muat untuk satu orang. Kevin selalu menghabiskan waktu di sini dengan membaca, di setiap sudut ruangan banyak buku-buku yang di tata rapih. Niana bisa melihat di tengah ruangan ada sebuah piano yang ukuran nya lumayan besar berwarna hitam. Piano yang masih mengkilap tanpa debu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Diary
General FictionBagaimana rasanya di tinggalkan oleh salah satu anggota keluarga? Apa lagi seseorang yang sangat berperan penting. Luka yang di dapat orang terdekatnya sangat membekas. Seorang Ibu yang selalu menceritakan cerita pada anaknya, saat itu ia berkata...