Jeritanmu bagaikan nyanyian merdu bagiku teruskanlah aku sangat suka mendengarnya?
Desa kincana,malamrabu,pukul 19.30 wib
Langit gelap yang indah ribuan bintang berlomba lomba siapa yang paling terang dimalam ini.
Seorang gadis berusia 17 tahun sedang duduk diteras rumah dengan menggunakn celana pendek berwarna hitam dan switer berwarna senada seperti sedang menunggu seseorang.
Tampak seorang gadis berusia samaa 17 tahun sedang berusaha membuka gembok gerbang rumah ini.
Seseorang melambai lambaikan tangannya "zaraa zara"
Dengan cepat aku mencari sumber suara "klarista kau sudah sampai" ucapku dan berjalan mendekatinya
"Iyaa aku sudah sampai zara" ucapnya
"Mengapa kau tidak masuk?" tanyaku
"Bagaimana aku bisa masuk kedalam rumahmu gembok pagar mu sajaa sangat kokoh seperti ini" jawab klarista
Aku terkekeh sembil membuka gembok yang sangat amat kokoh ini "klarista yuk masuk"
Klarista berjalan mengikutiku menuju ruang bawah tanah milikku.
Saat kubuka pintu ruang bawah tanah ini klarista seketika membeku wajahnya tampak pucat .
"Hai klarista kemarilah masuk" ajakku
"Zara aura ruang ini membuatku takut" lirihnya
Aku tertawa "klarista kau sangat penakut "
Aku menarik tangan klarista membawanya menjelajahi ruang pribadiku ini
Disini terdapat kursi yang biasa ku gunakan untuk menyandra seseorang ,terdapat tali yang menjuntai untuk mengikat korbanku,terdapat box peti yang biasa kugunakan untuk mengawetkan korbanku,terdapat berbagai macam senjataa kesayanganku disini ,bahkan tempat memutilasi adaa disini.
"Zara aku merasaa mual" ucap klarista
"Pergilah ke kamar mandi" jawabku
Dengan cepat klarista berlari meninggalkan ruangan ini menuju kamar mandi.
"Aku yakin klarista pasti melihat beberapa potong daging dimeja mutilasi yang lupa ku bersihkan" ucapku
Sudah 10 menit klarista belum kembali kesini aku melangkahkan kakiku berniat menyusulnya berharap tidak ada kejadian apaapun .
Baru saja aku melangkah sudah terdengar seseorang membuka pintu dengan cepat aku bersembunyi dibalik peti mati yang tersusun rapi disini.
"Astaga ternyata kau klarista" ucapku mengelus ngelus jantung yang berdetak kencang
"Ada apaa?mengapa kau bersembunyi dibalik peti mati itu zara" tanya klarista
"Ku pikir orang asing atau polisi tadi"
Klarista tertawa "ku pikir orang sepertimu tidak takut siapapun"
"Tidak lucu klarista, mengapa kau menggunakan masker?" tanyaku
"Aku tidak kuat menghirup aroma ruangan ini zara ruangan ini sangat bau dan amis" ucapnya
"Yasudah kembarilah aku akan memberi tau apa saja yang ada disini klarista" ucapku dan menarik tanganya
Saat ini klarista sudah cukup tenang melihat benda bahkan semacamnya di disini.
"Zara penjepit apa ini?" tanya klarista
"Itu penjepit kaki klarista" jawabku
Klarista menelan ludahnya kasar matanya seketika membulat tidak berkedip sama sekali .
"Mengapa kau ingin mencobanya?" tanyaku
Klarista berjalan mundur wajahnya seketika menjadi pucat "zaraa a a apa maksudmu?"
Aku tertawa keras "Aku hanya bergurau klarista wajahmu bergitu pucat seperti mayat yang baru 2 hari di awetkan"
Klarista menghampiriku dan memukul bahuku kuat wajahnya sangat amat kesal.
"Zara berhenti membuatku jantungan" ucapnya
"Sorry karena kamu terlalu tegang tadi" ucapku
"Oke aku maafkan "ucapnya dengan senyum manis miliknya
Klarista memang cantik bahkan cantik sekali kepintaranya membuatnya tampak sempurna.
"Klarista kemarilah"
Klarista menyentuh dinding peti mati yang tersusun rapih disini "mengapa peti ini dingin sekali zara?"
Aku membuka salah satu peti disini "lihatlah"
Klarista memegang perutnya mungkin dia merasa mual melihat ini.
"Zara ini sangat menjijikan mengapa kau membekukan jantung disini" tanyanya
"Aku hanya ingin mengoleksinya saja klarista"
"Aku mulai mual lagi zara"
"Nanti kau akan terbiasa melihat ini klarista tahan dan lawan rasa jijikmu" ucapku
"Baiklah "
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARA (Tahap Revisi)
Teen FictionZara gizeler ballerina seorang gadis yang memiliki kehidupan suram, tak ada sedikitpun belai kasihan. Malaikat kematian bagi orang sekitar nya, malaikat kematian bagi orang yang suka bermain-main dengannya. Saya kembali. Siapapun penghianat tak akan...