Bukan cuma uang yang jadi kebutuhan. Bagaimanapun kasih sayang jauh lebih bermakna dari harta.
__________
Alvinzo menaiki anak tangga rumahnya setelah mengantarkan Arvinza pada kamar gadis itu yang terletak dilantai bawah, Supaya tidak lelah naik turun tangga katanya.
"Alvinzo!" Teriak Ernest selaku Ayah Alvinzo dari bawah.
Yang memiliki nama tak menoleh, ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar. Bagaimanapun Alvinzo adalah manusia yang butuh istirahat dan refreshing otak.
"Tidak punya telinga kamu?!" Ujar Ernest kembali bersuara namun tetap sama, tidak ada respon dari sang lawan bicara. Melirik pun tidak.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini Alvinzo?!"
"Apa kamu masih tidak bisa menerima takdir?!"
Ucapan Ernest yang terakhir mampu membuat Alvinzo menoleh, tidak bisa menerima takdir katanya?!
"Tidak akan ada asap jika tidak ada api!" Jawab Alvinzo datar tanpa menuruni anak tangga dan menghampiri si tua yang menyandang sebagai Ayahnya itu. Merepotkan.
"Ngomong sama Ayah apa yang kamu butuhkan Alvinzo? Mobil baru? Rumah baru? Atau---"
"Kasih sayang!"
Ernest terdiam, namun ia pun tak ingin disalahkan. "Bukankah segala fasilitas yang Ayah kasih untuk kamu juga adalah sebuah kasih sayang? Lalu? Ayolah Alvinzo! Banyak sekali diluaran sana yang tidak bisa hidup seperti kita. Bahkan ingin makan pun susah! Apa ada lagi alasan kamu untuk kurang bersyukur?!"
"Ayah tau jika mereka selalu bahagia walaupun dengan uang yang tidak berjumlah dalam artian tidak banyak?!"
"Uang adalah kebutuhan sayang, bagaimana mereka bahagia dengan uang yang tidak berkecukupan?"
"Bukan cuma uang yang menjadi kebutuhan, Bagaimanapun kasih sayang jauh lebih bermakna dari harta. Dan mereka merasakannya itu adalah devinisi bahagia!"
×××
BRUKKK!!!
Alvinzo menutup pintu kamarnya sangat keras hingga membuat wanita cantik yang baru saja masuk kekediaman Ernest memekik kaget. Ia segera mendekati suaminya yang kini telah terduduk disofa dan menunduk, mengelus pundak Ernest untuk memberi ketenangan dan kekuatan.
"Mas kamu bertengkar lagi dengan Alvinzo?" Ujar wanita itu pada Ernest yang masih memegangi dadanya karena ulah Alvinzo tadi. Bohong jika ia sangat tidak memperdulikan Alvinzo, hanya saja kasih sayang yang ia berikan pada anak anaknya berbeda.
"Iya," jawab Ernest lirih.
"Kenapa?"
"Alvinzo butuh kasih sayang dengan cara yang berbeda."
"Kamu harus lebih memperhatikannya,"
Ernest menghela nafas, selalu saja ia yang dalam posisi bersalah. "Alvinzo selalu menolak,"
"Saat ini Alvinzo memang sangat keras, hatinya belum terbuka, aku harap suatu saat dia dipertemukan dengan orang yang bisa merubahnya menjadi lebih baik. Bahkan sampai saat ini Alvinzo belum bisa menerimaku menjadi pengganti ibunya," Wanita itu meringis, matanya mulai berkaca kaca. Tidak berbohong jika ia sangat menyayangi Alvinzo dan Arvinza sepenuh hati, bukan seperti ibu tiri pada umumnya. Ia sangat kaya, tidak menikah dengan Ernest pun hidupnya sudah seperti Ratu. Jadi, kecil kemungkinan jika dia menikah dengan Ernest hanya untuk mendapatkan warisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINZO
Aléatoire[Harap Follow terlebih dahulu karena Chapter diprivate secara acak.] "Oke gue nyerah! Gue suka sama lo!" Ungkap Alvinzo menyerah, pasalnya ia sudah tidak tahan dengan dirinya sendiri. Disatu sisi, otaknya mengatakan tidak mungkin menyukai gadis sep...