@ sewarsabulan
"karena hal yang paling menyakitkan, adalah ketika kita harus kembali pulang, ke tempat luka yang sebenernya."
Pagi itu, langit bandung sedang cerah. Shabi keluar dari bandara sambil menenteng kopernya menunggu jemputan dari orang tua-nya. Ia, hari ini terpaksa harus pulang ke Bandung, karena ada surat yang harus di urus dan juga sekalian reuni sma katanya.
Tapi, yang menyakitkan bagi dia adalah prihal harus kembali menyusuri jalan kota Bandung, yang menjadi luka nya.
Setelah jemputan itu sampai, shabi langsung masuk dan duduk manis di Mobil sambil bercengkrama sedikit bersama ayahnya.
"Dek, waktu itu ada yang nanyain kamu. Katanya dia temen sma kamu dek. Ayah kayak kenal tapi lupa." Ucap sang ayah membuat shabi menaikan satu aliasnya.
"Siapa, yah? Kok bisa tau alamat rumah kita yang baru?" Tanya shabi, karena pasalnya setelah selsai dan tekad nya benar-bener bulat. Dia meninggalkan kota Bandung sekaligus pindah rumah, dan alamatnya tak ada satupun yang tau.
"cowok, yah?" Lanjut shabi kembali kemudian sang ayah hanya mengangguk sambil fokus menyetir. Setelah sampai rumah shabi segera merapihkan barang-barangnya.
Teringat dia di sini juga hanya 3 hari. Karena biasalah anak mahasiswa jadwal padat.
Hari pertama di bandung ia habiskan bersama keluarganya, seperti makan malam bersama dan bercanda karena sudah 3 tahun lama nya Shabi tidak pulang.
Hari kedua, dia habiskan untuk membuat surat-surat yang di perlukan sebagai mahasiswa aktif di jepang. Seperti surat kepindahan dan Shabi bertekad bulat untuk pindah warga negara menjadi warga jepang. Setelah selsai membuat surat-surat, di tengah jalan menuju jemput an shabi seperti melihat pria yang ia kenal menatapnya dengan tatapan binar, namun karena jaraknya jauh shabi kurang hafal dia siapa. Saat pria itu hendak menghampiri nya, shabi terburu-buru di jemput oleh ayah nya.
Kemudian, hari ketiga di bandung. Ia jalani untuk mendatangi acara reuni sma. Ketika shabi datang semua kaget dan pangling. Pasalnya shabi sudah tidak ada kabar selama 3 tahun dan dia datang dengan tiba-tiba.
"MBIH! KEMANA AJAA BUSETT KANGEN BANGETT" ucap sasa, dia adalah sahabat karib shabi selama di sma. Di susul dengan 2 sahabatnya lagi amara dan wilna.
"Iya anjir, jadi orang jepang sekarang sombong. Ilang Dua taun." Ucap amara.
"Kak, vn Ara Ara dong" ucap wilna tak kalah senang.
Shabi hanya bisa tertawa sambil menatap sahabatnya itu.
"Mahasiswa aktif mana bisa pulang, ini juga cuman 3 hari jadi hari terakhir di bandung, aku sempetin sih ke sini. Sambil ambil flight malem." Ucap shabi membuat ketiga sahabatnya itu sedih.
"Yah anjir, ga seru lo mah." Ucap sasa.
"Ya udah si, ayo kita nikmatin aja dulu. Happy happy" ucap shabi di balas anggukan oleh sahabatnya itu.
Di ujung sana, ada dua pria yang menatap shabi beda, hatinya sangat ingin sekali memeluk anak yang hilang itu. Sial nya gengsi nya selalu tinggi dari apapun.
Dua pria, yang menyesal dan selalu mencari shabi namun akhirnya nihil. Di pertemuan ini membuat nya syok berat karena sang empu yang di cari telah kembali.
"Eh, maaf dek-" ucap shabi ketika anak kecil tersebut menabraknya.
"Kamu lucu banget, mana papa mama mu?" Ucap shabi lembut sambil berjongkok mengsejajarkan tubuh dengan anak itu.
"Shabi, kamu kemana aja mama cari-cari. Eh-?" Ucap seorang perempuan berambut panjang dan berkulit putih, shabi tak yakin ia kenal itu siapa namun sepertinya perempuan itu kenal dengannya sampai-sampai anak dia, dia namai shabi.
"Shabi?" Tanya perempuan itu, kemudian shabi berdiri.
"Anakmu cantik, ya." Ucap shabi sambil melihat susulan lelaki yang ia kenal di belakangnya. Itu adnan."Shabi...maaf" Ucap Adnan menunduk.
"Papa! Kakak itu namanya sama kayak shabi ya?" Ucap anak kecil itu kepada Adrian kemudian Adnan mengangguk sambil tersenyum.
"Oh, anakmu? Ah-kalian nikah juga, ya. Happy wedding late, ya. Semoga di beri kebahagian terus. Adnan, dan kamu ." Ucap shabi sambil tersenyum. Perempuan itu hanya terdiam seperti ingin bertanya namun terhalang begitu juga dengan Adnan.
"Selamat berbahagia, Adnan." Ucap shabi kemudian pergi, ia tak menyangka sebegitu nya Adnan. namun ini bukan luka terberatnya.
Lelaki itu, kembaran Adnan menghampiri shabi keluar gedung sambil menahan tangan nya yang gemetar."Aku, aku nunggu kamu shabi. Kamu kemana aja?" Ucap fikri gemetar menahan tangis. Matanya memerah tangisnya sebentar lagi pecah.
"Fikri. . . Jangan kayak gini." Ucap shabi pelan.
"Kayak gini gimana sih, bi? Aku depresi cari kamu yang hilang dari aku! Aku nunggu kamu bi selama ini. Kenapa kamu jauhin aku?" Ucap fikri pecah sambil menangis. Air matanya tak terbendung, itu sama. Sama seperti dahulu saat kelas 11 fikri menangis di pelukan shabi karena sebegitu lelah nya ia.
Shabi hanya bisa terdiam, sama seperti 5 tahun yang lalu. Shabi memeluk fikri mengusap rambutnya lembut guna menenangkan anak tersebut.
"Aku, enggak pergi. Aku cuman butuh waktu fikri." Ucap shabi pelan.
"Waktu apalagi sih, bi? Kamu liat aku bi! Liat." Ucap fikri gemetar kemudian shabi memeluknya erat.
"Aku enggak bisa terus-terus an sakitin kamu fikri, kamu punya perasaan. Kamu harus lepasin aku fikri." Ucap shabi membuat fikri semakin pecah."Aku lebih hancur kalo engga sama kamu, shabi." Ucap fikri pada malam itu membuat shabi tak berani kembali menginjakan kakinya di bandung.
Saat, tengah kembali ke jepang ia terus terfikirkan oleh ucapan fikri. Kenapa anak itu tak bisa melupakan shabi seperti apa yang di lakukan abangnya?
Sejak saat itu, shabi selalu enggan menginjak kota bandung. Katanya, luka nya berada di bandung semua.
Dan, tentang prihal kita dan luka yang bersemayam di tubuh kita. Aku hanya ingin fikri bahagia tanpa menerima sakit dari ku lagi. Aku hanya ingin fikri menerima bahwa cerita kita selsai, bukan malah di paksakan hingga bertahun-tahun. Karena untuk apa, fikri hanya menerima luka. Fikri tahu, bahwa sebenernya aku masih ingin bersama dia. Tapi fikri, tak peduli tentang rasa sakitnya, itu yang membuatku menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prihal Bandung Dan Luka Kita - Lee Heeseung
Fanfiction" Bandung itu indah, Fikri. Namun tergantung kita melihat bandung dari sisi mana." Ucap Gadis tersebut. "lalu, sekarang kamu melihat Bandung yang seperti apa, Bi? " Ucap anak lelaki di samping nya tersebut dengan penuh tanda tanya. " Hal yang bahagi...