Chapter 11

3.5K 211 9
                                    

"ini bukan sebuah drama" laki-laki itu berkata, dan membuat wanita berambut blonde yang sedang bersandar pada kepala tempat tidur itu menatap lesu ke arahnya.

"aku tahu" Naruko menyahut, 14 hari sudah ia di rawat, dan ini kedua kalinya Naruto mau menjenguknya seorang diri. Tidak ada senyum di wajah manis itu, mungkin saja Naruto memang sudah lelah untuk tersenyum dalam kepedihannya.

Tidak salah jika Naruto melakukannya, lelaki itu berhak melakukan apapun pada dirinya sendiri. Termasuk mendapatkan apa yang ia harapkan selama ini? seperti kasih sayang seorang ayah, hak asuh Menma, atau malah cinta dari lelaki yang PERNAH ia cintai.

"jangan memaksa ku" ujar Naruto. Memang bukan keinginannya untuk berbagi seorang laki-laki dengan adiknya sendiri. Bukan salahnya juga kalau saat ini ia menolak permintaan Naruko sekali pun itu adalah permintaan terakhir wanita berkulit pucat itu. Naruto pernah mencintai seseorang dengan tulus, pernah juga merasakan sakitnya terkhianati oleh ketulusan yang ia buat.

Naruko menggelengkan kepalanya pelan, "aku tidak akan memaksa mu jika aku bisa bertahan, Naruto"

Naruto tertawa sangau meskipun dia tahu tidak ada yang lucu di antara mereka. sang adik hanya bisa menatap sedih kakaknya yang benar-benar terlihat berbeda dari yang pernah ia kenal. Seolah yang saat ini berada di hadapannya bukan lagi kakaknya yang baik hati dan penyayang. Menatap maniks biru itu, Naruko bisa melihat tidak ada lagi kilau kasih sayang di sana.

"kau bisa bertahan, percayalah" kata Naruto.

"mudah mengatakannya tapi sulit menjalankannya" Naruko sedikit menyindir. "aku telah menghadapi ini sejak aku masih anak-anak. Coba kau bayangkan, sulitnya seorang gadis kecil yang harus bertahan menghadapi penyakit ganas menggerogoti tubuhnya yang entah kapan bisa disembuhkan"

"coba kau bayangkan! Seorang istri yang harus rela berbagi suami dengan adiknya sendiri, yang bahkan tidak pernah tahu kapan suaminya bisa mencintainya dengan tulus. Coba kau bayangkan! Seorang anak yang hadir hanya untuk menopang kehidupan saudarinya sendiri. Coba kau bayangkan! Seorang ibu yang tidak boleh menyayangi putranya sendiri hanya karena ayahnya tidak mencintai sang ibu. Coba kau bayangkan, adik ku" Naruto menutup kedua matanya, mencoba agar tidak menangis di depan adik kembarnya sendiri.

Naruko membulatkan kedua matanya, tubuh kurusnya bergetar hebat. Air mata penyesalan membasahi pipi tirusnya.

"Naruto, hiduplah bersama Sasuke. aku ingin dia tetap bahagia meskipun aku tidak lagi di sisi nya" Naruko menggenggam erat tangan Naruto.

"Tidak" Naruto menghempas kasar tangan lemah sang adik. "jangan mengemis lagi, kau tidak terlahir menjadi seorang pengemis" kata Naruto, ia beranjak dari posisi duduknya dan melenggang pergi dari kamar sang adik.

.

.

.

.

Sasuke menghentikan kegiatannya sejenak ketika pintu ruang kerjanya terketuk. Lelaki Uchiha itu terlihat sibuk dengan beberapa lembar kertas yang masih bertumpuk di atas meja. Menyerukan kata 'masuk' dan tak lama kemudian muncul seorang anak kecil berambut raven dengan tubuh kecilnya berbalut seragam sekolah dasar.

Anak berusia 7 tahunan itu berjalan santai memasuki ruang kerja sang ayah dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku. Sungguh dewasa sekali anak itu, berbanding balik dengan sikap kekanakannya ketika sedang bersama sang ibu.

Ketika Tiga hati datang kepadakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang