"tidak bisakah kau memberikan sebuah alasan yang jelas?" Minato tahu, dia tidak perlu mempertanyakan hal ini pada putra bungsunya itu.
Melihat Naruto yang datang menjenguk nya saja seharusnya dia tahu, jika Naruto memang tidak pernah bisa melakukan hal yang lebih dari ini. Naruto itu bukan orang yang jahat, bukan juga orang yang baik. Hanya terlalu polos dan sedikit naïf. Setidaknya memang begitulah manusia. Semanis-manis nya seorang manusia, tetap saja ada sifat jeleknya juga yang terpendam tanpa mereka sadari.
"apa ayah masih menginginkan alasan lagi?" Tanya Naruto. dia berdiri di belakang kursi roda Minato, membantu sang ayah menikmati cuaca cerah langit Konoha di sore hari.
Minato terdiam sesaat, kilas balik seorang Naruto yang diam-diam sudah ia hapal. Nyatanya memang masih begitu dan tidak akan pernah berubah meskipun laki-laki itu menginginkannya. "aku ingin membenci ayah jika aku bisa" ujar Naruto. benarkan? Dia bukan orang baik, tapi juga bukan orang yang jahat.
Tapi apa bedanya polos dan juga munafik? Perbedaannya terlalu tipis hingga samar terlihat. Katakan Naruto munafik, memang betul adanya. Tapi orang yang munafik itu selalu mempertimbangkan apa yang akan terjadi, maka jadilah plin-plan. Tidak jelas ke arah mana yang mereka tuju.
Tanpa sadar bulir air mata menggenang di mata renta itu. menyipitkan kedua matanya hingga mengalir membasahi pipi tirusnya. Minato tahu makna ucapan putranya itu, dia tidak cukup bodoh.
"jika ayah hanya ingin alasan mengapa aku tidak membenci ayah. Seharusnya ayah tau orang seperti apa aku ini" Naruto berkata lagi.
Minato? sungguh, dia sangat tahu seperti apa Naruto itu. bahkan tanpa ia sadari, bahwa sesungguhnya putra bungsu nya itu selalu menjadi orang pertama yang bisa ia pahami dan juga orang yang bisa memahami dirinya. Tapi Minato pun juga sadar, karena itu juga ia sering memaksakan kehendaknya pada Naruto sehingga tanpa ia sadari telah menyakiti hati anak kandungnya sendiri.
"kau memang sudah kuat sejak kau lahir" Minato memuji. Namun tampak nya Naruto kurang menyukai pujian Minato. seolah ada nada membedakan antara dirinya dan mendiang saudari kembarnya. "apa yang diketahui bayi yang baru lahir tentang perbedaan ayah? Soal kuat dan lemah. Jika bayi bisa memilih, dia pun pasti memilih untuk tidak pernah lahir daripada harus membuat yang lainnya tersakiti"
Ayahnya tercengang, baru saja bibir plum itu mengatakan isi hatinya yang selalu ia pendam. "maafkan ayah, ayah tidak bermaksud begitu" ucap Minato, merasa bersalah. Andai saja nyawa nya bisa mengobati rasa sakit Naruto, dia pun pasti akan memilih mati. Akan tetapi dengan mati saja pun itu tidak akan pernah bisa mengubah segalanya yang telah hancur.
"aku terlalu keras pada mu, bahkan kau terluka karena sikap ku ini"
Naruto tersenyum simpul, "terlalu rumit jika harus mengingatnya lagi. kau telah terluka karena kepergian Naruko, begitu pun dengan ku. Aku terluka karena rumah tangga ku. Sudah cukup adil bagi ku. Dan saat ini, aku hanya tidak mau membuka lembaran lama ku lagi"
"kemarilah!" pinta Minato.
Naruto menurut, ia bersimpuh di hadapan ayahnya yang tengah duduk di kursi roda. "aku kehilangan banyak masa kecil anak-anak ku karena kesibukan ku" Minato menjeda ucapannya. Ia mengusap surai pirang Naruto dengan penuh kasih sayang.
"aku sudah lupa kapan ayah mengusap rambut ku" gumam Naruto, tak bisa ia pungkiri dia sangat bahagia saat ini.
"hiduplah dengan bahagia setelah ini. kejarlah kebahagian mu, kau layak mendapatkannya, nak. Maafkan ayah, ayah terlalu jahat pada mu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Tiga hati datang kepadaku
RomanceSasuNaru,SasuRuko,ItaNaru dan GaaNaru. GaaHina, ItaKyu Ketika hati telah tersakiti dan tidak akan bisa di perbaiki, maka penyesalan datang menghampiri. Happy Reading Jgn lupa vote yah