PROLOG

405 101 111
                                    

Langit senja, bangku taman dan daun yang melambai mengikuti angin menjadi saksi bisu kesedihan sosok anak kecil dengan rambut hitam kecokelatan, kulit bersih, dan bibir tipis.

"Dia jahat, aku nggak suka sama dia," ujar sosok kecil dengan isak tangisnya sesegukan.

Orang yang sangat ia cintai hilang, seolah pergi saja meninggalkannya tanpa beban. Untuk saat ini sosok kecil mengira, bahwa ia sosok paling menyedihkan di dunia ini. Tak lagi ada tawa untuk hari selanjutnya, kiranya begitu.

"Nih, jangan nangis. Berisik." ucap sosok lain yang tepat berada di depannya sambil melihat dengan tatapan iba.

"Dia pergi, dia hilang," jawab sosok kecil masih dengan isak tangis dan menengadah menatap sosok lain di depannya.

"Yaudah, makan dulu es krim nya. Nanti cair nih," ujar sosok lain dengan tangan yang menyodorkan es krim pada sosok kecil.

Sosok kecil langsung mengambil es krim. Siapa yang tidak senang jika di beri sesuatu yang kita suka, sosok kecil pun mereda tangisannya sambil terus menatap langit dan sesekali menatap sosok lain yang sudah duduk di sampingnya.

"Kamu sia-"

"Aku mau cerita. Dengerin ya ngeng," ucap sosok lain seraya menatap mata coklat sosok kecil.

Sosok kecil yang keheranan langsung bertanya, "Ngeng, siapa dia?"

"Kamu. Kan kamu cengeng nangis terus," jawab sosok lain dengan nada menjengkelkan.

Sosok kecil yang mendengar itu, langsung menekuk mukanya seraya terdiam. Alih-alih, sosok lain mengeluarkan boneka jari dari dari tas dan langsung bercerita. Senyum sosok kecil pun membalas awal ceritanya.

Akhir cerita, sosok kecil berkata "Makasih ya."

Sosok lain membalas senyum penuh arti.

***

GANETTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang