05 - MENYEBALKAN

106 33 65
                                    

"Nggak akan ngubah fakta kan, walaupun lu nyanggah."

- Regan Danendra Putra.

_________________

"SIAL, DASAR TIKUS,"

Ricuh, suasana XI MIPA 1 karena gadis kecil yang sedari tadi meluapkan emosi besar-besaran.

"Mei, udah-udah sabar,"

"Gimana gue mau sabar, Ren? Itu cowok sengaja banget nginjek-nginjek gue,"

Sudah bisa dipastikan, saat ini Meittha lah penyebab kericuhan itu. Kejadian di kantin tadi memang sangat menjengkelkan. Siapa lagi kalau bukan karena Regan.

Semua siswa lagi-lagi menghina Meittha, masalah belum selesai sudah ditambah lagi masalah baru. Foto-foto ketika Regan membisikkan telinga padanya sudah tersebar di berbagai media sosial. Dasar netizen..

"Nggak bisa diubah kan, Mei." Qeyla akhirnya ikut bersuara untuk menenangkan.

"SIAL, SIAL, SIAL."

"Mei, gimana pun juga ini lu yang mulai." Sambil memegang pundak Meittha, Mauren lagi-lagi berujar, "Hadapin, tau kan lu akibatnya kalau lo nggak kuat?"

Meittha melirik, "Diketawain abis-abisan ama setan itu."

Meittha menengok kepada 2 sahabatnya ini, lalu tersenyum.

"Yaudah, sono pulang,"

"Kampret, lu ngusir gue?" tanya Mauren tak terima.

"Iya, udah ah buru." Sambil mendorongkan kedua pundak sahabatnya menuju luar kelas.

"Ayok, biasanya kan pulang bertiga," ujar Mauren yang masih kebingungan.

Sementara, Qeyla dari tadi hanya diam mengamati situasi sekolah. Sepi.

"Pasti Alister udah siapin semuanya," batin Qeyla.

"Eh? Gu—gue masih ada urusan."

"Urusan apa, Mei? Sok sibuk, dah,"

"Itu, gue disuruh ke Bu Dian. Biasa urus nilai fisika." Meittha merutuki diri atas kebohongan yang ia buat.

"Yaudah, gue juga udah di jemput tuh. Bye." Mauren tersenyum sambil melambaikan tangan dan berjalan menuju gerbang.

"Mei, gua balik ya," ujar Qeyla. Sebenarnya ia hanya berbohong, berpura-pura untuk tidak tahu. Lagi pula siapa yang tega meninggalkan sahabatnya akan di labrak.

"Yaudah, hati-hati gua ke ruang guru ya." Meittha melambaikan tangan pada Qeyla, "Bye,"

Qeyla mengamati Meittha dengan senyuman miris, bisa-bisanya Meittha menyembunyikan masalah dari kedua sahabatnya. Sudah 2 tahun tetapi, Meittha masih saja belum terbuka.

Setelah memastikan Meittha tak ada dari pandangannya, Qeyla berlari menuju XI MIPA 2 menemui Cindy, ketua OSIS Aksara.

Cindy Avi Ameera— dikenal dengan kegalakannya yang tiada tara. Walaupun galak, ia tetap sosok ramah bagi penganut tata aturan sekolah. Slogannya kalau ada yang baik ke gue ya gue baik, kalau ada yang galak ke gue ya lo mampus.

"CINDY, SINI LO!" teriak Qeyla.

"APAAN SIH LO?! DATENG-DATENG BIKIN E—"

"Ck, berisik. Ketos kan lo?"

"Iya, kenapa?"

Qeyla menarik tangan Cindy dengan kuat, "Meittha dilabrak iblis, cepat bantuin."

GANETTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang