Daniel POV
Ini sudah kesekian kalinya ayah dan ibu bertengkar, mungkin malam ini yang terparah di bandingkan sebelum-sebelumnya.
"DASAR JALANG PERGI DARI RUMAH KU"
Teriakkan dan makian.
Bugh'
Bunyi pukulan.
Selalu ku dengar pada saat mereka bertengkar.
Aku tidak ingin punya orang tua seperti ini. Aku ingin keluarga ku normal-normal saja.
"BAIKLAH BRENGSEK, AKU AKAN PERGI"
Aku mendengar suara koper yang di tarik paksa menuruni tangga. Buru-buru aku keluar kamar ku, dan aku melihat ibu yang mau keluar dari rumah.
"IBU JANGAN PERGI" Teriak ku menghentikannya.
Ayah yang berada di sini langsung menahan ku yang ingin menghampiri ibu.
"Biarkan wanita itu pergi. Kau dan David akan tinggal bersama ku"
Tinggal bersama ayah? Dia bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri mana bisa dia mengurus aku dan David.
Aku memberontak "aku tidak mau. Aku mau bersama ibu ku"
Ibu masih berdiri di dekat pintu dan hanya menangis menatap ku.
"Maaf" kata ibu dan meninggalkan kami.
"IBU TIDAK BOLEH PERGI"
"IBU"
Teriakkan ku tidak di gubris dan ibu pun meninggalkan rumah dengan mobil.
"Ibu mu sudah pergi. Dia tidak sayang pada kau dan saudara mu lagi" ayah melepaskan ku.
Aku menatap ayah penuh amarah "YA ITU KARENA AYAH TIDAK BECUS JADI SUAMI" aku berteriak.
Plak'
Ya, akibat nya aku di tampar hingga tubuh ku yang kurus ini terjatuh.
"Kembali ke kamar mu" kata ayah dingin.
Aku hanya bisa menurutinya dan berjalan dengan rasa nyeri di pipi akibat tangan besarnya.
Kini ibu telah pergi dan aku tidak tahu kapan dia akan kembali.
Aku masuk ke kamar ku tapi sebelumnya aku sempat melirik ke kamar David. Rupanya dia belum pulang juga. Padahal ini sudah pukul dua pagi. Jika dia ada di rumah pasti kami bisa menggagalkan kepergian ibu.
***
Tidak terasa pagi sudah tiba kembali, menjalani hidup yang penuh masalah seperti ini rasanya benar-benar memuakkan, rasanya aku tidak ingin menyambut datangnya pagi. Tapi aku harus ke sekolah hari ini, daripada mengeluh dan tidak melakukan apa-apa.
Aku mulai berpakaian dan segera berangkat, aku juga sempat memeriksa David di kamarnya, aku bisa memastikan kalau dia sudah pulang dan dia tidak akan masuk sekolah hari ini.
Aku pergi ke ruang makan dan tidak ada sarapan bahkan makanan di kulkas pun hanya ada telur. Aku tidak akan memasaknya. Aku memutuskan untuk segera berangkat ke sekolah dan membeli makan saat dalam perjalanan. Aku juga harus cepat sebelum bus nya pergi. Tapi sebelum itu aku harus mencari cara agar menyembunyikan lebam di pipi ku ini.
***
David POV
Hari yang sempurna untuk bermalas-malasan di rumah, tidak ada sekolah, tidak ada pelajaran dan tidak ada guru yang cerewet. Tenang dan damai. Kecuali.
"HEI BERIKAN AKU MINUMAN LAGI"
Suara teriakkan menarik perhatian ku, ayah ku telah kembali ke rumah dalam keadaan mabuk dan mulai membuat keributan. Aku menghampiri nya yang tidur berseliweran di sofa. Baunya dan juga wajah yang lusuh itu membuat ku ingin memusnahkannya. Biasa jika seperti ini hanya ibu yang bisa menanganinya.
"Di mana ibu?" tanya ku, karena aku tidak melihatnya dari pagi.
"Ooh si jalang itu? Dia sudah pergi. Sama selingkuhannya" jawab ayah.
"Oh" aku hendak meninggalkan ayah tapi aku di tahan oleh nya yang sudah beranjak dari posisi berbaring nya.
"Kau tidak masuk sekolah lagi hah?" Tanya ayah kesal.
"Itu urusanku" jawab ku.
Ayah menatap ku "aku menyuruh mu ke sekolah agar jika kau bekerja kau tidak akan bekerja seperti ku. Supaya kau dapat berguna" dengan keadaannya yang mabuk, ayah mulai bicara.
"Aku ingin masa depan mu cerah, agar tidak seperti ku. Kau harus tahu itu"
Apa-apaan dia ini, beraninya memberi ku nasehat.
"Lucu sekali kau bilang begitu, kau saja hidupnya tidak jelas seperti ini beraninya menasehati ku" kata ku.
"Haaah kau melawan ku, kau mau membantah ku" kata ayah.
"Dasar anak tidak berguna"
"Kau dan ibumu sama saja"
Ayah berbalik dari pandangan ku. Sepertinya dia tidak ingin berdebat lagi.
Plak'
Aku terkejut saat ayah tiba-tiba berbalik dan menampar ku, membuat kepala ku sedikit berputar.
"Hehehehe" dia terkekeh.
"BANGSAT" aku spontan mengambil pistol dari saku Hoodie ku dan
Door'
Door'
...
Entah berapa banyak peluru yang telah ku hujani di tubuh ayah ku, tapi aku bisa pastikan dia sudah mati.
"Aaah lihat kau membuat ku marah sih, jadinya aku membunuh mu"
Aku menghampiri tubuh ayah ku yang sudah di genangi oleh darah nya sendiri.
Dengan sekuat tenaga aku mencoba mengangkat tubuh ayah ku. tidak semudah yang kukira karena tubuh ayah sangatlah berat. Walau sudah hampir dua tahun aku mengikuti kelas gulat di sekolah tapi tampaknya aku masih kurang kuat untuk mengangkat tubuhnya.
Tidak kehabisan cara aku memutuskan untuk menyeret tubuhnya ke gudang bawah tanah di rumah ku dengan resiko darah ayah yang berceceran di lantai dan ujung-ujungnya aku harus membersihkannya. Itu tidak masalah.
Setelah membersihkan rumah aku beralih pada tubuh ayah yang harus segera aku hilangkan. Aku tidak tahu harus di apakan. Hingga pada akhirnya aku punya ide untuk memasukan tubuh ayah ke dalam cairan asam.
Sebelum itu aku terlebih dulu memotong tubuh ayah menjadi beberapa bagian.
Aku cukup kesulitan dalam memotong karena kapak yang ku gunakan ini berkarat. Akibatnya untuk memotong tubuh ayah aku harus mengayunkan kapaknya beberapa kali ke tempat yang sama.
Setelah memotong aku mulai memilah dan memisahkan potongan tubuh ayah. Seperti bagian kaki yang keras seperti bagian yang banyak tulang aku pisahkan dari yang bagian isi.
Aku tidak bisa menjelaskannya secara detil. Tapi intinya, bagian tulang aku larutkan ke dalam cairan asam yang telah ku beli beberapa waktu yang lalu. Sedangkan Bagian yang berisi aku memutuskan untuk memotongnya lebih kecil lagi dan membakarnya hingga menjadi abu dan ku taburkan di hutan. Setidaknya abu ayah dapat menjadi pupuk bagi pepohonan di juga hutan.
Cukup memakan waktu untuk benar-benar memusnahkan tubuh ayah, apalagi saat pembakaran. Tapi ya sudahlah aku sudah membereskannya.
Pukul tujuh malam barulah, aku benar-benar selesai. Saat aku pulang rupanya Daniel juga sudah berada di rumah. Aku tidak akan memberitahu Daniel kalau aku sudah membunuh ayah.
Jelas saja aku tidak akan melakukannya karena pasti aku akan di laporkan ke polisi atau mungkin yang paling parah dia akan menganggap aku hanya membuat lelucon. Aku tidak akan bilang padanya biar ini menjadi rahasia ku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin Is A Murderer|✓|
Mystère / Thriller*cerita ini sudah tamat Daniel tidak menyangka kalau saudara kembarnya adalah seorang pembunuh berantai.