Babak 7 : Pencarian

257 19 0
                                    

Bapak-bapak tolong beritahu warga lain”. Kata  Pras setibanya para di depan pintu rumahnya. Wajahnya yang penuh guratan karena termakan usia itu tampak tegang dan panik.

“Barangkali, orang yang dimaksud Ida belum jauh dari sini, segera adakan pengejaran dan pencarian atas pencurian bayinya Ida. Sebarkan ke seluruh warga desa". Perintahnya pada para pria di sana. Tanpa penolakan dan basa-basi lagi, seluruh pria yang berjumlah tiga orang itu bergegas dan berlari berhamburan untuk mencari bantuan untuk menemukan pencuri bayinya Ida.

Setelah melepas warganya mencari bantuan, Pras pun kembali berjalan pelan ke dalam rumah menuju ruang bersalin. Suasana belum berubah, masih haru. Isak tangis lirih masih terdengar di telinganya. Tapi, keadaannya sedikit lebih tenang, tak sekacau dari saat terakhir kali ia berada di ruangan itu.

Mata sayu Pras langsung tertuju pada Ida. Wanita itu masih menatap kosong ke depan, ke arah jendela kecil yang kini telah ditutup. Mulutnya juga masih terus berbicara tak jelas dengan suara yang sangat lirih.

Devi yang mengetahui kedatangan suaminya, segera memberikan isyarat dengan matanya. Karena kedua tangannya masih memeluk Ida. Mata mengedip, dan kepalanya sedikit mengangguk-angguk. Pras yang sangat kenal dengan kode itu langsung mendekatkan telinganya ke mulut Ida yang terus berucap-ucap lirih.

"Aku mengenalnya, lehernya, baunya, rambutnya. Aku mengenalnya, lehernya, baunya, rambutnya..."

Itulah kata-kata yang terlontar lirih dan terus berulang-ulang dari mulut Ida.

Sama seperti halnya dengan Devi dan para wanita lainnya. Kepala Desa itu belum mengetahui apa sebenarnya maksud Ida. Apalagi Ida terus mengulang-ulang kata itu terus menerus. Pras hanya bisa mengernyitkan dahi dan mencoba berpikir apa maksud dari perkataan Ida.
Walaupun sudah ditanya berkali-kali mengenai siapa yang mengambil bayinya tetap saja tak mendapatkan jawaban dari Ida. Walaupun sudah ditanya nama dari orang yang mengambil bayinya itu. Ida hanya tetap mengulang-ulang kata-kata itu. Dan tak menyebutkan nama siapa yang ia maksud.

"Pak, bagaimana diluar?". Tanya Devi lirih, lebih seperti berbisik. Wanita itu masih berdiri sambil memeluk, di samping Ida. Yang sedari tadi Ida masih terduduk kaku, tanpa mau bergerak sedikit pun.

"Belum bu... para warga masih dalam pengejaran dan pencarian. Doakan saja semoga membuahkan hasil, seperti yang kita harapkan bersama". Jawab Pras lesu. Raut wajah cemas dan kebingungan yang semakin dibuat pusing dan kacau dengan kejadian itu.

Devi yang melihat keadaan suaminya seperti itu langsung meminta salah satu wanita untuk menggantikan posisinya, memegangi dan menjadi sandaran Ida.

Setelah seorang wanita mengantikan Devi untuk memegangi Ida. Ia dengan cepat menarik salah satu lengan suaminya dan mengajaknya keluar dari ruang bersalin.

Sesampainya di luar, Devi sesekali menengok ke belakang, ke arah ruang bersalin, memastikan tak ada orang yang mengikuti mereka berdua.

“Ada apa bu?” Tanya Pak Pras, melihat gelagat istrinya yang seperti akan membicarakan sesuatu yang penting. Devi sesekali masih menengok kebelakang memastikan tak ada orang yang dekat dengan mereka. Setelah ia merasa benar-benar aman Devi menatap mata suaminya dalam-dalam.

“Pak..” Devi memulai pembicaraannya penuh keraguan.

“Apakah pencurian bayi Ida ini dilakukan oleh manusia?" Tanya Devi sangat pelan. Berusaha agar ucapannya tak terdengar oleh siapa pun kecuali suaminya. Devi masih menatap dalam-dalam suaminya itu. Kedua tangannya memegang tangan suaminya penuh harapan agar Pras segera menjawab pertanyaannya itu.

Mendengar pertanyaan Devi, Pras hanya terdiam. Tak ada raut apa pun, hanya datar. Pras menghela nafas panjang, mengangkat kedua bahunya sedikit ke atas dan ia turunkan perlahan.

Pras tak mau gegabah menjawab pertanyaan istrinya itu. Devi yang tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya yang terlalu berani itu pun ikut terdiam. Pasrah dengan keadaan yang sudah terjadi.
Tiba-tiba Devi menitikkan air mata. Lalu menjatuhkan kepala di pundak suaminya.

Ia sangat merasa bersalah, karena telah meninggalkan Ida dan bayinya berdua saja di dalam kamar, yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.

Pras yang mengetahui penyesalan istrinya itu mencoba menenangkan dan meyakinkan bahwa masalah ini pasti akan berakhir sesuai dengan keinginan semua orang disini.

“Sudah ya bu, jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri. Kamu harus tetap tenang. Kalau kamu ikut sedih seperti ini bagaimana dengan keadaan Ida nanti? Doakan saja yang terbaik untuk masalah ini. Dan semoga para warga yang sedang melakukan pengejaran kembali kemari dengan membawa berita baik atas musibah yang sedang kita alami ini”.

“Sudah bu, sana kamu masuk lagi, Ida sangat membutuhkanmu untuk saat ini” pinta Pras pada istrinya.

Kedua tangan Pras memegang kedua pipi Devi, kedua jempolnya menyeka air mata yang membasahi pipi istrinya. Devi hanya merespon dengan anggukan dan kembali masuk ke ruang bersalin.

Dilihat dari gelagat yang tak terkejut atas pertanyaan istrinya. Pras seakan ada rasa setuju dengan pertanyaan Devi. Bahwa ada kemungkinan keganjilan atas hilangnya bayi Devi. Namun, baginya itu masih tak masuk diakal.

Dan juga, belum ada bukti apa-apa mengenai mencuri bayi Ida,  manusia atau makhluk lain atau juga manusia yang memiliki kekuatan di atas normal manusia biasanya.

"Semoga saja ada kabar baik". Batin Devi. Saat melihat Pras yang masih berdiri memandanginya mengiringi masuk kembali ke kamar bersalin.

"Aku keluar dulu, tolong jaga Ida". Kata Pak Pras dengan suara beratnya. Sebelum Devi menutup pintu kamar bersalin.

Devi hanya menganggukan kepalanya, mengiyakan permintaan Pras.







The Story of Penanggal : Cinta dan DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang