Babak 20 : Gadis Pendatang

105 11 0
                                    




Seminggu Sebelum Kejadian, Empat Puluh Tahun Silam

"Hari itu akan tiba!!! Hahahaha". Ida berteriak kencang siang itu. Devi dibantu oleh Bagas yang kebetulan melewati rumah Devi, membantu untuk mengajak Ida masuk kedalam gubuknya.

“Hari itu akan tiba!!! Hahahaha”. Ida masih berteriak saat dibawa masuk. Namun Ida masih memberontak tau mau diajak masuk kedalam gubuk.

Mela yang datang bersama Bagas, terlihat tak begitu ketakutan saat melihat Ida berteriak-teriak sambil melotot untuk kesekian kalinya.  Ia hanya sempat dibuat terkejut sesaat setelah ia dan Bagas hendak melewati rumah Devi tadi. Mela yang tak berani mendekati Ida saat marah-marah, hanya duduk di bangku depan rumah Pak Pras, yang biasanya digunakan untuk berjaga malam oleh Bagas dan warga lainnya.

"Dek kamu tunggu disitu dulu ya." Pinta Bagas pada adiknya itu.

"Abang sama Bu Devi mau mengajak Bu Ida masuk kedalam bilik dulu”. Lanjut Bagas, sambil memaksa mengalungkan tangan Ida ke atas pundaknya. Hanya dengan cara itulah Ida lebih mudah untuk berjalan dan menuntunnya kembali ke dalam gubuk. Mela hanya mengangguk mengiyakan permintaan Bagas. Ia duduk bersandar sambil mengayun-ayunkan kaki kecilnya yang menggantung dibawah bangku.

Saat tengah asik melihat sungai dan bernyanyi, seorang wanita cantik datang menghampirinya.
"Loh Mela kok sendirian disini?" Seorang wanita telah berdiri disampingnya.

"Eh kak Dita". Sahut Mela "Iya kak, Bang Bagas sama Bu Devi lagi ngurusin bu Ida tuh" sambil menunjukkan jari telunjuknya kearah Bagas yang sibuk mengurus Ida di dalam gubuk. "Kasihan banget Bu Ida eggak sembuh-sembuh Kak Dit". Lanjut anak yang hampir putus sekolah itu, karena tak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan. Namun Bagas terus mengusahakan mencari biaya untuk pendidikannya.

Dita yang mengetahui kesendirian Mela dan sudah ia anggap seperti adik kandung itu segera mendekati dan duduk disamping tubuh mungil Mela. Tangan halus dan putih wanita berumur duapuluh tiga tahun itu merangkul Mela dari belakang. "Kita doain aja, biar Bu Ida segera sembuh seperti sedia kala ya anak manis." Dita mencoba menghibur anak kecil yang selalu ia jaga ketika malam, saat Bagas harus ronda untuk menjaga desa.
"Emang tadi Bu Ida kenapa mel?" Tanya Dita penasaran. Belum sempat Mela menjawab pertanyaanya, yang kini telah bersandar dibadannya. Tiba-tiba Ida berteriak kencang.

"Dia ada disini!! Kembalikan anakku!!!". Teriak Ida kencang. Suaranya yang serak sangat nyaring terdengar. Ida seperti memaksakan teriakannya. Mereka berdua lansung terkejut mendengarkan teriakan keras tersebut.

Bagas tiba-tiba muncul dihadapan mereka yang kembali terkejut mengira bahwa Idalah yang mendatangi mereka. "Eh ada kamu dit? Syukurlah" kata Bagas saat tau ada Dita yang menemani Mela.

"Abang kenapa? Kok sampai lari-lari gitu?" Tanya Mela penasaran melihat Bagas yang datang tiba-tiba menghampirinya.

"Abang mau nyuruh kamu pulang duluan". Jawab Bagas, sambil mengatur nafasnya.

"Gak jadi main ke rumahnya Om Heru?" Mela bertanya kembali dengan wajah kecewa.

"Kalau bu Ida sudah membaik nanti Abang jemput, pulang sama kak Dita ya". Pinta Bagas pada Mela.

"Nak Bagas!! Tolong Ibu nak!" Devi berteriak memangil dari dalam gubuk.

"Iya bu sebentar" Jawab Bagas sambil berteriak. "Dit tolong ajak Mela pulang ya." Lanjut Bagas. Sambil sesekali melihat kearah gubuk Ida.

"Bu Ida kenapa gas?" Tanya Dita singkat.

"Bu Ida ngamuk-ngamuk lagi dit, dia terus memberontak untuk keluar gubuk seperti mau mengejar sesuatu". Jelas Bagas. "Enggak seperti biasanya ini dit. Kondisi bu Ida semakin parah akhir-akhir ini. Yasudah, aku mau bantu Bu Devi dulu, titip Mela ya." Lanjut Bagas singkat berpesan pada Dita dan langsung segera menuju kembali ke gubuk Ida.

"Ya sudah kita pulang yok kak." Ajak Mela terlihat kesal karena gagal untuk pergi ke rumah Heru. Bagas sudah menjanjikan pada Mela untuk pergi ke rumah teman Abangnya itu. Ia diajak Bagas bertamu karena Heru sedang panen buah durian, bua kesukaanya.

"Kok malah cemberut sih mel, kenapa?" Tanya Dita melihat wajah Mela yang kusut. "Karena enggak jadi makan durian di rumah Om Heru?". Lanjut Dita memastikan. Mela hanya mengangguk pelan, kecewa karena gagal menyantap durian.

"Mela mau ikut kak Dita enggak?". Wanita yang memiliki paras ayu itu kembali bertanya..

Mela yang sudah berjalan pulang menghentikan langkahnya. Dita yang mengetahui hal itu langsung melanjutkan ajakannya. "Kakak mau ke tempatnya Bu Anjar, mau jenguk Bu Anjar sama calon bayinya. Katanya sih, Pak Syarif juga habis beli banyak buah durian loh." Kata Dita sambil berjalan berlawanan arah dengan Mela.

Mela berfikir sejenak, sebelum akhirnya menolak ajakan wanita yang sudah dianggap banyak orang sebagai kekasih dari Bagas. "Enggak ah kak... Bu Anjar jahat kok." Tolaknya singkat, wajah jengkel dan kesalnya yang menggemaskan kembali terlihat. Dita yang sudah tau kejadian seminggu yang lalu antara, Anjar, Mela, Devi dan Ida langsung mendekati Mela.

"Nanti Bang Bagas juga kebingungan nyariin Mela, kalo mela main ke tempatnya bu Anjar. Kan tadi Mela disuruh pulang dulu". Lanjutnya sambil kembali berjalan menjahui Dita dan ingin segera pulang kerumah.

"Yakin enggak mau? Selain ada durian ada cempedak juga loh kata pak Syarif tadi". Goda Dita kembali, namun ia seakan acuh dengan membelakangi Mela dan berpura-pura hendak meninggalkan Mela. Dita berjalan perlahan sambil menunggu kedatangan Mela. Memastika anak kecil itu medatanginya karena ia sangat tahu bahwa Mela selain suka dengan buah durian juga sangat menggemari buah cempedak.

"Yok kak". Benar dugaan Dita. Mela tiba-tiba sudah berada disampingnya sambil tersenyum kepadanya, terihat gigi kelinci dari sela bibir tipis adik Bagas itu. Dita tertawa pelan melihat tingkah Mela.

"Tapi sebentar aja ya kak, takut nanti Abang bingung nyariin Mela." Pintanya manja.

"Iya anak bawal. Cuma sebentar kok, kak Dita cuma mau mengelus-elus perutnya Bu Anjar. Kamu kan tau kakak suka banget mengelus perut ibu-ibu yang sedang hamil."

"Makanya buruan nikah sama bang Bagas, biar punya dedek bayi dan ngelus perut sendiri". Ejek Mela sambil tertawa lepas dan berlari.

"Ih anak kecil. Nakal". Sahut Dita sambil mengejar Mela. Mereka berdua tertawa riang. Keakraban mereka selalu membuat orang yang melihatnya tersenyum.

Setelah saling kejar-mengejar akhirnya Mela pun tertangkap dan langsung dipeluk dari belakang oleh Dita. Tawa mereka kembali terlepas. Seakan rasa kesal Mela pada Anjar menghilang hanya karena buah durian dan cempedak.

"Eh tapi mela ijin sama Bang Bagas dulu deh, biar enggak dicariin nanti." Pinta Mela sesaat setelah mereka berhenti tertawa.

"Ya sudah, kakak tunggu disini aja ya" Dita mengiyakan.

"Iya kak" sahut Mela yang langsung pergi menuju gubuk Ida yang telah mereka tinggalkan sedikit jauh karena berlarian tadi.

"Orang itu...! Orang itu...! Dia yang mengambil anakku... Kembalikan anakku...". Suara teriakan Ida kembali terdengar seakan menyambut Mela yang sedang menuju ke gubuk.

Dita sekalipun tak pernah mau melihat keadaan Ida. Ia benar-benar takut melihat keadaan Ida. Bukan hanya Dita beberapa orang di kampong pun banyak yang menghindari bertatapan langsung dengan Ida. Jangan kan untuk melihat atau menengok, mendengar suara Ida saja banyak yang dibuat terkejut sampai ketakutan. Banyak orang yang harus berhati-hati dan melihat kondisi gubuk Ida dan rumah Devi dahulu sebelum mereka melewatinya. Itu hanya untuk memastikan apakah Ida berada didalam gubu atau diluar. Sedang tak terkendali emosinya atau dalam keadaan tenang.

Jika Ida terlihat tenang mereka dengan santai melewati rumah Devi dan gubuk Ida, namun jika sedang marah-marah dan emosinya tak terkendali banyak yang lebih sedikit berbutar melewati hutan bambu Pak Pras.Tak terkecuali dengan wanita cantik pendatang baru didesa itu.

Padahal ia baru beberapa hari tinggal disana. Ia  langsung dihadapkan dengan keejadian mengerikan, yang menimpa Ida hingga membuatnya menjadi seperti orang gila. Wanita itu tinggal dirumah yang bersebelahan dengan tempat tinggal Bagas dan Mela. Jadi membuat  Dita sering bearada di rumah Mela saat Bagas pergi hanya, ia ke rumah Bagas hanya untuk menemani Mela.

Dita tak ingin ikut camput lebih banyak dalam masalah yang tengah dihadapi desa barunya itu. Selain karena dia orang baru, juga karena ia tak tahu menahu soal kejadian yang mengemparkan banyak orang.

"Yok kak Dita. Bang Bagas udah ngizinin kok, tapi katanya jangan lama-lama.". Kata Mela yang sudah beada disampingnya.

"Sudah izinnya?" Tanya Dita memastikan.

"Sudah kak Dita. Ayok buruan gak usah bawel." Ajak Mela sambil marik tangan Dita.
Mereka berdua berjalan beriringan sambil sesekali bercanda dan tertawa. Dita pun sesekali mencuri-curi pandangan untuk melihat ke arah gubuk Ida.

"Eeh.. Lewat sini aja. Kak Dita takut lewat situ”. Dita mengajak Mela berjalan menghindari hutan bambu yang berada di depan mereka.

"Udah takut sama Bu Ida ternyat takut juga sama bambu”. Ejek Mela sambil berlari kejalan yang bersimpang dan menjahui hutan bambu.

"Iih... Kamu ya mel..." Dita dibuat gemas oleh tingkah Mela.

"Udah gede kok takut ular." Ejek Mela kembali. Ia berlari semakin kencang menghindari Dita yang tengah mengejarnya.

"Awas kalau sampai ketangkap ya mel..." Teriak Dita sambil berlagi mengejar Mela. Tawa kecerian mereka terus menerus terlepas. Seakan kebahagian sedang menyelimuti mereka dan menutupi kesedihan dan penderitaan yang dialami Ida.

The Story of Penanggal : Cinta dan DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang