WHY?

1.5K 135 50
                                    

Jangan lupa vote & komen ya🙌
Thank you buat 5k pembaca❤️ heheheww

4944 words, panjang banget nih.

Happy Reading!
.
.
.
.

"Cepat sini!"

Anak kecil itu berlari cepat dari arah dapur, menghampiri perempuan yang memanggilnya sedari tadi.

"Kau tuli hah?!" bentaknya.

"Aku lagi cuci piring, Mah. Jadi gak denger Mamah manggil." cicit si kecil.

Dia sudah belajar mencuci piring yang benar supaya piring-piring yang ia cuci tidak ia pecahkan lagi seperti kemarin, dia sudah belajar segalanya, membersihkan rumah, bahkan memasak.

Dengan harapan tidak mendapat omelan dan pukulan lagi karena kesalahan yang ia lakukan.

Dia melakukan semuanya dengan hati-hati.

"Kesini cepat." pintanya.
Galang mendekat dengan kepala menunduk, perempuan yang tengah duduk di shofa itu menarik tangan Galang agar lebih dekat dengannya.

"Mah," panggilnya takut-takut.

"Aku akan mengajarimu cara menulis."

Mendengar itu, bibirnya seketika tersenyum cukup lebar.
Mamahnya mau mengajarinya sesuatu, Mamahnya tidak memarahinya, tidak memukulnya, tidak membentaknya.

Dia mau di ajarkan menulis.

"Nah, ayo mulai."

Galang mengangguk antusias, usianya 5 tahun, tapi dia belum bisa menulis, berhitung atau menggambar.
Cengiran lebarnya membuat sang Ibu juga tersenyum, "Kau cukup antusias ya?" tanyanya.

"Emh!" jawab Galang, dia senang Ibunya baik hari ini.

"Mamah mau ajari Galang nulis apa?"

"Huruf X."

"X?" Galang memiringkan kepalanya bingung, "X itu apa, Mah? Galang mau nulis kalau Galang sayang Mamah."

"Hm, begitu? Kau sayang Mamah?"

Galang mengangguk, dia menyayangi Ibunya.
Satu-satunya yang ia miliki, sesuatu yang berharga yang ia punya, walaupun hanya rasa sakit dan penderitaan yang ia dapatkan.

"Kalau begitu, kamu harus diam saat aku mulai mengajarimu membuat huruf X. Mengerti?"

Detik itu juga, Galang kecil tahu, seberapa banyak sayang dan cinta yang ia punya untuk Ibunya yang ia berikan untuk ibunya, dia tidak akan mendapatkan balasan yang sama.

Rasa sakit.
Penderitaan.
Siksaan.

Selamanya, hanya itu yang ia dapat.
Tidak akan berubah.
Walaupun dia menangis, menjerit, memohon untuk berhenti, rasa sakit, penderitaan, siksaan, mereka tidak mau berhenti. Mereka bertiga terus datang, menghancurkan si kecil yang tak berdaya lewat tangan seseorang yang ia panggil 'Mama'.

"Hiks.."

"Bukankah sudah kubilang kau harus diam?!"

"Ma .... perih,"

Yang Galang pelajari hari ini.
Dia mengerti apa itu huruf X, yang kini sudah tertulis rapih di pergelangan tangannya.

Dia mengerti bagaimana caranya membuat huruf X.

Galang Dirga Putra [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang