Bab 2 [Trem Kota]

111 25 0
                                    

Pernahkah Anda para pembaca duduk di sebuah trem kota yang begitu menyesakkan. Padat dipenuhi rasa dusta dan muka topeng. Saya pun jarang menaiki trem kota ini, sesekali naik hanya untuk melihat wajah-wajah orang yang tulus tapi terelakkan.

Begitu penat. Para insan yang sedang berada di gerbong itu sama sekali tuli bahkan buta!. Rasa peduli kian menipis, rasa kemanusiaan kian menghilang. Baiklah saya tidak ingin memancing pikiran para pembaca lebih jauh.

Perjalanan begitu panjang, beragam perangai dilakukan para insan di gerbong ini seperti contohnya Sebut saja ia Tuan buku. Saya menyebutnya seperti itu karena ia sangat sibuk dengan bukunya. Semut sekali pun tidak dihiraukannya. Ah ya ampun saya hampir lupa, kejadian yang tidak terduga menimpa si Tuan Buku itu.

Sebut saja ia Anak kopi. Sungguh mungkin saya salah menamainya karena saya nelihat anak itu menumpahkan satu gelas kopi ke buku si Tuan Buku.

“Tidak punya mata atau memang sengaja!” Tuan Buku marah.

Ah pasti sudah para pembaca duga, mereka berdua menjadi pusat perhatian di gerbong trem ini dan jangan tanya saya bereaksi apa setelah melihat kejadian tadi.

“Oh ayolah Tuan Buku, seberapa berhargakah buku itu dibanding dengan rasa memaafkan sesama?” Saya mengampiri mereka berdua. Apa yang saya dapat? Hanya tatapan serigala penuh dengan kebencian. Baiklah saya tidak peduli dengan si Tuan Buku.

“Jangan permainkan hari ini para bebek pekerja! Saya bisa membeli kalian bahkan harga diri kalian!” Tuan buku berteriak.

Para pembaca pasti mengira si Tuan buku ini sombong, rasa manusiawi sudah tidak ada, yang benar saja. Apakah dunia sudah ingin runtuh?.

Sungguh para pembaca! Kalau bukan karena tujuan saya ke tempat mulia, saya sudah memberi pelajaran ke Tuan Buku dan bagaimana akhirnya?.  Tidak dapat diprediksi, ia melompat dari trem ini, sungguh bukan main. Kalau saja saya memberi pelajaran kepadanya, mungkin saya akan ikut dengannya lompat dari trem ini para pembaca.

Negeri Berkabut Argumen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang