Bab 3 [Tomat Dan Insan]

92 26 0
                                    

Para pembaca yang terhormat. Jika Anda membaca ini di pagi hari, saya berharap pagi Anda begitu damai dan penuh dengan ketenangan.

Berbeda dengan pagi saya. Fajar baru bertamu dan ribuan pertanyaan berkumpul di kepala saya. Jika Anda berkenan, silakan nikmati kiat-kiat di bawah ini.

Pagi yang begitu damai. Udara terasa seperti senandung yang memanjakan telinga. Belum tergores oleh napas insan keji.

Para pembaca yang mungkin saat ini sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Saya ingin bertanya satu hal. “Tomat itu termasuk dalam kelas sayur atau buah?"

Jangan kesal. Saya hanya mencoba menetralisirkan emosi para pembaca. Jika para pembaca menjawab tomat termasuk kelas sayur, maka itu salah dan sebaliknya pun salah. Ilmu dapat menjelaskan dengan pasti, tapi tidak dengan kalbu.

Mungkin sedikit membingungkan mengapa saya bertanya seperti ini. Anggap tomat sebagai seorang manusia yang masih lugu tentang dunia luar. Jika seorang manusia lugu itu masuk ke kelas baik maka manusia itu akan dicap alim, jika seorang manusia itu masuk ke kelas lebih baik maka manusia lugu itu akan dicap panutan. Saya rasa para pembaca kesal, oh maafkan saya.

Secara sederhana, tomat ataupun seorang manusia lugu yang sebelumnya saya bahas itu ada hubungannya, tapi tergantung dengan sudut pandang masing-masing.

Tomat yang dicampur dengan sayuran lain belum tentu enak, tomat yang dihidangkan untuk pencuci mulut belum tentu enak. Manusia juga seperti itu, dikatakan alim belum tentu jadi panutan, dikatakan panutan belum tentu alim.

Jangan terpedaya wahai para pembaca, gunakan sudut pandang Anda dengan benar. Banyak insan yang menyembunyikan aslinya dan menampilkan kepalsuan.

Negeri Berkabut Argumen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang