Bab 8 [Beras Bagaikan Emas]

76 19 0
                                    

Para pembaca yang terhormat. Saya ingin sedikit menceritakan rutinitas saya setiap pagi. Saya harap pembaca tidak bosan. Tidak seperti pidato yang kalimatnya begitu menuai banyak pro dan kontra.

Beras memang sangatlah berharga bagi ayam. Pagi inj tidak secerah kemarin, mungkin sang fajar tidak begitu peduli dengan hari ini. Mereka (Ayam) berkumpul, ketahuilah para pembaca, saya hanya membawa segenggam beras, tetapi rasanya saya seperti induk mereka.

Saya melempar beras sedikit demi sedikit. Angin pagi ini cukup membuat pikiran saya bertekuk lutut. Begitu damai dan rindang, entah mengapa sehelai daun membawa larut ekspetasi saya. Ada satu hal yang terbesit di benak saya.

"Mengapa beras begitu penting? Rumput dan biji-bijian lain pun masih tersedia.” Saya memijat kening. Saya merasa sedikit bodoh memikirkan hal ini.

Saya membayangkan ayam itu adalah sekumpulan para insan (Masyarakat) dan saya adalah pengaturnya (Pemerintah). Saya bagaikan memberi sedikit harapan bantuan kepada para insan, tidak seberapa tapi cukup untuk dinikmati.

Para insan mulai mengantre. Oh bukan, mungkin berdesak-desakkan. Saya tahu ini semua cukup untuk mereka semua, tetapi entah mengapa para insan ini seperti singa yang baru saja ke luar dari kandangnya. Jangan salah paham para pembaca, aturlah emosi kalian masing-masing.

Jika diperhatikan secara baik-baik dan dipikirkan dengan matang, entah itu pengatur ataupun insan mereka tidaklah salah, tidak ada yang pantas dihakimi jika pikiran mereka masih bersikukuh dengan ego. Pahamilah para pembaca, mendukung satu pihak tidak akan ada habisnya. Bukalah pikiran masing-masing.

Tindakan yang salah bukan berarti orangnya juga salah. Jangan mengikuti persepsi dan sudut pandang orang lain, cobalah pahami diri sendiri, apakah saya sudah pantas untuk menilai kesalahan?.

Di bab ini, saya tidak memihak siapa pun. Mungkin para pembaca juga demikian dan saya harap seperti itu. Cobalah pahami diri sendiri terlebih dahulu. Kedamaian akan tercipta jika diri masing-masing sudah bisa kalahkan ego.

Negeri Berkabut Argumen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang