Donghae’s POV
Hari ini hari terakhir Sang Mi berada di rumah sakit dan aku sama sekali belum berbaikan dengannya. Ok baiklah aku mengakui semenjak kejadian malam itu, aku belum berbicara dengannya. Aku berbicara hanya seperlunya saja, karena aku takut dia akan menanyakan hal yang macam-macam tentang hal itu dan aku belum siap. Cara satu-satunya adalah menghindarinya tapi ya tahu sendirilah kalau aku tidak bisa mendiamkan lama-lama wanita yang kucintai itu, karena aku tidak bisa melihatnya tersenyum.
Aku harus mengajaknya bicara kembali, tapi dengan cara apa aku tidak tahu. Oh God, kenapa aku tidak memikirkannya dari tadi, bodoh kau Donghae! Aku segera mengambil handphoneku untuk menghubungi seseorang.
“Yeoboseo” jawab suara di sebrang sana.
“Ye, ajusshi! Ini Donghae” aku menelpon Tuan Lee.
“Ah, Donghae-ya! Bagaimana kabarmu?”
“Baik ajusshi, bagaimana kabar ajusshi?” tanyaku balik
“Ajusshi baik-baik saja Hae-ya.”
“Hm, apakah ajusshi akan menjemput Sang Mi hari ini?”
“Aigoo Hae-ya! Ajusshi lupa kalau hari ini Sang Mi keluar dari rumah sakit dan aku sedang berada di China sekarang.” Aku mendengar suara panik di sebrang sana. Assa! Ini kesempatan emasku.
“Ajusshi, jangan khawatir! Aku yang akan mengantar Sang Mi pulang.” Kataku berusaha menenangkannya.
“Jeongmalyo? (Benarkah?) Donghae-ya, terima kasih. Aku menitipkan Sang Mi padamu lagi pula Jung ahjumma tidak bisa meninggalkan Sang Mi eomma. Hah! Untunglah ada kamu kalau tidak, saya benar-benar bingung harus menghubungi siapa.”
“Gwenchana ajusshi. Lagipula Sang Mi sudah saya anggap sebagai adik.” Lee Donghae pabo! Seharusnya aku mengatakan bahwa Sang Mi sudah saya anggap sebagai kekasih. Dan yakinlah setelah itu ajusshi pasti akan menginterogasiku seperti tawanan penjara. See, pikiranku kembali berantakan hanya karena Sang Mi.
“Hahaha, kamu juga sudah saya anggap seperti anak sendiri Donghae-ya! Sampaikan permintaan maafku pada Sang Mi.”
“Tapi ajusshi, saya ada permintaan. Bisakah saya membawa Sang Mi ke apartemen? Jujur, untuk saat ini kondisi Sang Mi harus beristirahat total dan tidak mungkin untuk membawanya kembali ke rumah.”
“Donghae-ya, sekali lagi terima kasih atas perhatianmu kepada Sang Mi. Kamu bisa membawanya ke apartemen saya yang berada di sebelah apartemenmu. Kamu paham kan?”
“Ye, saya mengerti ajusshi! Saya akan menjaga Sang Mi selama dia berada di sana.”
“Iya, saya tahu kamu akan menjaganya dengan baik. Sampai jumpa Donghae”
“Ye, ajusshi! Annyeonghaseyo!” ucapku mengakhiri pembicaraan ini. Baiklah Lee Donghae, dengan seperti ini kamu akan lebih sering bersama Sang Mi. Tidak lama lagi, Donghae. Fighting!
Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Sang Mi, dengan terburu-buru aku menuju ruangannya untuk mengantarnya pulang. Aku tak sabar melihat muka polosnya ketika aku memberitahu hal ini, dia pasti akan sangat kesal.
Tok…tok…tok… aku segera membuka pintu ruangan Sang Mi, terlihat dia sedang terburu-buru mengusap wajahnya dan menoleh padaku, dia menangis lagi. Hah, gadis ini selalu saja menangis sendirian. Apa dia tidak sadar kalau ada seseorang yang bersedia menemaninya menangis? Aku kan bisa membantu menghapuskan air matanya sekaligus menghiburnya.
“Hei, nona Lee kau menangis lagi?” ucapku berusaha menggodanya, dia pasti terkejut melihatku datang.
“Tidak, mataku iritasi” balasnya. Ck, gadis ini mau berbohong padaku ternyata. Nona Lee kau mau main-main ya? Baiklah biar kuladeni.
“Benarkah? Sini kuperiksa, biar kutahu penyebab iritasinya” aku berusaha mendekatinya tapi dia menghindariku. See, bohongnya makin kelihatan saja.
“Tidak perlu Donghae-sshi, mataku tidak iritasi lagi” ucapnya. Aku menghela nafas panjang kemudian tersenyum kecil.
“Kamu tidak pandai berbohong, Sang Mi-sshi” balasku lirih, tidak bisakah dia jujur padaku? Apakah aku harus menyadarkannya kalau selama ini dia sudah terlalu banyak berbohong? Selamat Lee Donghae kau membuat suasana menjadi canggung. Aku maupun Sang Mi tidak menyukai hal ini.
“Donghae-sshi, apa kau melihat appa? Aku menunggunya menjemputku” dia mengalihkan pembicaraan, ini lebih baik.
“Ajusshi? Dia tidak akan datang, dia menitipkanmu padaku” balasku santai. Dia membelalakkan matanya padaku. Raut wajahnya menunjukkan kalau dia tidak percaya padaku.
“Aku tidak berbohong, Sang Mi-sshi” lanjutku seraya menghampirinya kemudian mengambil barang serta menarik dirinya.
“Kajja! Aku akan mengantarmu pulang!” dia terlihat bingung tapi tetap menurutiku. Lee Sang Mi, tunggu kejutanmu selanjutnya.
Setelah berada di mobil dan berbincang-bincang seadanya, dia terkejut karena aku mengambil jalur yang berlawanan dengan rumahnya.
“Saem, ini bukan jalan menuju rumahku” protesnya.
“Memang bukan, bisakah kamu membiasakan diri memanggilku nama saja tanpa embel-embel dokter di luar rumah sakit?”
“Donghae-sshi, tolong antarkan aku ke rumah!” enak saja dia memerintahku. Seharusnya aku yang memerintahnya, aku kan dokternya.
“Tidak Sang Mi-sshi, kamu tidak akan pulang ke rumah” tegasku.
“Tapi aku harus pulang, tolong biarkan aku pulang!” dia memohon padaku. Aku tidak akan luluh Sang Mi. Aku segera menghentikan mobil. Kali ini dia harus menurutiku.
“Mi-ya bisakah kamu menurutiku? Ini untuk kebaikanmu. Kondisimu tidak memungkinkan untuk kembali ke rumah itu.” Aku berusaha untuk menahan diriku untuk tidak membentaknya, dia sudah terlalu keras kepala.
“Aku harus pulang, Donghae-sshi!”
“LEE SANG MI! Kamu lebih baik diam dan turuti semuanya! Dengar! Mulai saat ini, aku yang bertanggung jawab atas dirimu! Paham?” maaf Sang Mi, ini cara satu-satunya agar kamu bisa menurutiku. Dia seketika terdiam karena shock telah kubentak. Dia tidak berbicara apa-apa tapi aku bisa melihat dia terisak. Pertama kali kulihat dia menangis di hadapanku dan itu karenaku.
Suasana kembali menjadi canggung, Sang Mi tidak berkata apa-apa lagi setelah kubentak. Tapi air matanya terus mengalir dan dia membiarkannya.
“Donghae-sshi” ucapnya lirih membuka pembicaraan canggung kami.
“Hm” balasku singkat.
“Mianhae” suaranya seperti sedang berbisik tapi aku masih bisa mendengarnya. Tiba-tiba pikiran usil menghampiriku. Hehehe, menggodanya sedikit masih tidak apa-apa kan?
“Mwo?” aku berpura-pura tidak mendengarnya.
“Mianhae” ucapnya dengan suara yang agak keras.
“Mworago?” aku kembali berpura-pura tidak mendengarnya.
“MIANHAE! Huaaaa Lee Donghae! Kau jahat!” oh tidak dia menangis kencang seperti anak kecil. Huwoooo Lee Sang Mi, apa yang terjadi padamu???????
“Ya… ya… ya… Lee Sang Mi. Jebal uljima~ (Berhentilah menangis)” jujur aku tidak tahu harus berkata apa, ini pertama kalinya aku menghadapi gadis yang menangis seperti anak kecil. Tidak mungkin kan aku harus merayunya dengan memberikan permen????
“Hiks…hiks…hiks… Lee… Dong…Hae…kau benar-benar… pria jahat… huwaaaaa aku… membencimu…” tangisnya bertambah kencang saja, aku benar-benar panik.
“Oh God! Mi-ya, baiklah aku mengaku salah. Tolong berhentilah menangis, aku mengkhawatirkanmu” huft syukurlah, dia tidak menangis kencang lagi tapi masih terisak-isak dan itu masih berlanjut sampai kami sampai di apartemen. Oh, ini benar-benar membuatku terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
After A Minute
FanfictionLee Sang Mi, seorang wanita yang kuat dan tegar memiliki kehidupan pahit. Dibenci oleh ibu kandungnya sendiri hanya karena sebuah kesalahan yang dilakukannya, tapi ayah dan kakaknya Lee Sung Min selalu ada untuk mendukungnya agar bisa kembali berhub...