Kenyataan yang Harus Diterima (1)

197 5 0
                                    

Author’s POV

            Sudah dua minggu lamanya Sang Mi menjalani perawatan di rumah sakit dan saatnya dia harus kembali ke rumah untuk kembali bertemu dengan orang yang sangat dicintainya. Dia menghela napas panjang seolah ada sesuatu yang mengganjal di hatinya dan memang ada sesuatu yang membuatnya terus menerus berpikir. Ya, dia memikirkan Donghae yang semenjak kejadian itu lebih pendiam beda dari biasanya, dia hanya datang untuk memeriksa keadaannya dan juga berbicara seperlunya tidak seperti dulu yang selalu menghiburnya. Keadaan Sang Mi sekarang ini terlihat seperti orang kebingungan yang tidak tahu harus berbuat apa, di sisi lain dia ingin mengikuti saran orang-orang terdekat mereka agar tinggal di apartemen untuk pemulihan kondisi, tapi di sisi lain dia bersikeras untuk tetap berada di samping eommanya. Dia membutuhkan sandaran, semenjak Sung Min meninggalkannya, dia sangat terpuruk, dia mengutuk dirinya sendiri bahwa dialah penyebab hancurnya keluarga mereka hingga menyebabkan Sung Min tidak bersama mereka lagi.

            Flashback

            Sudah seminggu semenjak operasi transplantasi hati dilakukan, semenjak itu pula Sang Mi belum tersadar dari komanya, ini disengajakan oleh pihak medis untuk melihat sejauh mana hati itu bisa beradaptasi dengan pemiliknya yang baru, dan hari ini sudah saatnya Sang Mi tersadar dari tidur panjangnya.

Donghae sudah siap mental untuk menceritakan semuanya pada Sang Mi jika dia menanyakan hal tentang Sung Min, bagaimanapun juga dia harus mengetahuinya. Hari ini dia beserta Tuan Lee Sung Jo menemaninya, senyum bahagia menghiasi wajah pria paruh baya itu, dia bahagia karena putri kesayangannya akan segera siuman, tak henti-hentinya dia bersyukur pada Tuhan telah memberi kesempatan pada putrinya untuk hidup. Mata Sang Mi mulai perlahan terbuka, tubuhnya mulai menggeliat untuk menghilangkan kaku, jarinya mulai bergerak perlahan seakan ingin menggenggam dan suara desahan kecil menahan sakit mulai terdengar. Tuan Lee menggenggam tangan anaknya erat dan memanggil namanya.

“Mi-ya, buka matamu sayang! Appa ada di sini”, ucapnya lembut, Sang Mi menangis bahagia melihat ayahnya berada di sampingnya, matanya melihat sekeliling ranjang tapi tidak menemukan seseorang yang sangat di rindukannya, dia malah terheran melihat lelaki asing yang berada di samping ayahnya dan Sang Mi tahu dia adalah seorang dokter karena jas putih khas dokter dikenakan pria itu.

“Ap~pa…” panggilnya lirih

“Ne chagi, apa yang kamu butuhkan?”

“A~ir…” lanjutnya, dia tidak bisa berbicara panjang karena tenggorokkannya yang kering. Dengan sigap tuan Lee mengambil gelas yang berisi air di nakas samping ranjang dan membantu Sang Mi untuk meminumnya. Setelah beberapa saat, semuanya kembali normal.

“Mi-ya apa yang kamu rasakan sekarang? Eodi appo? (ada yang sakit?)”, khawatir tuan Lee

“Gwenchana appa! Oppa eodiseo? Saem, Sung Min oppa gwenchana? (Aku baik-baik saja ayah! Kakak dimana? Dokter, apakah kakakku baik-baik saja?)”, tanya Sang Mi kepada Lee Songsaengnim, Donghae tidak tahu harus berbuat apa, dia sadar bukan saatnya untuk memberitahukan semuanya, lagipula ini permintaan tuan Lee agar menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Dia berharap setelah Sang Mi benar-benar pulih dia yang akan menceritakan semuanya.

“Ye Sang Mi-sshi, oppa mu baik-baik saja tapi dia tidak bisa kesini untuk melihatmu, keadaannya sama sepertimu. Dia harus membutuhkan istirahat yang cukup agar dapat menemuimu”, bohongnya.

“Apa yang dikatakan oleh dokter Lee benar sayang, kamu harus segera pulih supaya bisa menemui Sung Min, tenang saja eomma sedang menjaga Sung Min di ruangan lain” tambah tuan Lee

“Ne arraseo appa! Eomma pasti menjaga oppa dengan baik”, terlihat senyum kecut dari wajah pucat Sang Mi, ‘Eomma pasti tidak akan menemuiku’ tambahnya dalam hati.

“Sayang, eomma pasti datang menemuimu, dia tidak mungkin membiarkan anaknya yang cantik sendiri di sini”, tuan Lee seakan tahu apa yang ada di pikiran Sang Mi dan berusaha menenangkannya.

“Ne appa, kuharap eomma datang walaupun hanya sebentar”, desisnya lirih

“Sayang, istirahatlah! Jika kamu sudah pulih kita akan bertemu dengan Sung Min”, pinta ayahnya yang segera dituruti oleh Sang Mi, dia berharap akan segera bertemu dengan kakak tercintanya. Mereka segera meninggalkan ruangan begitu Sang Mi beristirahat.

“Saem, aku tahu ini hal berat untuk memberitahu semuanya tentang Sung Min, tapi tolong, biarkanlah seperti ini dulu, saya ingin Sang Mi benar-benar pulih ketika mendengar berita ini. Mereka sangat dekat semenjak kecil dan saling menyemangati satu sama lain, tujuan Sang Mi sembuh karena dia yakin akan bisa bertemu dengan kakaknya” pinta tuan Lee. Mau tidak mau Donghae harus menuruti permintaan tuan Lee.

            Selama seminggu masa pemulihan Sang Mi benar-benar bersemangat dalam menjalani perawatannya. Selama itu pula Donghae menemaninya dan selalu berpikir bagaimana menyampaikan hal penting ini.

“Saem, bisakah aku bertanya sesuatu?” tanya Sang Mi suatu ketika dia berkunjung di ruangan Donghae.

“Hm, mwondeyo? (tentang apa?)” dia mengalihkan perhatiannya ke Sang Mi.

“Saem, uri oppa eodiseoyo? Apa dia berada di rumah sakit lain? Selama mengelilingi rumah sakit ini dan bertanya pada suster di sini mereka tidak tahu oppa. Saem pasti tahu semuanya kan?” desaknya pada Donghae. Donghae tahu suatu saat akan terjadi hal ini, dan sekarang adalah saat yang tepat untuk memberitahukan segalanya.

“Sang Mi-sshi, bisakah kita membicarakan hal ini sambil jalan-jalan di taman? Aku akan memberitahu semuanya padamu” pinta Donghae, dijawab dengan anggukan Sang Mi.

            Setelah beberapa saat mereka mengitari taman, Donghae mengajak Sang Mi untuk duduk di salah satu bangku di sana dan menceritakan semuanya pada Sang Mi. Sang Mi sempat terkejut mendengarnya tapi dia tetap tenang mendengarkan cerita Donghae hingga akhir. Donghae khawatir melihat keadaan Sang Mi yang sedari tadi hanya diam saja.

“Saem, kenapa hal ini anda baru menceritakannya sekarang? Apakah ini semua permintaan appa?” tebak Sang Mi.

“Ah, hal itu memang tuan Lee yang meminta tapi itu semua untuk……” belum selesai Donghae melanjutkan kalimatnya, Sang Mi segera memotongnya.

“Saem, bisakah anda mengantarku kembali ke kamar? Aku lelah” nada suara Sang Mi mulai terdengar sengau, pertanda dia sedang menahan sesuatu. Donghae menyadarinya, dia tahu Sang Mi ingin menyendiri, ‘dia benar-benar seseorang yang sangat tertutup’ batin Donghae.

            Donghae mengantar Sang Mi kembali ke kamarnya, dia khawatir keadaan Sang Mi setelah dia mengetahui semuanya, tapi Donghae yakin bahwa Sang Mi adalah seseorang yang kuat.

“Saem, kamsahamnida sudah mengantarku” pamit Sang Mi dan segera menutup pintu kamarnya Donghae tidak meninggalkannya, dia bersandar di pintu itu walaupun Sang Mi tidak mengetahuinya tapi entah mengapa Donghae ingin menemaninya. Beberapa saat kemudian jeritan dan tangisan Sang Mi memenuhi kamar itu, Donghae menunduk sedih mendengarnya.

After A MinuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang