part 13

10.7K 842 18
                                    

Hari ini adalah hari yang membosankan bagi jia li dan fang yin bagaimana tidak mereka bingung ingin melakukan apa

"Huwa jia li gabut banget guaa, coba kalo ada hp kita ngedugem joget joget gabut guaa"

"Mana ada hp disini aneh lo"

"Emang gak ada makannya gua ngeluh kagak bisa ngegame sama liat idol guaa huwee"

"Lah bocah malah nangis alay lo"

"Bodo gua gabut kemana kek gituu" fang ying merengek seperti anak kecil ia menarik narik tangan jia li agar mau menuruti keinginannya,sebuah ide terlintas dipikiran fang yin
"Aha gimana kalo kita bikin pertunjukkan dikediaman bapak gua awokwok, penasaran gua liat reaksi mereka" jia li ingin saja namun ia belum memiliki rencana bagaimana membuat pertunjukkan tersebut

"Nanti aja kita bikin yang lebih hebat lagian kita masih perlu latihan buat ngadepin tuh tikus tikus got, lagian mending lo maen ama si bunny"

"Ck ah gitu jia li, gak mau gua kasian ama si bunny gua peluk peluk malu ampe biru muka nya hihi"

" bocah gila tuh gitu ck ,Hmm lebih baik lo ikut gua latihan"

"Mbung males" sebuah ide terlintas dipikiran jia li

"Yaudah mau gak kita ke ibu kota terus kita kunjungi kediaman mentri yin (ayahnya fang yin), sekedar menyapa mereka kita lihat reaksi mereka"

"Wah seru tuh kuy lah dah gak sabar guaa"

"Ayo jangan lupa cadar kamu sama busur kamu ini pasti menyenangkan" jia li tersenyum mengerikan, membuat fang yin bergidik ngeri

Sampailah jia li dan fang yin di ibu kota penampilan mereka yang misterius membuat orang orang berbisik membicarakan mereka

"Mereka pendekar"

"Itu pendekar yang kemarin"

"Walaupun mengunakan cadar mereka tampak cantik"

Begitulah bisik bisik yang didengar oleh jia li dan fang yin namun mereka hiraukan, tatapan jia li mengarah ke arah gadis yang sepertinya tak asing bagi jia li, ah ternyata benar itu adalah kakak tiri fang yin yang bernama anchi yang tengah memaki seorang kakek kakek

"Dasar rendahan kau tidak punya sopan santu terhadap nona ini, pengawal cepat cambuk dia" para pengawal anchi mulai mengayunkan cambuk mereka bersiap mengenai kulit sang kakek, namun sebelum cambuk itu mengenai sang kakek sebuah pedang menghentikan mereka, yang menghentikan mereka tak lain adalah jia li

"Siapa kau yang brani menganggu kesenangan nona ini"

"Siapa aku tidak penting, ck kesenangan katamu dengan menyiksa orang lain huh sungguh tak tau malu sekali, kau ini seorang bangsawan tapi sikap mu tidak mencerminkan seorang bangsawan sungguh menjijikan sekali"

"Kau..."

"Apa hah!"

"Pengawal serang wanita yang tak sopan ini" para pengawal mulai mengeluarkan pedang mereka bersiap untuk menyerang jia li jumlah pengawal itu 5 sedangkan jia li sendiri,Kalian pasti bertanya dimana fang yin, fang yin ia hanya menonton sambil memainkan sebuah belati yang baru ia beli tadi, ia ingin menolong jia li namun dilarang jia li berkata bahwa ini urusan dirinya, ah jadi fang yin hanya menonton dengan serius tanpa ia sadari sedari tadi seseorang berdiri disamping fang yin

Jia li mengeluarkan pedangnya, para pengawal pun menyerang jia li. Jia li hanya menangkis serangan mereka ia tidak berniat untuk membunuh mereka, namun mereka semakin brutal akhirnya jia li menyerang dengan santai ia hanya berniat mengoreskan pedang nya ketangan para pengawal anchi, sehingga tangan mereka banyak mengeluarkan darah dan pedang yang mereka genggam terlepas dari tangan mereka

"Kalian menyerah saja aku tak berniat membunuh kalian, aku tahu kalian tidak salah, kalian hanya mengikuti perintah wanita menjijikkan itu" jia li melirik anchi yang sudah naik pitam, sedangkan fang yin ia mendesah kecewa karna jia li sudah selesai bermain main

"Ah mengapa gadis itu menyelesaikannya padahal sangat menyenangkan sekali"

"Mengapa kau berkata seperti itu nona dia itu temanmu mengapa kau tidak membantunya"

"Dia tidak perlu dibantu aku tahu ia sangat kuat eh" jia li melirik kesamping ah ternyata pria tempo hari lalu

"Terkejut nona?"

"Mengapa kau ada disini menganggu saja"

"Ah kau mengingat pria tampan ini nona ah ternyata wajah ku tidak bisa dilupakan"

"Iya tidak bisa dilupakan untuk dibunuh"

"Ah no-" sebelum pria itu selesai bicara fang yin sudah memotong pembicaraan dirinya

"Diamlah aku tengah serius menonton pertunjukkan ini" pria itu terdiam ia kesal

Kembali kek jia li

Anchi sudah geram sekali, ia tahu pengawal nya itu tak dapat mengalahkan jia li jadi ia memutuskan untuk pergi

"Hihi ia pergi juga menyenangkan sekali" suara lyra mengema dipikiran jia li

"Hm biar kan ia pergi mungkin nanti ia akan menangis merengek kepada ibu nya itu haha"

"Kau b-"

"Sudahlah aku harus menanyakan keadaan pria tua itu nanti saja kita membicarakannya" lyra tidak menjawab ia kesal terhadap jia li yang selalu memotong pembicaraan dirinya

"Kakek kau tidak apa apa"

"Tidak nak kakek ini baik baik saja terimakasih banyak nak"

"Sama sama kek, mengapa kakek bisa berurusan dengan wanita gila itu"

"Ah tadi kakek ini tak sengaja menabrak dirinya dan membuat dirinya tersungkur"

"Ah begitu ceritanya seharusnya dirinya yang meminta maaf, baiklah kek hati hati aku pamit ingin melanjutkan perjalanan"

"Iya nak sekali lagi terimakasih kakek ini tidak bisa memberikan apapun untukmu"

"Tak perlu kek aku ikhlas menolong mu"

Aksi jia li membuat ia menjadi perbincangan hal tersebut sampai terdengar ditelinga kaisar pangeran mahkota dan juga kediaman li,dan kaisar berniat menjamu jia li.sedangkan dikediaman li berita tersebut membuat malu kediaman li, jendral li menghukum anchi dengan tidak boleh keluar selama seminggu, hal tersebut membuat geram selir ming karna putrinya dihukum

Back to jia li

Jia li menghampiri fang yin

"Ah kau sangat hebat sekali"

"Benar nona kau sangat hebat sekali" suara tersebut membuat jia li menoleh kearah asal suara tersebut

"Siapa dia" jia li melirik kearah fang yin seolah olah meminta penjelasan

"..." fang yin hanya mengedikan bahu, jia li memberi isyarat untuk kembali pulang, niat ingin mengemparkan kediaman yin terputus ditengah jalan karna pertunjukkan sudah ada sebelum itu terjadi






girls tranmigrator( End )✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang