Berbicara tak semudah 'ya sudah sih bilang aja', karena ada sesuatu yang harus disimpan sendiri tanpa merasa orang lain harus tahu.
***
Seminggu sudah Wati dirawat di rumah sakit dengan keadaan semakin memburuk. Tentu saja, seminggu pula Nantha diculik. Genta tak henti menghabiskan uangnya untuk menggaji orang. Menyuruh orang itu untuk mencari keberadaan Nantha. Pikirannya tak tenang, semua ini salahnya. Mengapa ia meninggalkan adiknya sendirian waktu itu? Seharusnya ia mengajak Nantha untuk memindahkan semua motor di sana.
Hari ini Luthfa datang ke rumah Nantha. Lelaki itu keheranan karena seminggu ia tidak menemukan gadis itu di sekolah. WhatsApp-nya juga tidak online. Terakhir dilihat seminggu yang lalu. Bahkan ditelepon biasa tidak aktif.
Luthfa takut terjadi sesuatu terhadap Nantha. Ia nekat ke rumah gadis itu. Tidak takut jika terjadi sesuatu, semisal Genta menonjoknya lagi.
Sendiri, ia sampai di depan rumah sederhana yang kini berantakan sekali. Seperti tidak lagi diurus. Tidak ada seorang pun di sana. Ketika ia masuk ke pekarangan rumah, yang ia dapatkan adalah benda-benda berserakan di sana.
Lelaki berpakaian kaos pendek merk Flava warna abu-abu dan celana jeans hitam selutut itu melangkah ke dalam dan mengetuk pintu rumah. Berharap yang membuka adalah Nantha dengan wajah kesalnya. Namun, sudah berkali-kali ia mengetuk pintu bahkan menggedornya, tidak ada yang keluar dari sana.
Lelaki itu kesal, kalau Nantha tidak di rumah, lalu ke mana gadis itu pergi? Mengapa seakan tidak menganggap keberadaannya? Pergi tanpa permisi dulu, siapa yang mengizinkannya? Kalau dipikir sih memang, Nantha bukan siapa-siapanya. Dan ia juga hanya sebatas ketua di ekstra yang diikuti Nantha. Tapi, kenapa rasanya ....
Lelaki itu memutuskan untuk mengunjungi Indojuli barangkali gadis itu ada di sana sedang bekerja. Terakhir ia berkunjung adalah saat membuat gaduh di hari pertama kerja gadis itu. Walaupun setelahnya datang lagi untuk mengejek.
"Nantha mana?" tanya Luthfa to the point kepada Frada, shift siang hari ini tanpa Nantha.
"Lah, si pacar nanya ke sini. Harusnya gue yang nanya ke situ. Nantha mana kok nggak datang sejak seminggu lalu? Kalau keluar harusnya bilang dong jangan asal nggak masuk gitu." Frada menopang dagu di meja kasir.
"Serius dia nggak di sini sejak seminggu lalu?" tanya Luthfa dengan nada khawatir yang jelas kentara. Bingung ia akan mencari ke mana lagi kalau di sini saja tidak ada.
Mengendik, Frada membaca raut wajah Luthfa. "Nggak ih, mas pacar lagi kehilangan bebebnya, ya? Mending bawa ke kantor polisi aja. Kali-kali dibantu cari."
Luthfa menghela napas pendek, bingung dan pusing. Harus mencari ke mana dia? Kalau sejak seminggu yang lalu Nantha tidak di sini, berarti sama dengan sejak gadis itu tidak masuk sekolah. Yaitu hari setelah ia diciduk Genta keluar bersama teman-teman PA. Luthfa merenung lagi, apakah Genta segitu tidak sukanya jika Nantha mengikuti ekstra PA?
Akhirnya lelaki itu memutuskan kembali ke rumah Nantha dan berinisiatif untuk bertanya pada tetangga. Masih dengan membawa motor gedenya.
Luthfa berhenti tepat di rumah samping rumah Nantha. Di sana terlihat ada seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu. Ia menghampiri saja barang kali tahu keberadaan Nantha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendaki Menuju Hatimu [TAMAT] ✓
Teen FictionDipanggil 'cewek manja' oleh mereka yang keluarganya lengkap dan dipenuhi kasih sayang. Sebenarnya, ia hanya merasa lelah dengan kehidupannya, ingin dilihat dan diperhatikan oleh banyak orang. Namun, sikapnya yang salah justru membuat orang-orang se...