Jangan mengetuk, kalau nggak punya keinginan buat masuk.
***
Nantha sengaja menjauh dari orang-orang yang mendorong mobil. Karena ia tahu, mendapat kode seperti ini tandanya ia harus pergi saat itu. Mungkin Genta yang hendak menyelamatkannya. Pikiran positifnya terus menyelimuti diri. Ia terus mundur, tetapi bukan mendekati perkumpulan tadi.
"Emang bermanfaat banget gangguin orang kek gini. Live gue langsung banyak viewer-nya. Wah, seneng bat gue." Salah satu cowok dapat Nantha dengar suaranya dari sana. Tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
Ia semakin mundur, merapat ke samping kiri pos kamling tempat kumpulnya anak-anak cowok itu dengan pelan. Berusaha tidak mengeluarkan suara sekecil pun. Karena perkumpulan itu tidak berada di pos kamling, melainkan semuanya berjajar dengan motornya di pinggir jalan.
"Halah, lo mah pikirannya follower mulu. Kek gue dong, nggak perlu live udah dapat banyak follower." Salah satu lainnya--yang memakai topi warna merah--menimpali. Menunjukkan ponsel ke hadapan yang berbicara tadi. "Soalnya wajah gue GDL."
Tentu saja Nantha tahu, karena dapat ia lihat dari tempatnya ini. Jelas dan terlihat seperti teman-temannya dulu, tingkah lakunya. Ia juga memerhatikan mereka barangkali ada yang mengetahui keberadaannya. Takutnya malah dia yang disandera.
"Hilih, follower lebih satu dari punya gue aja bangga!" Yang lainnya lagi menunjukkan ponselnya sambil menyesap rokok di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. "GDL apaan?"
"Iya dong, lebih dari punya lo," timpal si cowok bertopi merah itu. "Ganteng Dari Lahir."
Suara tawa menggema di telinga Nantha. Mata gadis itu terus mengawasi sosok yang ia kenal di antara mereka semua. Tidak ada, nihil sekali. Seperti bukan sebuah petunjuk dan kode dari Genta.
Semakin panik dan takut, Nantha hendak menangis saja rasanya. Lalu ia melihat lagi ke arah Ditya dan yang lain tadi. Mereka segera menyadari menghilangnya Nantha. Itu membuat Nantha semakin panik. Mengapa Genta tak ada muncul juga? Apakah ia salah tangkap maksudnya? Bukan Genta yang merencanakan ini? Hanya feeling tak penting? Bagaimana jika yang muncul malah perkumpulan itu dan menghabisinya sekarang juga?
Tiba-tiba sebuah tangan menyekap mulut Nantha. Tidak ada obat biusnya namun bisa meredakan teriakan refleks gadis itu. Kedua tangannya dipegang erat agar tidak bisa berulah. Mungkinkah ini Genta yang menyelamatkannya?
Namun mengapa wangi parfumnya beda?
Ia diseret menuju sebuah mobil dan didudukkan di belakang. Gadis itu kelimpungan. Mengapa di sebuah mobil? Mobil siapa? Genta tidak mempunyai mobil dan jelas saja ini bukan gaya atau parfum Genta.
Benarkah Nantha benar diculik oleh geng itu?
***
Beginilah jadinya kalau Nantha tidak ia izinkan membawa ponsel. Sebenarnya ia punya alat untuk mendeteksi di mana keberadaan Nantha saat ini. Tetapi karena tadi sedang panik dan yang dilindungi Ditya malah istrinya.
Sedangkan orang yang selama ini ia susah dapatkan malah teledor. Harusnya kalau ia selalu memasangkan alat itu di baju yang dikenakan oleh Nantha, ia bisa menemukan gadis itu, tentu saja. Tetapi kan, hanya sebuah pengandaian.
Pencarian semalam tidak membuahkan hasil. Hari berganti pagi membuat mereka harus kehilangan jadwal keberangkatan pesawat. Keberangkatan ditunda dulu sampai nanti Nantha ditemukan.
Pria itu sudah mengerahkan seluruh bantuan dari agen dan seluruh orang kepercayaannya untuk mencari ke mana Nantha pergi. Di lokasi kejadian juga sudah dicari sampai sawah-sawah luas juga diinjaki. Demi menemukan sesosok gadis manja menyusahkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendaki Menuju Hatimu [TAMAT] ✓
JugendliteraturDipanggil 'cewek manja' oleh mereka yang keluarganya lengkap dan dipenuhi kasih sayang. Sebenarnya, ia hanya merasa lelah dengan kehidupannya, ingin dilihat dan diperhatikan oleh banyak orang. Namun, sikapnya yang salah justru membuat orang-orang se...