BAB 7

33 6 9
                                    

Hari ke empat Davinka menghabiskan waktu istirahatnya di kelas.
Masih sama, dengan sekotak susu coklat dan lagu kesukaannya.

Semalam ia habis menangis menelpon papanya, dia sangat rindu akan sosok satu itu. Bintang idola di hidup Davinka.

Sebentar lagi akan ada ujian Penilaian Akhir Semester satu, setelah itu akan libur panjang selama hampir satu bulan lamanya. Masih ada seminggu untuk persiapan ujian PAS, setiap siswa sibuk mempersiapkan untuk ujian tersebut.

Davinka benci belajar, membaca buku untuk mempersiapkan ujian menurutnya sebuah tindakan bodoh. Alih-alih belajar dengan cara seperti itu, kenapa mereka tidak menyimak saja saat guru sedang mengajar dikelas? Saat dibagikannya tugas, mengapa mereka tidak kerjakan dengan serius? Sehingga disaat seperti ini yang diperlukan hanya menyiapkan kesehatan saja.

Merasa tidak betah dikelas, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke tempat persembunyiannya, walaupun sudah tidak bisa dikatakan seperti itu, tapi dalam hati Davinka berharap seseorang yang waktu itu datang melupakan tempat itu.

Helaan nafas lega terdengar halus dari bibirnya disertai senyuman merekah yang terlukis indah. Sepi ternyata. Sesaat Davinka terhanyut oleh keadaan dan lagu yang ia dengarkan.

“cantik lo nambah kalo senyum, tau ga?” suara itu lagi. Rasanya Davinka ingin sekali menengokkan kepalanya kebelakang dan melihat siapa pelakunya.

Saat membuka mata, Davinka refleks menjerit karena sosok itu tidak berada dibelakangnya, melainkan ada tepat di hadapannya.

Pelaku yang membuat jantung Davinka berdegup kencang karena terkejut malah tertawa, dan tersenyum setelahnya. Memperlihatkan lesung pipit yang menawan indah di wajahnya.

Bagaimana bisa ia tidak menyadari ada orang dihadapnnya? Sembari mencopot headphone dan menaruhnya di kursi sebelahnya, Davinka bertanya kepada seseorang itu.

“lo ngapain disini?” tanya Davinka sembari merapihkan rambutnya.

“gue Renal, Renaldo Prasetya. Lo Davinka kan?” ujar laki-laki dihadapan Davinka sembari menjulurkan tangannya hendak mengajak berjabat tangan.

Tetapi setelah sepersekian detik, tangan itu hanya mengapung di udara dan orang yang diajak berjabat itu malah berdiri dan pergi.

Renal sadar kalau caranya mendekati ratu cuek itu salah. Sambil terkekeh ia duduk dikursi yang Davinka duduki tadi, seraya mengambil headphone yang rupaya lupa dibawa oleh
Davinka.

                              ***
Davinka berjalan dengan raut wajah sebal, membayangkan kejadian tadi membuat ia lapar dan segera menuju ke kantin. Suasana kantin tampak tidak ramai, hanya beberapa siswa yang datang untuk membeli makanan.

Dipesannya mie ayam tanpa sambal itu dan segelas teh manis dingin. Tidak sampai 10 menit, mangkok itu kosong dan gelasnya pun dalam kondisi yang sama. Setelah membayar ia langsung menuju kelasnya.

Masih dua jam lagi hingga bel pulang sekolah, Davinka berencana menghabiskan waktu untuk menggambar sambil mendengarkan musik.

Dan ia mulai merasa ada yang kurang. Ahh headphone! Kenapa bisa tidak ada dilehernya? Dia menggeledah tempat duduk dan tas nya, tetap tidak ketemu.

“masa iya ketinggalan ditaman tadi?” gumamnya pada diri sendiri, sambil tetap mencari di tas dan loker mejanya.

Seseorang menghampiri Davinka yang sedang kebingungan.

“hai Vin, lo lagi nyari apa?” tanya seorang perempuan dengan rambut lurus coklatnya, hampir serupa warnanya dengan milik davinka.  

“enggak, bukan apa-apa” jawab Davinka kepada perempuan itu.
Akhirnya si perempuan berambut coklat itu kembali ke kursinya.

Bel sekolah berbunyi dan Davinka masih kebingungan dengan menghilangnya barang kesayangannya. Ia berniat untuk mengecek taman belakang sekolah, apakah tertinggal disana atau jatuh ditempat lain. Saat hendak berdiri, seseorang menaruh barang yang ia cari daritadi.

“headphone gue” ucap Davinka, disertai perasaan lega dan senang.

“tadi ketinggalan ditaman, pas gue ajak kenalan lo langsung pergi”

Davinka langsung mengenali suara cowo satu itu. Sesaat kedua nya saling bertatapan, dan Davinka memutus kontak mata mereka terlebih dahulu.

“makasih” ucap Davinka kepada cowo itu dan bergegas keluar ruangan.


Sebelumnya, makasih banget yang udh nungguin ceritanya. Author hampir lupa buat up malem ini hehehe. Big love buat kalian yang udh nagih🖤🖤

Between You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang