Satu minggu sudah Davinka melewati masa ujian sekolah. Ia lewati dengan senang hati, ia suka menyelesaikan soal yang menurutnya menantang.
Sampai dirumah, papanya ternyata belum pulang, akhirnya ia memutuskan untuk menyegarkan diri dan memanjakan dirinya dengan melihat beberapa karya lukisan di Galeri Nasional Indonesia.
Rambut tergerai sempurna, bedak bayi dan sedikit olesan liptint. Mata coklat itu sedang memelas untuk tidak perlu Pak Togar menemaninya kesana.
“Bi, Vinka bisa pergi sendiri iih. Pak Togar ga usah anter Vinka. Beneran deh” ucap Vinka memohon agar tidak diantar oleh Pak Togar. Ia berfikir tidak akan mandiri bila harus dilayani terus.
“gini loh non Vinka, bapak Cuma menaati perintah papah non. Bapak ga enak kalo...”
“Pak Togar yang baik, nanti jemput aja, sekarang Vinka pergi sendiri gapapa” potong Davinka. Pak Togar dan Bi Ati akhirnya menyerah.
“15 menit sebelum pulang langsung telfon saya ya non”
“hahaha iya Pak. Bi pergi dulu ya.”
Setelah itu, Davinka pergi menggunakan transportasi umum.Cuaca hari itu lumayan terik, Davinka mengambil kuncirannya dan menguncir cepol rambutnya. Ia merasa lebih baik.
Davinka disambut oleh gedung megah bernuansa putih, warna kesukaan Davinka. Ruang rekreasi ditengah sibuknya kota jakarta, rumah untuk karya seni rupa terbaik. Davinka nyaman disana. Melihat berbagai koleksi karya seni rupa modern dan kontemporer membuat tubuhnya merasa berenergi kembali.
Tiga jam sudah ia berada disana. Merasa lapar, Davinka memutuskan untuk pergi mencari makanan. Ia menemukan kedai makanan yang menarik mata.
Interior yang indah dan suasana yang tidak begitu bising membuat ia melangkahkan kaki kesana.
Ditutup dengan dessert yang manis, Davinka menelfon Pak Togar untuk menjemputnya. Seraya menunggu, ia mengedarkan pandangannya melihat kehebohan sore hari dijalan raya. Orang-orang berlalu lalang dengan fikiran mereka masing masing.
Tak lama, mobil jemputannya datang. Wajah Pak Togar menyapanya terlebih dahulu, sambil tersenyum Davinka melangkahkan kaki menuju mobil dan langsung mengikuti arus lalu lintas yang heboh itu.
***
Sesampainya dirumah Davinka menuju kamarnya karena ia merasa letih dan sedikit lelah dibagian kakinya. Pada saat mandi terdengar suara Bi Ati memanggilnya.“non Vinka..”
“iya bi, Vinka lagi mandi. Kenapa?”
“ini bibi nemu amplop di saku rok non Vinka. Bibi taruh di meja belajar ya non”
“iya bi makasih” ucap Davinka seraya berfikir kalau tidak ada pengumuman apapun dari sekolah.
Selepas mandi Davinka berniat menonton film, saat hendak mengambil leptopnya dimeja ia melihat amplop yang agak lecek itu. Ia perhatikan dengan seksama dan baru teringat bahwa amplop itu dari anak laki-laki yang memberi ia bungkusan plester, yang mengembalikan headphonenya dan yang ia temui ditaman rahasia sekolah.
Tidak mau ambil pusing ia segera membuka amlop tersebut dan membacanya.
“ DENGAN SURAT INI SAYA INGIN MEMPERKENALKAN DIRI SAYA KEPADA ANDA, ANANDA DAVINKA PRISILLA SANJAYA. MURID HEBAT DARI KELAS 11 IPA 1. SAYA RENALDO PRASETYA, DARI 11 IPA 2. MURID KELAS SEBELAH YANG PASTI ANDA TIDAK KENAL SAYA DAN SAYA HARAP KITA BISA KENALAN. SAYA SUKA BERMAIN FUTSAL TAPI JAGO DIBASKET, SAYA SUKA UDANG TAPI SAYA ALERGI SEAFOOD, SAYA MAU AJAK KENALAN SITU TAPI DITOLAK TERUS. JADI MELALUI SURAT YANG PENTING INI SAYA HARAP SAUDARA DAPAT MENGINGAT NAMA SAYA DAN MAU MENJADI TEMAN SAYA. SEKIAN.”
Davinka sedikit tercengang dengan keberanian laki-laki satu ini. Memang banyak yang mengaguminya tetapi hanya sebatas kagum tidak sampai pada tahap ingin berteman seperti ini.
Mendadak perasaan aneh menghinggapi perasaannya, jelas bukan perasaan yang nyaman dan Davinka benci itu.
Selepas membaca surat aneh itu, Davinka meletakkan sembarang di mejanya melanjutkan aktivitas yang ingin ia kerjakan sebelumnya.
Selamat membacaaa!!💖💖