Saat sampai dikelas Davinka duduk dengan tergesa. Ia merasakan perih dibagian kakinya saat menekuk kaki kanannya. Saat ia cek, ia baru sadar kalau lutut kanannya lecet. Sepertinya akibat bergesekan dengan lantai saat jatuh tadi.
Bel istirahat berbunyi, Davinka merasa harus membeli plester luka karena lukanya semakin perih saat terkena angin. Saat keluar kelas ternyata sudah ada yang menunggunya, Davinka tidak asing dengan mukanya.
“sorry banget ya gue nabrak lo tadi pagi, buru-buru banget mau ngerjain pr soalnya hehe” ucap cowo itu dengan perasaan bersalah sembari menggaruk kepala bagian belakang yang tidak gatal.
“iya gapapa.” Saat hendak pergi tangannya ditahan oleh cowo itu.
“lo tunggu disini aja, gue beliin plester luka.” Cowo itu melihat lutut Davinka merah. Saat akan menolak tawaran tersebut, sebuah suara muncul.
“nih pake. Di koprasi abis, gue belinya diluar. Perjuangan belinya jadi dipake.” Bungkusan itu sudah berada ditangan Davinka sekarang, karena cowo itu memberikannya sambil memegang tangannya dan membuka lebar-lebar telapak tangannya. Dan setelah itu ia pergi.
Davinka pun memutuskan untuk kembali masuk kedalam kelas. Sisa lah biang masalah pagi itu sendiri. Dan akhirnya ia pun pergi dalam kondisi malu.
Obat merah, plester luka, antiseptik beserta kapasnya. Itu yang ada dibungkusan cowo tadi beri. Tak ambil pusing, Davinka segera mengoleskan antiseptik tersebut dan memberi obar merah serta ditutup dengan plester luka.
Beres.
Karena dirasa kantin sudah sepi, ia bergegas menuju kesana untuk membeli roti dan susu coklat.***
Dikelas yang sangat gaduh itu, segerombolan cowo yang terdiri atas 4 orang laki-laki sedang memikirkan apa yang akan mereka lakukan. Karena sebentar lagi akan diadakan ujian akhir semester yang berarti libur panjang akan dimulai.
Tetapi ada satu cowo yang terlihat tidak fokus pada topik pembicaraan mereka.
‘Dipake ga ya? Apa dibuang? Kenapa tadi gue langsung pergi? Harusnya gue tungguin sampe dia pake’ sosok itu Renal. Saat melewati kelas Davinka, ia melihat perempuan itu sedang memperhatikan lututnya.
Akhirnya satu detik sebelum bel sekolah berbunyi Renal berlari menuju koperasi sekolah. Barang yang ia cari tidak ada disana. Ia harus izin dengan guru piket untuk pergi ke apotek depan sekolah. Saat barang yang ia butuhkan didapat ia bergegas menuju kelas Davinka.
Dilihatnya perempuan itu berada dipintu kelas, dengan datarnya berbicara dengan seorang laki-laki. Ternyata Farel, senior kelas akhir itu. mungkin sedang meminta maaf pada Davinka, dan ia mendengar kalau Farel akan membelikan plester luka untuk Davinka.
Dengan gaya yg ia buat tenang sedemikian rupa, ia mengambil tangan Davinka dan meletakkan bungkusan itu lalu pergi setelah mengucapkan kalimat yang tiba-tiba terlintas dikepalanya.
**
Karena rasa penasarannya bercampur sedikit rasa khawatir, ia memutuskan pergi menuju kelas sebelah.“Ren, woy mau kemana?” tanya Aldo terkejut, karena tiba-tiba Renal pergi setelah melamun beberapa saat.
“tau dah tu bocah aneh banget” sahut Rakha yang memang memperhatikan Renal sejak tadi.
“ilang-ilangan mulu kek setan” ucap Kemal sekenanya.
“elu setannya” jawab Aldo dan Rakha bersamaan diiringi tawa keduanya.
***
Yang ditujunya tidak ada ditempat. Renal tau kemana ia bisa menemukan cewe itu.Benar saja dengan headphone putih yang setia bertengger di kepalanya, cewe itu menganggukan kepala seraya mengikuti melodi lagunya. Dengan suara pelan Renal bertanya.
‘lo mau jadi pacar gue?’ pertanyaan itu dibalas anggukan cewe itu.
‘boleh gue jadi tempat sandaran lo?’ pertanyaan ke dua pun dibalas anggukan lagi
‘lo mau percaya sama gue? Dengan nyeritain kisah kenapa lo bisa secuek ini?’ anggukan ketiga ia dapat.
Renal tersenyum.
Hanya dia yang bisa mendengar suaranya, cewe itu mengangguk karena alunan musik di kepalanya. Tetapi Renal merasa semakin jelas.
Gue bisa diandalkan oleh cewe itu.HOPE U GUYS ENJOYYY!!!🖤
#dari author dijam 20.40 tapi udah ngantuk banget xixi