"Sometimes you should listen what devil said, because devil sometimes right."
----------
"Jangan pergi." Satu kalimat yang terlontar dari mulut Beybel ketika Ari hendak melepaskan tangannya yang masih setia dipeluk Beybel. Ari kemudian kembali merebahkan dirinya di samping Beybel. Ini sudah hampir dua jam dan Beybel masih belum berhenti menangis.
"Jangan nangis, Sayang. Ini udah sore, aku mau pulang dulu buat mandi, ya?" Ari bertanya sembari mengelus pelan rambut Beybel. Beybel menggeleng, ia semakin memeluk Ari. Cukup Daren sialan saja yang meninggalkan dirinya.
"Mandi di sini aja, baju dia masih di simpen di lemari bawah. Aku bisa ambilin buat kamu," kata Beybel menawarkan. Ari mengangkat sebelah alisnya.
"Emangnya kamu nggak bakal kenapa-kenapa kalo aku pake baju dia?" tanya Ari hati-hati, takut menyinggung perasaan Beybel. Beybel mengangguk pelan kemudian bangkit dari ranjang dan mengecup pelan pipi Ari.
"Aku ambilin dulu bajunya, kamu mandi dulu aja, nanti aku letakkin di atas kasur." Setelah itu Beybel keluar dari kamar, meninggalkan Ari yang sudah berjalan menuju kamar mandi.
***
Daren menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, pikirannya kalut. Berbagai pertanyaan dan dugaan tentang adiknya memenuhi kepalanya, dan rasanya seakan ingin pecah.
Reynald membuka pintu dan menutupnya kembali, menatap Daren yang sudah terlihat kacau sejak melihat Mamanya kembali. Memang hanya Reynald yang mengetahui perasaan Daren, karena cowok itu pun hanya membagi ceritanya pada Reynald, ia belum siap berbagi kepada Barel, Garal atau Kuza.
Reynald mendekat pada Daren, menepuk pelan pundak Daren sebelum akhirnya ikut merebahkan dirinya di samping cowok itu. Kepalanya ia hadapakan ke samping, menatap Daren yang kini memejamkan mata. Tangan Reynald mengusap pelan rambut Daren, menyisir rambutnya hingga tidak ada lagi yang jatuh ke kening.
Perlahan ia mendekatkan dirinya, memeluk Daren yang kembali membuka mata karena sedikit terusik. Daren hanya menoleh, membiarkan Reynald memeluk tubuhnya.
"Gue tau seberapa bingungnya lo sama situasi ini," bisik Reynald. Daren hanya berdeham, kembali meluruskan pandangannya pada langit-langit kamar yang dihiasi beberapa bintang menggantung, yang jika lampu dimatikan akan menimbulkan cahaya malam dari dalam bintang-bintang tersebut.
"Apa yang lo rasain ketika Mama Leza balik?" tanya Reynald yang sudah melepas pelukan, ia mendudukkan dirinya, mengambil kaki Daren lalu memijatnya pelan. Daren meringis ketika Reynald mendapatkan titik pegalnya.
"Ada rasa lega, tapi juga ada rasa takut ketika gue nyuruh Mama buat balikin dia ke sini," jelas Daren.
"Rasa takut kaya gimana?" tanya Reynald, kini pijatannya berpindah ke tangan Daren.
"Rasanya gue takut ... Sesuatu milik gue bakal diambil," jawab Daren yang kini sudah menatap Reynald. "Tapi mungkin ini cuma perasaan gue karena nggak sabar nunggu dia balik." Reynald hanya mengangguk.
"Gimana tadi kencan lo? Kencan, 'kan?" tanya Reynald. Daren menghela napas pelan, lupa kalau ia sudah merusak acara pentingnya bersama Beybel karena Mamanya yang mendadak pulang. Mau bagaimana pun, Leza tetap Mamanya yang harus disambut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello LaTorre
Teen Fiction(Follow before read) 17+ for Youngadult Semuanya berawal pada hari itu, hari dimana Beybel bertemu dengan Arresta Abigail. Saya tanya, apa yang membuat seseorang selingkuh? Mungkin sebagian orang ada yang menjawab sudah tidak memcintai, mencari pela...