"If you have two choices, don't choose me. I'm not what you need."
-------------
Beybel menutup telinga ketika ponselnya tidak berhenti berdering. Dengan malas ia mendudukkan diri dan menyambar ponsel yang berada di atas nakas masih dalam keadaan mata tertutup. Beybel menggeser asal layar ponsel yang langsung menyambungkan dirinya dengan si penelepon.
Ini bahkan masih pukul 3 pagi untuk menelepon seseorang. Beybel kemudian mendekatkan ponselmya pada telinga.
"Haloooo?" Beybel menyahuti dengan malas.
"Hai. Makasih untuk tadi malam ya, dan maaf karena gue, lo nggak bisa ikut Glorina ke club." Beybel mengangguk, walau ia tahu orang di sebrang sana tidak akan melihatnya.
"Lo keganggu ya gue telepon?" Kalau saja orang di sebrang sana tidak sedang dalam masa penyembuhan, sudah pasti Beybel akan menjawab 'Lo ganggu banget tau nggak, sih'
"Nggak, kok. Udah ini aja?" Beybel kembali merebahkan dirinya di tempat tidur, matanya sudah tidak lagi mengantuk. Sekarang ia hanya ingin mendengar suara di telepon, suara serak Daren yang membuat jantungnya sedikit memompa lebih cepat.
"Mm... Ini akhir pekan. Lo ada niatan keluar rumah, nggak?"
"Kenapa emangnya?"
"Gue mau ngajak lo nonton sebagai ucapan terimakasih, ergh... Kalo lo nggak mau nggak apa." Tersirat nada permohonan di sana.
Beybel tersenyum kecil, "Lo udah sembuh emangnya? Kalo masih sakit terus jalan dan tiba-tiba lo jatuh pingsan di mall, 'kan nggak lucu."
Terdengar tawa kecil yang membuat Beybel ikut tertawa. "Yaudah iya, jam berapa?"
"Jam 10 ya? Sekalian temenin aku-maksudnya gue ke rumah temen dulu, mau nyerahin revisi tugas presentasi. Nggak apa, 'kan?"
"Iya, gue temenin. Nanti langsung ke rumah aja ya? Lo 'kan udah tau rumah gue dimana."
"Iya, yaudah gue tutup, ya, Bey. Sleep well cantik."
Sambungan terputus. Beybel meraba pipinya yang tampak merona. Ia menampar pelan pipinya sebelum meringis. Gue kenapa?
Setelah itu ia mulai memejamkan mata, mecoba mencari kembali puzzle-puzzle yang hilang untuk merangkai mimpinya.
***
Beybel keluar dari rumah megah berlantai dua dengan setelan kaos tipis navi keluaran terbaru Chanel, rok ketat 5 sentimeter di atas lutut, juga tas keluaran terbaru Dior dengan rantai yang menghiasinya.
Wajahnya terlihat natural, hanya dipoles lipstick pink dan blush on tipis di pipi kanan-kiri. Sebenarnya tanpa dipoles blush on, pipi Beybel sudah terlihat merona.
"Pretty," sahut seseorang yang kini tengah membukakan pintu mobil.
"Thanks, you too," balas Beybel yang sudah masuk dan duduk di kursi depan. Daren menutup pintu mobil dan bergegas menempati kursi pengemudi.
"Maksud kamu, aku cantik juga?" Daren tanpa sadar mengganti bahasanya menjadi 'aku-kamu'. Beybel berpikir sebentar sebelum tertawa.
"Maksudnya, you look handsome,"
Daren menatap Beybel sebentar, ia memajukan tubuhnya, mengikis jarak antara dirinya dan Beybel, memaksa Beybel untuk menahan napas karena kelakuan Daren. Cowok itu mendekatkan bibirnya pada telinga Beybel.
"Kalo duduk di depan, jangan lupa pasang seatbeltnya, biar nggak kena tilang." bisik Daren nyaris mengenai daun telinga Beybel. Tangannya mengambil seatbelt dan mulai memakaikannya pada Beybel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello LaTorre
Teen Fiction(Follow before read) 17+ for Youngadult Semuanya berawal pada hari itu, hari dimana Beybel bertemu dengan Arresta Abigail. Saya tanya, apa yang membuat seseorang selingkuh? Mungkin sebagian orang ada yang menjawab sudah tidak memcintai, mencari pela...